Agar Efektif, Isolasi Wilayah Kota Tegal Perlu Diikuti Daerah Sekitarnya
›
Agar Efektif, Isolasi Wilayah ...
Iklan
Agar Efektif, Isolasi Wilayah Kota Tegal Perlu Diikuti Daerah Sekitarnya
Isolasi wilayah yang dilakukan Kota Tegal dinilai kurang efektif jika tidak diikuti oleh daerah di sekitarnya.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
TEGAL, KOMPAS — Pemerintah Kota Tegal, Jawa Tengah, memutuskan untuk melakukan isolasi wilayah guna menyelamatkan warganya dari penyebaran coronavirus disease-2019 atau Covid-19. Namun, hal tersebut dinilai kurang efektif jika tidak diikuti oleh daerah di sekitarnya.
Pengamat kebijakan publik Universitas Diponegoro, Teguh Yuwono, saat dihubungi, Jumat (3/4/2020), menilai, isolasi wilayah merupakan salah satu kebijakan yang tepat untuk membatasi pergerakan masyarakat. Namun, agar bisa berjalan efektif, kebijakan ini harus dilakukan secara komprehensif.
Sebelum memutuskan untuk mengisolasi wilayah, pemerintah perlu memetakan potensi kerugian ekonomi dan menyiapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.
”Kota Tegal juga perlu mendapatkan dukungan dari daerah sekitarnya dalam menerapkan kebijakan isolasi wilayah ini. Supaya bisa komprehensif, mungkin (isolasi wilayah) ini bisa naik ke level provinsi atau nasional,” kata Teguh.
Teguh menambahkan, selain dari wilayah sekitar, dukungan dari masyarakat juga diperlukan. Masyarakat harus mau menaati imbauan pemerintah untuk tinggal di rumah. Sebagai gantinya, pemerintah daerah juga harus bisa menjamin kebutuhan dasar warga selama isolasi wilayah diberlakukan.
Dalam beberapa kesempatan, Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mengajak kepala daerah lain untuk menerapkan kebijakan serupa. Menurut dia, tanpa isolasi wilayah, pemerintah daerah akan kesulitan menekan pergerakan masyarakat, terutama yang datang dari luar daerah.
Pemerintah Kota Tegal memutuskan untuk melakukan isolasi wilayah setelah satu warganya yang pulang dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, terkonfirmasi positif Covid-19. Isolasi wilayah dilakukan dengan menutup 35 akses masuk ke Kota Tegal menggunakan pembatas beton, meminta mayarakat untuk melakukan pembatasan sosial, membubarkan kerumunan, dan menutup tempat hiburan serta tempat wisata.
Empat ruas jalan protokol Kota Tegal, yakni Jalan Sultan Agung, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Teuku Umar, ditutup dengan pembatas beton, Senin (30/3/2020). Namun, pada Jumat dini hari, pemerintah kota membongkar pembatas beton di empat jalan tersebut untuk memperlancar arus lalu lintas.
Hal itu dilakukan karena banyak warga yang mengeluhkan adanya kemacetan lalu lintas akibat hanya dibukanya satu akses masuk ke Kota Tegal, yakni Jalan Proklamasi.
Setelah pembongkaran pembatas beton, pemerintah menyiagakan petugas kesehatan, posko kesehatan, bilik sterilisasi, dan ambulans di jalan-jalan tersebut. Setiap orang yang akan masuk ke Kota Tegal diperiksa suhu badannya dan kendaraannya disemprot disinfektan oleh petugas yang berjaga 24 jam di lima jalan tersebut.
Maksud dari isolasi wilayah ini adalah menyeleksi orang-orang yang boleh masuk ke Kota Tegal.
Orang dengan suhu badan di atas 38 derajat celsius tidak diizinkan masuk ke Kota Tegal dan akan langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah kota menghadapi risiko penyebaran Covid-19.
”Maksud dari isolasi wilayah ini adalah menyeleksi orang-orang yang boleh masuk ke Kota Tegal. Tadi, ada dua pengendara sepeda motor yang langsung kami bawa ke rumah sakit karena suhu badannya lebih dari 38 derajat celsius,” ujar Wakil Wali Kota Tegal Muhamad Jumadi saat ditemui di Jalan Teuku Umar, Jumat siang.
Jumadi menambahkan, pembongkaran pembatas beton tidak akan mengurangi upaya pemerintah kota dalam menyeleksi masyarakat yang masuk ke Kota Tegal. Jika sebelumnya jalan-jalan yang ditutup tersebut masih memiliki celah diterobos masyarakat, kini tidak ada lagi kesempatan bagi masyarakat untuk menerobos jalan.
Oky Lukmansyah (36), warga Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, mengatakan, selain berguna untuk menyeleksi warga yang masuk ke Kota Tegal, pemeriksaan suhu tubuh ini penting untuk memonitor kondisi kesehatan masyarakat. Oky, yang sehari-hari bekerja di Kota Tegal tersebut, merasa lebih nyaman beraktivitas di Kota Tegal setelah ada pemeriksaan seperti itu.
”Meski prosedurnya sedikit ribet, saya tidak keberatan jika harus diperiksa dulu sebelum masuk ke Kota Tegal. Kalau saya lolos, berarti saya sehat. Kalau tidak lolos, berarti saya bisa tahu bahwa saya sedang tidak sehat,” tutur Oky.
Hingga Jumat malam, jumlah orang dalam pemantauan di Kota Tegal berjumlah 143 orang. Orang-orang ini merupakan warga Kota Tegal yang baru kembali dari perantauan. Adapun jumlah pasien dalam pengawasan sebanyak delapan orang. Delapan pasien tersebut dirawat di ruang isolasi RSUD Kardinah dan Rumah Sakit Islam Harapan Anda.