Hindari Hoaks dan Jaga Rutinitas, Kunci Lawan Stres Selama Isolasi Covid-19
›
Hindari Hoaks dan Jaga...
Iklan
Hindari Hoaks dan Jaga Rutinitas, Kunci Lawan Stres Selama Isolasi Covid-19
Menjaga kondisi psikis agar tidak stres di masa isolasi Covid-19 pun menjadi penting. Sebab, kondisi psikis yang mengalami stres akan berdampak buruk pada daya tahan tubuh, khususnya pada masyarakat lanjut usia.
Oleh
Satrio Pangarso Wisanggeni
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari hari ke hari. Gerakan pembatasan sosial pun semakin luas digelar. Menjaga kondisi psikis agar tidak stres di masa isolasi ini pun menjadi penting.
Sebab, kondisi psikis yang mengalami stres akan berdampak buruk pada daya tahan tubuh, khususnya pada masyarakat lanjut usia (lansia).
Pengajar Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang, Farah Farida Tantiani, Kamis (2/4/2020), mengatakan, penuaan pada sistem hormonal tubuh manusia dapat menurunkan resistensi terhadap stres dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.
”Ini adalah hormonal stress theory. Biasanya, saat seseorang menghadapi sumber stres, tubuhnya akan berespons dengan melepaskan hormon tertentu. Semakin berumur, hormon ini butuh waktu lebih lama untuk kembali normal,” kata Farah saat dihubungi dari Jakarta.
Hal serupa juga disampaikan Kepala Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial Universitas Gadjah Mada Fatwa Sari Tera Dewi. Ia mengatakan, kondisi psikis yang stres berpengaruh negatif pada kondisi daya tahan tubuh.
”Sederhananya, kalau stres, tidur jadi tidak nyenyak, asupan makanan jadi berkurang, juga bisa jadi malas berolahraga, dan akhirnya istirahat kita berkurang. Kalau itu, ya sudah daya tahan kita mudah menurun,” kata Fatwa.
Untuk itu, dosen dan psikolog Fakultas Psikologi UGM, Sutarimah Ampuni, menyarankan masyarakat untuk dapat menghindari sumber stres sebisa mungkin.
Menurut dia, salah satu cara mudah yang dapat dilakukan adalah untuk mulai menghindari berbagai kabar mengenai Covid-19 yang tidak berasal dari sumber yang terpercaya.
Banyak informasi yang beredar di media sosial, menurut Sutarimah, tergolong hoaks dan juga mengundang kepanikan. ”Ini yang membahayakan bagi kesehatan mental masyarakat,” kata Sutarimah.
Untuk itu, ia menyarankan masyarakat untuk terus kritis dalam menanggapi postingan media sosial atau kabar yang menyebar berantai di aplikasi percakapan instan. ”Usahakan selalu mengecek kebenaran suatu berita dengan browsing terlebih dahulu,” kata Sutarimah.
Lalu, menurut Sutarimah, meskipun kita tinggal di rumah saja, penting untuk tetap saling terhubung dengan kawan, keluarga besar, ataupun kolega. Saling menyapa melalui chat, bersenda-gurau dan menanyakan keadaan masing-masing, akan membuat tidak kesepian.
”Hal ini terlebih sangat penting untuk individu yang mempunyai masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi. Sebab, situasi seperti saat ini dapat mengakibatkan kesepian yang kemudian memicu gangguan mental untuk mengalami kekambuhan,” kata Sutarimah.
Untuk menjaga kesehatan mental anak-anak, Farah menyarankan orangtua untuk membuat kegiatan bersama yang bisa rutin dilakukan. Hal ini untuk menjaga agar anak tidak seharian terus menggunakan gawai, terlebih lagi dengan sistem sekolah daring, gawai akan menjadi hal yang sentral dalam kehidupan anak-anak selama masa isolasi.
”Misalnya jam berapa harus semuanya beberes rumah, jam berikutnya makan bersama, seperti itu,” kata Farah.
Farah mengatakan, orangtua harus memberikan pemahaman yang baik kepada anaknya mengenai masa isolasi. Apabila anak-anak tidak mendapat penjelasan yang membuatnya paham akan kondisi rutinitas yang tiba-tiba berubah ini, mereka akan menjadi bingung dan cemas.
”Jika ada situasi yang dirasakan tidak jelas, sebagai orangtua, kita bisa membantu memperjelas situasi tersebut pada anak jadi dia bisa berusaha memahami apa yang terjadi. Gunakan pula diskusi sehingga tidak menimbulkan kecemasan,” kata Farah.
Tanggung jawab bersama
Upaya untuk tetap di dalam rumah bukan hanya untuk melindungi diri dari paparan virus korona, melainkan harus dipahami sebagai cara untuk menghentikan penyebaran pandemi secara luas.
Dengan demikian, menurut Fatwa, kemampuan masyarakat untuk bisa menjaga konsistensi berada di rumah selama pandemi Covid-19 menjadi sangat penting.
Sebab, hanya inilah satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk memperlambat proses penyebaran penyakit. Seperti yang diketahui, belum ada vaksin untuk penyakit ini.
”Semakin banyak orang yang mengisolasi dirinya dan selama mungkin dan tidak ada kontak, itu tidak bisa menyebar. Kemudian virusnya akan makin berkurang untuk bisa menginfeksi orang,” kata Fatwa.
Fatwa memahami bahwa beradaptasi dalam waktu yang singkat itu hal yang tidak mudah bagi banyak orang. Namun, hal ini perlu dilakukan demi kemaslahatan bersama. ”Ini tanggung jawab sosial kita bahwa ini memang masalah kita semua,” kata Fatwa.