Antisipasi Pemudik, Sidoarjo Siapkan Rumah Singgah hingga Bantuan Kedaruratan
›
Antisipasi Pemudik, Sidoarjo...
Iklan
Antisipasi Pemudik, Sidoarjo Siapkan Rumah Singgah hingga Bantuan Kedaruratan
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menyiapkan rumah singgah sebagai tempat karantina kesehatan untuk mencegah penyebaran virus korona baru bagi pemudik. Pemudik juga akan mendapatkan bantuan sosial.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Menyikapi kebijakan pemerintah pusat yang tidak melarang pemudik di tengah pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah menyiapkan rumah singgah sebagai tempat karantina kesehatan untuk mencegah penyebaran virus. Selain itu, bantuan kedaruratan kepada masyarakat sesuai protokol kesehatan juga mulai diproses.
Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, pihaknya tidak memiliki data rinci jumlah pemudik di wilayahnya. Sebagai kota satelit penyangga Surabaya dan kota industri yang memiliki ribuan perusahaan, Sidoarjo justru menyelenggarakan mudik bersama ke sejumlah daerah setiap tahun.
”Namun, karena saat ini terjadi pandemi Covid-19, pemkab mengimbau warga tidak mudik ke kampung halaman. Pemkab Sidoarjo juga membatalkan kegiatan mudik bersama yang rutin digelar setiap tahun,” ujar Nur Achmad.
Karena saat ini terjadi pandemi Covid-19, pemkab mengimbau warga tidak mudik ke kampung halaman. Pemkab Sidoarjo juga membatalkan kegiatan mudik bersama yang rutin digelar setiap tahun.
Di sisi lain, pihaknya justru tengah bersiap menyambut kedatangan pemudik dari luar kota, bahkan luar negeri yang pulang ke Sidoarjo. Pemantauan terhadap pemudik yang datang ke Sidoarjo akan dilakukan melalui Bandara Juanda Surabaya, Stasiun Sidoarjo, dan Terminal Purabaya yang merupakan terminal bus antarkota antarprovinsi terbesar di Jatim.
Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, petugas akan ditempatkan di tiap pintu kedatangan pemudik untuk mendata orang-orang dari luar yang masuk ke Sidoarjo. Untuk pemudik yang melalui Bandara Juanda Surabaya, pendataan lebih mudah karena setiap penumpang akan mendapatkan kartu pengawasan kesehatan.
”Permasalahannya adalah pada pemudik yang melalui stasiun dan terminal bus. Petugas akan kesulitan mendata mereka. Solusinya, pemkab memaksimalkan peran desa hingga tingkat RW, bahkan RT untuk mendata warganya yang baru tiba dari luar kota,” tutur Zaini.
Rumah singgah
Pemkab Sidoarjo menyiapkan dua solusi untuk pemudik. Pertama, isolasi mandiri di rumah masing-masing dengan pengawasan RT dan RW serta petugas puskemas setempat. Solusi kedua, menempatkan mereka di rumah singgah. Setiap pemudik berstatus orang dalam pemantauan.
Pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah lokasi yang bisa dimanfaatkan sebagai rumah singgah, di antaranya di Balai Latihan Kerja Kecamatan Tulangan dan gedung Polresta Sidoarjo baru yang belum ditempati. BLK Tulangan memiliki 38 ruangan dan pemda telah mendapatkan izin pemakaian dari Kementerian Ketenagakerjaan.
Saat ini fasilitas rumah singgah mulai dilengkapi, seperti pendingin ruangan, tempat tidur, tirai atau gorden, dan fasilitas lain, termasuk dapur umum. Selama menjalani masa karantina 14 hari, pemudik akan mendapatkan bantuan kedaruratan. Kebutuhan dasar mereka seperti makanan dicukupi oleh pemerintah daerah.
Zaini menambahkan, pemudik yang memilih menjalani isolasi mandiri di rumah harus bersedia menjalani protokol kesehatan sebagai orang dalam pemantauan dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan. Pemda terus menyosialisasikan kepada perangkat desa agar tidak menstigma negatif pemudik yang menjalani masa karantina.
Pasokan bahan kebutuhan pokok untuk pemudik yang memilih isolasi mandiri dikoordinasi oleh Dinas Sosial Sidoarjo. Pemkab memberikan keleluasaan kepada petugas di lapangan untuk memilih vendor penyedia bahan pokok bagi pemudik dan orang dalam pemantauan untuk memudahkan mobilitas.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, wilayahnya merupakan zona merah dengan jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 terbanyak kedua setelah Surabaya. Terkait hal itu, pihaknya sudah merekomendasikan kepada Pemkab Sidoarjo untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar dengan meliburkan sekolah, membatasi kegiatan keagamaan, dan membatasi kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jatim hingga Kamis (2/4/2020), jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Sidoarjo sebanyak 11 orang, satu di antaranya meninggal. Sementara jumlah pasien dalam pengawasan sebanyak 71 orang dan dua orang meninggal. Jumlah orang dalam pemantauan saat ini mencapai 203 orang. Setiap hari terjadi penambahan.