Minat Perusahaan Terbitkan Saham Perdana Tidak Surut
›
Minat Perusahaan Terbitkan...
Iklan
Minat Perusahaan Terbitkan Saham Perdana Tidak Surut
Di tengah pandemi Covid-19 yang membuat perputaran roda bisnis dan ekonomi melambat, pasar modal masih menjanjikan untuk mencari tambahan dana bagi perusahaan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
Ketidakpastian bisnis sebagai dampak pamdemi Covid-19 tidak menyurutkan niat korporasi untuk menghimpun dana melalui pasar modal. Sejumlah perusahaan tetap melanjutkan rencana aksi penawaran umum saham perdana meskipun upaya penanggulangan penyebaran Covid-19 membuat aktivitas ekonomi menjadi terbatas.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga Sabtu (4/4/2020), sudah ada tujuh calon emiten baru yang mendaftarkan rencana penawaran saham perdana (IPO) pada pekan kedua dan ketiga April 2020.
Pada triwulan I-2020, Kompas mencatat 18 emiten telah melaksanakan IPO di pasar modal dengan nilai emisi Rp 2,79 triliun. Rata-rata dana yang diperoleh emiten-emiten tersebut melalui proses IPO sekitar Rp 155 miliar. Dari semua emiten, hanya PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) yang menghasilkan emisi cukup besar dari hasil IPO, yakni Rp 1,03 triliun.
Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menuturkan, realisasi IPO pada triwulan I-2020 merupakan yang terbaik dibandingkan dengan periode yang sama pada periode 2016-2020. Pada tahun-tahun sebelumnya, perolehan dana pada triwulan I sekitar Rp 1 triliun-Rp 2 triliun.
Kendati animo perusahaan mencari sumber pendanaan lewat pasar modal masih tinggi, Frederik menilai, situasi perekonomian dalam masa penanggulangan Covid-19 tidak menjamin saham-saham baru akan terserap optimal oleh pasar.
Tingginya animo ini sebetulnya wajar karena persiapan IPO sudah dilakukan sejak akhir 2019. Pada saat itu, prospek ekonomi 2020 sedang positif.
”Rencana IPO pada tahun ini lebih menantang meskipun momentum yang tepat belum terlihat. Target dana masih bisa dicapai, terutama bila calon emiten sudah memiliki calon investor yang besar,” ujar Frederik.
Namun, lanjutnya, perusahaan pasti sudah mempertimbangkan rencana IPO dengan matang, termasuk soal risiko pasar. Apalagi, mayoritas pelaku pasar optimistis kondisi ekonomi dalam negeri akan kembali bangkit setelah pandemi Covid-19 berakhir.
Animo perusahaan yang tinggi dalam menggelar IPO pada awal tahun ini berbanding terbalik dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sejak awal tahun hingga perdagangan Jumat (3/4/2020), IHSG terkoreksi 26,61 persen. Pada perdagangan Jumat, IHSG ditutup menguat 2,02 persen ke level 4.623,42.
Perusahaan pasti sudah mempertimbangkan rencana IPO dengan matang, termasuk soal risiko pasar.
Frederik menyarankan investor agar selektif memilih calon emiten baru. Salah satu hal yang bisa dipertimbangkan adalah produk yang dihasilkan calon emiten.
Adapun calon emiten yang akan melakukan IPO pada April ini antara lain perusahaan yang bergerak di sektor properti, keuangan, konsumer, dan tekstil.
Belum berakhir
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai sisi positif dari tingginya antusiasme IPO di awal tahun ini sebagai alternatif. Sebab, kenaikan harga saham emiten baru cukup tinggi kendati tekanan dari sentimen pandemi Covid-19 belum berakhir.
Meski demikian, calon emiten baru menghadapi tantangan, yakni upaya mencari investor yang akan menyerap saham mereka. Pasalnya, kondisi saat ini cukup berat karena investor dibayangi kekhawatiran harga saham yang sulit naik dengan cepat.
”Calon emiten baru saat ini juga harus bersaing dengan saham blue chip yang harganya sudah terdiskon. IPO saat ini tidak akan menjadi masalah apabila calon emiten baru telah memiliki investor strategis,” ujarnya.