Wajah sebuah bangsa sering kali ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Dibutuhkan figur guru pembuat perubahan, tak hanya bagi muridnya, tetapi juga bagi masyarakat.
Oleh
·2 menit baca
Pepatah Jawa mengartikan guru sebagai digugu lan ditiru. Dianut dan diikuti. Guru, figur pembuat perubahan, tak hanya bagi muridnya, tetapi juga bagi masyarakat.
Wajah sebuah bangsa sering kali ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Indonesia menyadari pentingnya pendidikan sehingga dalam konstitusi pun ditegaskan, setiap orang berhak mengembangkan diri lewat pemenuhan kebutuhan dasarnya, mendapat pendidikan, serta memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.
Bahkan, Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 memastikan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Pemerintah juga mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pendidik, khususnya guru atau dosen. Bahkan, untuk profesi ini, diatur khusus melalui UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen selain melalui UU Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai sosok yang harus diteladani dan bermartabat, guru dituntut menjadi inovator dan pemimpin masyarakat. Sejarah membuktikan banyak perubahan di dunia yang diinisiasi sosok guru.
Namun, seperti diberitakan Kompas, pandemi Covid-19 tidak hanya memunculkan kepiluan di seluruh dunia, tetapi juga menantang dunia pendidikan, khususnya guru. Guru tak leluasa lagi bertatap muka dengan siswa. Proses belajar-mengajar dilakukan secara dalam jaringan (daring). Perpanjangan waktu pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19 menuntut guru lebih kreatif. Kebijakan belajar dari rumah yang mendadak membuat guru dan sistem pendidikan nasional tidak sepenuhnya siap menggelar model pembelajaran jarak jauh.
Ada sejumlah laman yang menyediakan model dan metode pembelajaran jarak jauh, termasuk yang sudah lebih dari 35 tahun dikembangkan Universitas Terbuka. Namun, guru membutuhkan pelatihan dan panduan agar dapat memberikan pembelajaran jarak jauh dengan lebih baik (Kompas, 1/4/2020). Dua minggu pertama pembelajaran jarak jauh, yang diperpanjang hingga 17 April, secara umum berjalan baik meski ada yang terkendala teknologi dan internet.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki laman Guru Berbagi. Namun, laman itu pasti tidak cukup. Inilah masa yang tepat untuk lebih peduli kepada kualitas guru, yang jumlahnya lebih dari 2,9 juta orang. Dana yang besar untuk pendidikan perlu diarahkan bagi pelatihan sehingga guru kian mampu menjawab tantangan zaman. Guru harus melek teknologi untuk memudahkan pembelajaran dalam situasi apa pun. Dan, guru bisa benar-benar digugu dan ditiru.