Para PNS dan Tenaga Honorer Sejumlah Pemda Mendedikasikan Diri
›
Para PNS dan Tenaga Honorer...
Iklan
Para PNS dan Tenaga Honorer Sejumlah Pemda Mendedikasikan Diri
Dalam dua pekan terakhir, hampir semua pegawai Pemkot Surabaya, baik pegawai negeri sipil maupun tenaga honorer, dikerahkan untuk membantu penanggulangan Covid-19. Mereka melakukan banyak hal konkret.
Oleh
TIM KOMPAS
·4 menit baca
Suasana Taman Surya, halaman Balai Kota Surabaya, Jawa Timur, ramai dengan keberadaan ratusan pegawai Pemerintah Kota Surabaya, Kamis (2/4/2020). Mereka menjadi bagian dari penanggulangan wabah Covid-19. Salah satunya Avina (28), pegawai bagian umum dan protokol, membawa bahan pokok pembuatan jamu dari rempah-rempah.
Seusai presensi di ruang kerja, ia menuju Pasar Pabean membeli serai, jahe merah, kayu manis, kapulaga, pandanwangi, cengkeh, gula merah, dan gula pasir. ”Hari ini waktunya membeli bahan-bahan ke pasar untuk membuat pokak. Jadwalnya bergantian karena satu hari masuk dan satu hari bekerja dari rumah,” katanya. Pokak adalah wedang campuran aneka rempah penghangat tubuh.
Semua dikerjakan pegawai Pemkot Surabaya.
Dalam dua pekan terakhir, hampir semua pegawai Pemkot Surabaya, baik pegawai negeri sipil maupun tenaga honorer, dikerahkan. Mereka membuat makanan tambahan, yakni telur rebus dan pokak. Ada pula yang membuat alat pelindung diri, cairan antiseptik, bilik sterilisasi, dan keliling melakukan penyemprotan disinfektan. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, kompleks Balai Kota Surabaya jadi pusat komando penanganan Covid-19.
Di sana ada dapur umum, posko bantuan, dan menjadi tempat pembuatan bilik sterilisasi. ”Semua dikerjakan pegawai Pemkot Surabaya,” katanya. Di dapur umum, pegawai dari sejumlah organisasi pemerintah daerah membuat pokak dan merebus telur. Suplemen itu dibagikan kepada warga melalui kelurahan untuk menjaga daya tahan tubuh dan imunitas warga.
Setiap hari diproduksi pokak 100 galon atau 1.900 liter dan direbus 1,5 ton telur setara 15.000 butir. Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Surabaya, Yanuar Hermawan, mengatakan, sekitar 40 pegawai lingkungannya bergantian membuat pelindung wajah. Setiap hari 20 pegawai membuat APD. ”Kami diberikan contoh produk jadi dan langsung mempelajari cara pembuatannya. Sekarang bisa seperti standar medis,” ujarnya.
Mereka membuat pelindung wajah di ruang rapat kantor. Rapat dikurangi. Sehari, lebih dari 500 masker diproduksi. Yanuar tak keberatan mengerjakan tugas di luar tugas pokok dan fungsinya. Kegiatan itu ia yakini sangat mulia. Menurut Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, saat pandemi, kebutuhan APD, makanan bergizi, bilik sterilisasi, dan cairan antiseptik sangat tinggi.
Stok sangat terbatas. Ia mengerahkan sekitar 20.000 pegawai untuk mencukupi kebutuhan itu. Mereka dilatih singkat memproduksi semua itu. ”Meskipun banyak yang dikerahkan mengatasi Covid-19, tugas utama di OPD tak boleh ditinggalkan. Harus pandai mengatur waktu,” kata Risma.
Sisihkan gaji
Kesibukan serupa ada di Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Rabu (1/4). Di sana, empat aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Bandung menyiapkan ramuan jamu racikan sendiri. Potongan temulawak, serai, kunyit, jahe, kayu manis, dan kapulaga di depan mereka. Semua bakal jadi ramuan sehat.
”Awas panas,” seru Aris Warisman (31), yang membawa sekuali jamu. Di ruangan tengah, Asterina Wahyunita (25), Hendriek Tansiel (36), dan Fauzan (30) menyiapkan botol. ”Jahenya mantap,” kata Hendriek sambil mencecap ramuan. Ia dokter gigi di Puskesmas Padasuka.
Empat sahabat itu mengemas jamu dalam botol 120 mililiter. Pada sentuhan terakhir, mereka memasang label bertuliskan ”Terima kasih untuk tak kenal lelah dan pantang menyerah #lawancovid19”.
Sesuai label, kata Fauzan, racikan jamu itu diberikan kepada petugas kesehatan yang menangani Covid-19 di Jabar. Jamu yang sama sudah diberikan untuk RSUD Bandung dan RS Hasan Sadikin, Bandung.
”Jamu ini kami siapkan untuk Rumah Sakit Rotinsulu, Bandung, rujukan untuk Covid-19 di Jabar. Kami menyiapkan 145 botol. Selanjutnya, kami buat jamu untuk tenaga kesehatan di RSUD Cibabat, Cimahi,” kata guru di SDN 139 Sukakarsa, Bandung, itu.
Menurut Fauzan, 42 ASN yang diangkat tahun 2020 telah membentuk grup koordinasi aksi sosial, bahkan menyisihkan gaji untuk itu. ”Kami tak ingin jadi ASN biasa. Dari CPNS 2019, komunikasi sudah terjalin untuk aksi sosial. Kami ingin membantu sebisanya. Meski tak berdana besar, sedikit pengetahuan bisa jadi sangat bermanfaat bagi orang lain,” kata nya.
Jamu ini kami siapkan untuk Rumah Sakit Rotinsulu, Bandung, rujukan untuk Covid-19 di Jabar.
Sebagai dokter, Hendriek tahu betul bagaimana sepak terjang petugas kesehatan melawan Covid-19. Kekurangan dan keterbatasan jadi keniscayaan, tidak hanya di RS rujukan, tapi juga di pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat. Oleh karena itu, pencegahan persebaran Covid-19 perlu aksi nyata semua pihak.
Bukan main-main. Tidak hanya mengandalkan arahan dan bantuan pemerintah, masyarakat tanpa kecuali harus berkontribusi membebaskan diri dari virus. Langkah itu sejalan dengan imbauan Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang meminta ASN berperan aktif.
Selain membuka kesukarelawanan tenaga medis dan nonmedis, ia menegaskan bakal ada penyisihan gaji atau tunjangan seluruh ASN Pemprov Jabar. Penyisihan gaji dan tunjangan berlaku juga bagi gubernur dan wagub. ”Besarannya akan berbeda tiap orang. Penyisihan gaji atau tunjangan itu berlaku hingga empat bulan mendatang. Harapannya, memberi semangat masyarakat bersama menghadapi ini,” katanya.
Itu juga dilakukan ASN di lingkungan Pemkot Singkawang, Kalimantan Barat. Bahkan, ada surat edaran sekretaris daerah agar ASN berpartisipasi menyumbangkan sebagian penghasilan. Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie mengatakan, itu wujud solidaritas ASN dan Korpri. Dana itu, jika terkumpul, sekitar Rp 300 juta, prioritas untuk penyediaan APD, obat, dan kebutuhan masyarakat miskin yang terdampak.
Di tengah banyaknya kekurangan sumber daya, penanganan wabah Covid-19 mensyaratkan solidaritas semua pihak, termasuk ASN. ”Selagi saya masih bisa memberi, saya akan beri,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Singkawang Barita Ompusunggu. Jangan terlambat. Solidaritas sosial tumbuh. Ketegasan pemimpin negeri dinanti. (ETA/SYA/RTG/CHE/ESA)