Pandemi Covid-19, yang diikuti karantina wilayah, bahkan ”lockdown” di beberapa negara, telah menurunkan aktivitas manusia. Akibatnya, polusi berkurang, langit lebih jernih. Bintang dan planet kini lebih mudah diamati.
Oleh
M ZAID WAHYUDI
·3 menit baca
Penyebaran penyakit Covid-19 yang cepat dan diikuti karantina wilayah serta berkurangnya aktivitas ekonomi di sejumlah negara telah mengubah wajah Bumi. Tak hanya polusi udara yang menurun tajam, bintang dan planet juga lebih mudah diamati dan getaran lemah lempeng Bumi pun kian mudah terdeteksi.
Penurunan konsentrasi partikel halus, khususnya nitrogen dioksida (NO2), itu berlangsung di seluruh dunia, terutama wilayah pusat penyebaran Covid-19, seperti China, Italia, Spanyol, dan Perancis. Perbedaan konsentrasi partikel pencemar antara Maret 2019 dan Maret 2020 itu terekam dalam citra satelit Sentinel-5 milik Badan Antariksa Eropa (ESA).
Situasi serupa terjadi di Indonesia. Sejumlah wilayah di Sumatera pada Maret 2019 sudah bertarung dengan kebakaran hutan dan lahan. Kini, seiring dengan berkurangnya aktivitas manusia, ekonomi, industri, dan transportasi, konsentrasi partikel udara berukuran kurang dari 10 mikrometer (PM10) ikut turun.
”Konsentrasi PM10 di Jambi saat kebakaran hutan pada Maret 2019 mencapai 300 mikrogram per meter kubik (µg/m3). Kini, pada Maret 2020 turun menjadi 20 µg/m3,” kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional M Rokhis Khomarudin, di Jakarta, Jumat (3/4/2020).
Berkurangnya polutan menjadikan langit siang lebih bersih, berwarna biru cerah saat tidak hujan. ”Matahari terbit juga tidak semerah seperti biasanya,” kata dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, Hakim L Malasan. Merahnya Matahari atau Bulan saat terbit dan tenggelam menjadi tanda tingginya polusi udara atau banyaknya debu di udara.
Di Bandung, langit yang bersih membuat sejumlah obyek langit malam yang terang lebih mudah diamati, seperti Venus dan rasi Orion. Selama Maret-Mei 2020, Venus dan Orion terlihat di langit barat sesaat setelah matahari terbenam. Venus akan tenggelam sekitar pukul 19.000 dan Orion sekira pukul 21.00.
”Bagian trapesium Orion terlihat lebih jelas dengan mata telanjang,” ujarnya. Bagian trapesium itu merupakan bagian bawah tubuh sang pemburu Orion, tempat Nebula Orion atau M42 berada.
Meski langit lebih bersih, polusi cahaya sepertinya tidak berkurang. Pembatasan sosial membuat semua orang tinggal di rumah sehingga penggunaan lampu di permukiman menjadi maksimal. Namun, tata lampu yang belum sesuai membuat masih banyak cahaya lampu terhambur percuma dan mengotori langit.
Tak hanya di udara dan angkasa saja yang berubah, lempeng Bumi pun menunjukkan perilaku berbeda daripada biasanya. Studi sejumlah seismolog di beberapa kota dunia menunjukkan, berkurangnya aktivitas manusia membuat derau seismik, dengungan getaran di kerak Bumi, turun.
Derau itu ditimbulkan oleh getaran gerak kendaraan, mesin industri, atau sumber lain yang menimbulkan getaran, sama seperti gempa. Turunnya derau seismik membuat seismograf bisa mendeteksi gempa, aktivitas vulkanik, atau peristiwa seismik lain dengan kekuatan lebih kecil.
Seismolog Observatorium Kerajaan Belgia di Brussel, Thomas Lecocq, mengatakan, pembatasan gerak manusia membuat derau seismik di kota itu turun sepertiga daripada sebelumnya. ”Saat ini, Belgia benar-benar tenang,” katanya, seperti dikutip Nature, Selasa (31/3/2020).
Perubahan situasi itu menunjukkan, imbauan pemerintah agar warga di rumah saja guna menghindari penyebaran Covid-19 dipatuhi. Data polusi, kebersihan langit, dan getaran lemah itu juga bisa digunakan pembuat kebijakan untuk menentukan daerah mana yang warganya tak mematuhi imbauan demi menghambat Covid-19.