Dunia Pariwisata dan Hotel di Batu Terdampak Covid-19
›
Dunia Pariwisata dan Hotel di ...
Iklan
Dunia Pariwisata dan Hotel di Batu Terdampak Covid-19
Pandemik Covid-19 memukul sektor pariwisata di Batu, Jawa Timur. Hotel, restoran, dan tempat wisata tutup. Sebagian karyawan dirumahkan.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Dampak Covid-19 dirasakan sektor pariwisata dan perhotelan di Batu, Jawa Timur. Setelah jumlah wisatawan dan tamu hotel berkurang akibat masuknya Covid-19 ke Indonesia, mulai awal April ini tempat wisata dan hiburan serta usaha lain tutup sementara atau dibatasi waktunya hingga tiga pekan ke depan.
Penutupan dan pembatasan operasional ini didasarkan pada Surat Edaran Wali Kota Batu Nomor 556/1667/422.103/2020 tentang Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Dunia Usaha dan Kepariwisataan dalam Menghadapi Penyebaran Covid-19 di Batu.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batu Mukhlas Rofik, Jumat (3/4/2020), mengatakan, dengan penutupan ini, otomatis tingkat okupansi hotel di Batu turun drastis. Kalaupun ada satu-dua hotel yang masih menerima sejumlah tamu, itu karena masih dalam situasi penyesuaian.
”Satu-dua hotel yang masih menerima tamu mungkin karena sulit menolak tamu yang sudah telanjur datang atau booking. Untuk yang lain rata-rata nol okupansinya,” ujarnya. Sebanyak 70 hotel dan restoran menjadi anggota PHRI Kota Batu. Jumlah kamar hotel lebih dari 5.000 unit. Jumlah itu belum termasuk homestay.
PHRI Batu memaklumi imbauan pemerintah kota tersebut karena bersama-sama ingin agar wabah Covid-19 bisa segera musnah. Jika tidak, nilai kerugian yang ditimbukan bakal lebih besar dan butuh masa pemulihan yang panjang untuk kembali normal seperti kondisi semula.
Satu-dua hotel yang masih menerima tamu mungkin karena sulit menolak tamu yang sudah telanjur datang atau booking. Untuk yang lain rata-rata nol okupansinya.
Menurut Rofik, selama tutup ada beberapa langkah yang dilakukan anggota PHRI Kota Batu terhadap karyawan. Sebagian merumahkan karyawan dan sebagian lainnya menggelar sistem pembagian jam kerja. Adapun untuk pemutusan hubungan kerja, anggota PHRI Kota Batu belum berpikir ke arah sana dalam satu-dua bulan ini.
PHRI Batu telah mengomunikasikan hal ini dengan dinas tenaga kerja setempat. ”Adapun untuk kompensasi bagi mereka yang dirumahkan menjadi tanggung jawab internal hotel. Kalaupun ada yang gajinya dipotong 20-30 persen, itu kebijakan hotel masing-masing,” katanya.
Disinggung jumlah karyawan hotel dan pariwisata di Batu, Rofik yang juga pemilik wahana outbound Kaliwatu Group ini menyebut, jumlahnya bisa di atas 10.000 orang, termasuk di dalamnya tenant yang mendukung kegiatan obyek wisata.
Dalam situasi wabah Covid-19, hotel, restoran, dan tempat wisata punya beban besar agar tetap bisa beroperasi dan menjaga keberlangsungan karyawannya.
”Oleh karena itu, kami berharap ada keringanan dari pemerintah, seperti BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan, kami berharap pembayarannya bisa ditunda dulu. Saya sudah melayangkan surat dari PHRI ke BPJS soal itu,” ujarnya.
Soal dampak Covid-19 dibenarkan Manajer Pemasaran dan Humas Jatim Park Group Titik S Arianto. Tidak hanya wahana wisata, Jatim Park Group juga terdampak dari sisi okupansi tamu yang menginap di hotel milik grup tersebut.
”Kalau kerugiannya banyak (hotel dan wahana wisata),” ujar Titik tanpa menyebut jumlah detail. Ia mencontohkan, untuk biaya pakan satwa (di Batu Secret Zoo) saja butuh sekitar Rp 500 juta per bulan.
Untuk wahana wisata, Jatim Park sebenarnya sudah menutupnya sementara sejak 20 Maret lalu. Penutupan ini didasarkan imbauan Pemerintah Kota Batu sebagai langkah memutus penyebaran Covid-19.
Meski tutup sementara, tidak serta-merta semua karyawan dirumahkan. Ada juga yang tetap masuk, seperti petugas keamanan, petugas pemberi pakan hewan, hingga pengurus taman. Jumlah total karyawan Jatim Park Group mencapai 2.500 orang.
”Memang untuk pekerja harian, seperti tukang batu, mulai 20 Maret tidak dipakai lagi. Jumlahnya ada sekitar 100 orang. Sementara untuk karyawan yang kontraknya habis akan diseleksi lagi,” katanya.
Jatim Park Group memiliki program pertanggungjawaban sosial terhadap warga Kota Batu yang terdampak Covid-19. Menurut Titik, pihaknya menyediakan dana Rp 5,2 miliar yang diwujudkan dalam 10.000 paket bahan pokok yang akan dibagikan kepada warga selama tiga bulan, yakni April-Juni.
”Kami bekerja sama dengan usaha mikro, kecil, menengah. Ada 290 UMKM di Batu yang telanjur membuat produk makanan untuk persiapan Lebaran. Nah, kami membeli produk mereka untuk dimasukkan dalam paket-paket sembako yang kami bagikan,” ujarnya.