Meski hingga kini belum ada yang mampu mendekati kehebatan Simone Biles, penundaan ajang Olimpiade selama setahun bisa berubah menjadi mimpi buruk untuk Biles. Mimpi buruk itu adalah bertambahnya usia sang ratu senam.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NEW YORK, RABU — Olimpiade Tokyo seperti menjadi ”kotak” yang penuh teka-teki bagi pesenam artistik terbaik sepanjang masa, Simone Biles. Meski hingga kini belum ada yang mampu mendekati kehebatannya, penundaan ajang setahun bisa berubah menjadi mimpi buruk untuk Biles yang akan berusia 24 tahun pada 2021.
Beberapa pekan sebelum Olimpiade ditunda, Biles menceritakan, hal yang paling dikhawatirkan adalah usianya yang semakin tua. ”Dibandingkan dengan empat tahun lalu (Olimpiade Rio de Janeiro 2016), saya lebih berumur. Bisa dibilang (sekarang) sebagai veteran yang telah mengalami banyak hal,” katanya dalam wawancara bersama Today, awal Maret lalu.
Pesenam AS itu merupakan yang terbaik dengan raihan 25 medali (19 emas) Kejuaraan Dunia dan 5 emas Olimpiade (Rio 2016). Setelah tujuh tahun tak terkalahkan dalam nomor all-around, Biles diperkirakan menggapai puncak karir di Olimpiade Tokyo, pada 2020.
Namun, Olimpiade justru ditunda setahun. Seperti diketahui, 12 bulan merupakan periode waktu amat panjang untuk pesenam putri yang masa keemasan kariernya berada pada usia 16-19 tahun.
Sosok ”hantu” bernama usia semakin mengganggu Biles. Dia yang berencana pensiun setelah Olimpiade akan tampil pada usia 24 tahun. Setahun lebih tua dari kekhawatiran awalnya.
Kekhawatiran begitu nyata dirasakan pelatih Biles, Cecole Landi. Mantan pesenam Perancis itu kecewa terhadap penundaan karena program latihan dan usia anak akan menjadi momentum terbaik pada Juli 2020.
Hal itu memaksa Landi mengulang seluruh programnya untuk bertaruh pada kondisi Biles tahun depan. ”Kisah baru harus dimulai. Ini berat bagi atlet yang sudah memulai karier begitu muda dan bekerja keras untuk ini. Kami akan menyusung ulang program dan kembali sekuat mungkin,” katanya.
Catatan sejarah bahkan tak berpihak kepada Biles. Sejak era senam modern dimulai pada Olimpiade 1976, ditandai hadirnya bidadari senam Nadia Comaneci, tidak ada pesenam yang mampu meraih emas individu all-around saat memasuki usia kepala dua. Bahkan, Biles merupakan salah satu peraih emas yang tertua dalam nomor itu (19 tahun 144 hari) di Rio 2016.
Biles memang masih begitu digdaya. Terakhir kali tampil di ajang besar, yakni Kejuaraan Dunia Stuttgart 2019, dia meraih lima emas atau dalam semua nomor kecuali palang bertingkat. Catatannya tak tersentuh dengan nilai all-around mencapai 58,999 atau 2,000 di atas pesenam peringkat kedua asal China Xi Jing Tang.
Meski begitu, faktanya kejuaraan itu berjarak nyaris dua tahun sebelum Olimpiade Tokyo pada Juli 2021. Dengan jarak waktu itu, tidak mengejutkan jika ada pesenam baru yang mendobrak dominasinya.
Dalam lima dekade terakhir, pesenam debutan selalu mengalahkan para senior dalam perebutan emas Olimpiade. Hal ini sudah menjadi tradisi, termasuk juga dilakukan Biles sebagai debutan pada 2016.
Contoh kecilnya, kejutan Xi dalam Kejuaraan Dunia. Dia baru berusia 16 tahun saat memulai debut di Kejuaraan Dunia 2019. Pesenam yang berada pada tahun pertama senior itu mengejutkan dengan menembus peringkat kedua. Kemampuan ini diperkirakan semakin mengancam Biles pada 2021.
Di lain sisi, penundaan satu tahun membuat regulasi umur akan berubah. Pesenam yunior yang sebelumnya terkendala batasan usia minimal 16 tahun, jika ajang berlangsung tahun ini, berpotensi turun pada 2021.
Jurnalis USA Today, Nancy Armour, menilai Biles tidak akan tergoyahkan meskipun Olimpiade ditunda setahun. ”Dia tidak memiliki satu pesaing serius di dunia. Tidak ada kompetisi sama sekali. Dari atlet yunior juga terlihat tidak ada yang bisa mendorongnya. Tantangan terberatnya hanya waktu,” ungkapnya.
Tubuh Biles, menurut Armour, masih dalam kondisi terbaik. Kondisi itu bisa didapat karena latihan yang tidak berlebihan, tidak seperti pesenam putri lain. Semua rutin baru yang ditunjukkan dalam penampilannya telah dilatih bertahun-tahun. Tidak ada gerakan yang dipaksakan.
”Jadi saya rasa bentuk fisik bukan sebuah isu serius. Saya melihat Biles juga tertantang. Bukan karena medali atau gelar, tetapi dia ingin menguji kapabilitasnya. Banyak yang terjadi dengan penundaan satu tahun, tetapi tidak akan mengubah Biles yang akan berada di podium teratas,” katanya.
Pernyataan terbesar adalah bagaimana pesenam kebanggaan AS itu memasuki usia pensiunnya dengan kondisi terbaik. Adapun Comaneci yang dijuluki bidadari, karena meraih nilai sempurna dari juri pada 1976, tidak sanggup melawan perubahan bentuk fisik. Dia memutuskan pensiun pada 23 tahun, setahun sebelum Olimpiade Los Angeles 1984, karena tubuh yang semakin kaku. (AP)