Wabah Covid-19 membatalkan turnamen Wimbledon 2020. Pembatalan kejuaraan tenis tertua di dunia tersebut membuat komunitas tenis dunia bersatu untuk mengalihkan fokus pada kemanusiaan.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Pengumuman pembatalan Wimbledon 2020 tak sekadar menghilangkan satu agenda turnamen tenis, tetapi salah satu ajang olahraga besar dunia. Namun, wabah virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19, yang membatalkan kejuaraan tenis tertua di dunia tersebut, membuat komunitas tenis dunia bersatu, mengalihkan fokus pada kemanusiaan.
Maka, setelah All England Lawn Tennis Club (AELTC) mengumumkan pembatalan Wimbledon yang seharusnya digelar pada 29 Juni-12 Juli, Rabu (1/4/2020), reaksi dari petenis dan mantan petenis top dunia melalui media sosial adalah simpati dan saling memberi harapan, mengiringi penyesalan mereka.
”Sangat menyedihkan karena Wimbledon tahun ini ditiadakan. Tetapi dengan semua kejadian pada saat ini, kesehatan semua orang menjadi yang terpenting! Saat ini, saya menantikan kembali ke lapangan rumput pada tahun depan! Semoga semuanya dalam keadaan sehat,” kata juara tunggal putra Wimbledon 2013 dan 2016, Andy Murray.
Juara tunggal putri 2011 dan 2014, Petra Kvitova, menyatakan kerinduannya akan rumput yang indah serta tradisi berpakaian dan alas kaki putih ala Wimbledon. ”Tetapi kita tahu, semuanya akan kembali dengan kondisi lebih baik pada tahun depan dan mungkin kita akan lebih menghargainya. Tetap sehat dan berada di dalam rumah!”
Turnamen yang dikenal penuh tradisi—pakaian dan alas kaki petenis serba putih, Royal Box di lapangan utama, stroberi, dan es krim—itu menjadi bagian dari ajang besar olahraga yang harus dibatalkan/ditunda 2020 karena wabah Covid-19.
Virus yang muncul sejak Desember 2019 dan telah menginfeksi 937.000 orang secara global ini telah memundurkan dua ajang besar lainnya pada 2020, Piala Eropa dan Olimpiade Tokyo, selama setahun. Pertengahan Maret, Federasi Tenis Perancis (FFT) memundurkan Perancis Terbuka, 24 Mei-7 Juni, menjadi 20 September-4 Oktober.
Sesaat setelah panitia mengumumkan pembatalan Wimbledon 2020, panitia penyelenggara Amerika Serikat Terbuka memberi pernyataan bahwa Grand Slam di lapangan keras itu akan berlangsung sesuai jadwal, 31 Agustus-13 September, di Flushing Meadows, New York. Meski demikian, mereka akan tetap menanti perkembangan situasi.
Apalagi, lapangan tertutup di Flushing Meadows, yang biasanya digunakan untuk tempat latihan, pada saat ini, diubah menjadi rumah sakit sementara yang menampung 350 tempat tidur. Adapun Stadion Louis Armstrong menjadi tempat untuk menyiapkan 25.000 paket makanan, setiap hari, untuk pasien, pekerja, sukarelawan, dan anak-anak sekolah.
Maka, jika penularan virus belum juga mereda, tak menutup kemungkinan, AS Terbuka pun akan terganggu. Apalagi, AS menjadi negara dengan kasus penularan tertinggi pada saat ini.
Fungsi lain All England Club
Sejak diselenggarakan pada 1877, Wimbledon telah berlangsung setiap tahun, kecuali pada masa Perang Dunia I dan II. Karena perang tersebut, Wimbledon tak digelar pada 1915-1918 dan 1940-1945.
Mantan petenis Inggris yang masuk dalam daftar Hall of Fame, John Barrett, bercerita, All England Club memiliki peran besar dalam masa perang. ”Area parkir pernah digunakan untuk menanam sayuran dan memelihara ternak. Beberapa gedung pernah dipakai untuk menyimpan peralatan militer hingga menjadi tempat pelayanan kesehatan, sementara lapangan tetap dirawat sebagaimana mestinya,” kata Barrett, yang aktif bermain tenis pada era 1950-an, dalam tennis.com.
Kondisi saat ini membuat komunitas Wimbledon harus mengutamakan kemanusiaan, seperti yang diceritakan Barrett pada masa Perang Dunia II. Meniadakan Wimbledon, yang layaknya pesta kebun pada musim panas di Inggris dan bisa mengundang 500.000 penonton ini, sama artinya dengan memutus penularan virus di antara orang-orang yang terlibat dalam turnamen. Wimbledon tak hanya melibatkan atlet, tetapi juga wasit, penjaga garis, dan anak-anak pemungut bola.
Ada pula pekerja yang memelihara rumput agar selalu memiliki ketinggian 8 milimeter selama turnamen, petugas yang menyiapkan makanan dan minuman, sopir yang mengantarkan atlet dan tim dari hotel ke stadion. Di Wimbledon, ada juga pekerja media, penjaga toko cendera mata dan makanan, orang-orang yang mengurus bagian teknologi, penjaga loket tiket, orang yang bertugas memasang senar raket petenis, dan banyak lainnya.
Berselang 75 tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II, All England Club akan memiliki peran dalam ”perang” melawan Covid-19. AELTC pun bercerita tentang peran mereka pada saat ini melalui laman resmi Wimbledon. ”Upaya kami pada saat ini akan terfokus memberi bantuan bagi mereka yang terdampak virus. Kami telah mendistribusikan peralatan medis dan makanan, serta menawarkan fasilitas All England Club untuk memerangi Covid-19.”