Beras di Rumah Menipis, Warga Berharap Bantuan Kebutuhan Pokok Segera Dibagikan
›
Beras di Rumah Menipis, Warga ...
Iklan
Beras di Rumah Menipis, Warga Berharap Bantuan Kebutuhan Pokok Segera Dibagikan
Bantuan kebutuhan pokok yang rutin diterima warga yang tidak mampu kini semakin terasa manfaatnya. Warga berharap bantuan ini segera dibagikan.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bantuan bahan pangan dari pemerintah amat dinantikan warga, terutama mereka yang terimbas keharusan berdiam diri di rumah saat pandemi Covid-19 ini. Petugas juga menyiapkan strategi agar pembagian bantuan tidak menimbulkan kerumunan.
Warga RT 009 RW 009 Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, Siti Masitoh (53), mengaku sudah tak sabar menunggu bantuan pangan dari pemerintah karena beras di rumahnya hampir habis. Bulan Februari, Siti menerima bantuan berupa 8 kg beras, 15 butir telur, dan satu ayam utuh.
Siti adalah penjual kolak. Sehari ia menjual sekitar 20 gelas kolak. Dari segelas kolak yang terjual, dia mendapat untung Rp 1.000. Adapun suaminya menganggur. Pada saat bersamaan, anak sulungnya terkena pemutusan hubungan kerja sebulan lalu.
”Mudah-mudahan enggak diundur. Kalau beras keburu habis, terpaksa ngutang dulu ini,” kata ibu tiga anak ini, Jumat (3/4/2020).
Di sisi lain, pemerintah masih melengkapi data penerima manfaat jaring pengaman sosial. Pemerintah mengalokasikan Rp 110 triliun untuk tambahan jaring pengaman sosial terkait dengan Covid-19.
Mudah-mudahan enggak diundur. Kalau beras keburu habis, terpaksa ngutang dulu ini.
Jangkauan program keluarga harapan (PKH) diperluas dari 9,2 juta keluarga penerima manfaat (KPM) menjadi 10 juta KPM. Nilainya pun ditambah 25 persen. Peruntukan Kartu Sembako semula bagi 15,2 juta penerima menjadi 20 juta penerima dengan nilai manfaat yang naik dari Rp 150.000 menjadi Rp 200.000 (Kompas, 3/4/2020).
Tidak lewat e-warong
Untuk mengurangi penularan virus korona baru, pembagian bantuan pangan dari pemerintah tidak lagi melalui e-warong. Petugas menyerahkan bantuan lewat ketua RW. Langkah ini bertujuan menghindari kerumunan warga.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pulo Gundul, Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, misalnya, terlihat ditutup pada Jumat. Di tempat itu biasanya petugas e-warong Tanah Tinggi membagikan bantuan bahan pangan untuk warga.
Berdasarkan catatan Kompas, ada sekitar 1.500 KPM di e-warong ini. Mereka terdiri dari peserta PKH dan penerima bantuan pangan nontunai (BPNT) yang sekarang berganti nama menjadi penerima Kartu Sembako.
Warga RT 011 RW 013 Tanah Tinggi, Oom (47), mengatakan, bantuan pangan akan dibagikan pada Rabu (8/4). Bantuan itu akan didistribusikan ke RW masing-masing. Biasanya dia mengantre di e-warong Tanah Tinggi. Dengan tidak menggunakan e-warong, kerumunan warga diharapkan tidak terjadi.
Di Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, bantuan pangan yang biasanya dibagikan di pos RW kemungkinan akan dibagikan ke rumah masing-masing. Hal itu disampaikan Marlinda (41), penerima Kartu Sembako. ”Antara Senin atau Selasa, sepertinya dibagikan,” katanya.
Richard (59), warga Johar Baru, menjelaskan, keputusan membagikan bantuan pangan tidak di pos RW untuk mencegah kerumunan. Di RW 001, ada 14 RT. Di setiap RT terdapat 10-20 KPM. ”Bisa dibayangkan kalau mereka mengambil bantuan sekaligus. Bisa berkerumun lagi. Kan, berkerumun sudah dilarang pemerintah,” ujarnya.
Selain itu, pintu-pintu masuk menuju Kelurahan Johar baru juga ditutup. Di RW 001, misalnya, setiap RT mulai tadi malam sudah membatasi pergerakan orang.
Setiap malam, lanjutnya, pintu masuk itu dijaga warga. Selain warga setempat, dilarang masuk. ”Mulai pukul 22.00 sudah harus steril. Polisi malam-malam juga sering berkeliling pakai Toa (pelantang suara) untuk mengingatkan warga,” kata Richard.