Saat pandemi Covid-19, ribuan pegawai Pemkot Surabaya ”banting setir” memproduksi berbagai kebutuhan masyarakat dalam penanganan virus korona. Aksi mereka menjadi bentuk kehadiran negara saat kondisi pandemi Covid-19.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·3 menit baca
Saat pandemi Covid-19 menyebar ke Surabaya, Jawa Timur, aparatur sipil negara mendadak ”banting setir” dari tugas utama sehari-hari. Pegawai yang biasanya berada di balik meja dan loket pelayanan kini menjelma menjadi pembuat jamu, alat pelindung diri, dan penyemprot disinfektan.
Suasana di Taman Surya, halaman Balai Kota Surabaya, tampak ramai dipenuhi ratusan pegawai Pemerintah Kota Surabaya, Kamis (2/4/2020). Mereka tidak berada di kantornya masing-masing karena mengemban tugas menjadi bagian dari penanggulangan Covid-19 di Surabaya.
Salah satunya Avina (28), pegawai Bagian Umum dan Protokol, ini membawa bahan-bahan pembuatan pokok atau jamu dari rempah-rempah. Selepas absen di ruang kerjanya, dia langsung keluar menuju Pasar Pabean untuk membeli serai, jahe merah, kayu manis, kapulaga, pandanwangi, cengkeh, gula merah, dan gula pasir.
”Hari ini waktunya membeli bahan-bahan ke pasar untuk membuat pokak. Jadwalnya bergantian karena satu hari masuk dan satu hari bekerja dari rumah,” katanya.
Sejak dua pekan lalu, hampir semua pegawai Pemkot Surabaya yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil dan tenaga honorer dikerahkan untuk membantu penanganan Covid-19. Mereka diminta membuat makanan tambahan, yakni telur rebus dan pokak. Ada pula yang bertugas membuat alat pelindung diri, membuat cairan antiseptik, bilik sterilisasi, dan berkeliling melakukan penyemprotan disinfektan.
Hari ini waktunya membeli bahan-bahan ke pasar untuk membuat pokak. Jadwalnya bergantian karena satu hari masuk dan satu hari bekerja dari rumah.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, kompleks Balai Kota Surabaya kini menjadi pusat komando penanganan Covid-19. Di tempat ini didirikan dapur umum, posko bantuan, dan menjadi tempat pembuatan bilik sterilisasi. ”Semua dikerjakan oleh pegawai Pemkot Surabaya secara mandiri,” katanya.
Di dapur umum, pegawai dari sejumlah organisasi pemerintah daerah bahu-membahu memproduksi pokak dan merebus telur. Suplemen itu dibagikan kepada warga melalui kelurahan untuk menjaga daya tahan tubuh dan imunitas warga. Setiap hari paling tidak diproduksi sebanyak 100 galon atau sekitar 1.900 liter dan 1,5 ton telur atau sebanyak 15.000 butir.
Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Surabaya Yanuar Hermawan mengatakan, sekitar 40 pegawai di lingkungannya secara bergantian membuat face shield atau pelindung wajah. Setiap hari ada 20 pegawai yang membuat APD karena mereka bekerja bergantian setiap hari.
”Kami diberikan contoh produk yang sudah jadi dan langsung mempelajari cara pembuatannya. Sekarang sudah bisa seperti standar medis,” ujar Yanuar.
Mereka mengerjakan pembuatan pelindung wajah di ruang rapat kantornya. Sekarang. ruang rapat disulap menjadi tempat membuat pelindung wajah karena kegiatan rapat dikurangi. Dalam sehari, mereka bisa memproduksi lebih dari 500 masker pelindung wajah.
Meskipun sekarang banyak yang dikerahkan untuk mengatasi Covid-19, tugas utama di OPD masing-masing tidak boleh ditinggalkan. Mereka harus pandai mengatur waktu.
Menurut Yanuar, dia tidak keberatan untuk mengerjakan tugas di luar tugas pokok dan fungsinya di BKD. Menurut dia, kegiatan ini merupakan pekerjaan mulia untuk kemanusiaan. Sebagai ASN, dia berusaha terus menjadi pelayan masyarakat, sesuai kebutuhan di kondisi seperti sekarang.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, kebutuhan APD, makanan bergizi, bilik disinfeksi, dan cairan antiseptik sangat tinggi di kala pandemik Covid-19. Namun, stok di pasaran sangat terbatas sehingga banyak warga dan tenaga medis kesulitan mendapatkannya. Dia kemudian mengerahkan sekitar 20.000 pegawai untuk ikut serta mencukupi kebutuhan tersebut. Mereka dilatih secara singkat untuk memproduksi seluruh kebutuhan tersebut.
”Meskipun sekarang banyak yang dikerahkan untuk mengatasi Covid-19, tugas utama di OPD masing-masing tidak boleh ditinggalkan. Mereka harus pandai mengatur waktu,” kata Risma.
Aksi yang dilakukan para ASN di Surabaya di kala pandemi Covid-19 patut diapresiasi. Mereka menjadi garda terdepan untuk memastikan segala kebutuhan yang diperlukan bisa dipenuhi. Aksinya menjadi bentuk nyata kehadiran negara di tengah situasi sulit bangsa ini.