Risiko Pekerjaan Dokter
Anak perempuan saya yang berumur 18 tahun ingin sekali menjadi dokter. Kakaknya yang paling besar lulusan fakultas ekonomi, sedangkan anak yang nomor dua lulusan informatika.
Anak perempuan saya yang berumur 18 tahun ingin sekali menjadi dokter. Kakaknya yang paling besar lulusan fakultas ekonomi, sedangkan anak yang nomor dua lulusan informatika. Anak saya yang bungsu ini sejak kecil ingin menjadi dokter. Semula saya mengizinkan, tetapi belakangan membaca berita risiko pekerjaan dokter, saya jadi ragu.
Sudah cukup banyak dokter yang terinfeksi virus korona, bahkan ada yang meninggal. Saya juga melihat gambar-gambar para dokter bekerja di rumah sakit mengobati pasien Covid-19, juga foto mereka tidur seadanya. Saya tak ingin anak saya sesibuk itu. Saya ingin dia menjadi ibu rumah tangga.
Saya juga khawatir jika jadi dokter, dia akan tertular penyakit yang diderita pasien yang ditolongnya. Saya mohon maaf karena saya amat konservatif, latar belakang pendidikan saya adalah teknik, dan saya tak punya keluarga yang menjadi dokter.
Saya ingin mendapat penjelasan apakah seorang dokter perempuan dapat menjadi ibu rumah tangga dan punya waktu untuk mendidik anaknya? Apakah seorang dokter perempuan cukup menjadi dokter umum atau perlu melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis?
Nah, mengenai penularan penyakit dari pasien, saya juga takut. Seorang dokter tentu menghadapi berbagai pasien dengan aneka ragam penyakit, termasuk penyakit yang mudah menular. Apakah dokter dapat dengan aman melaksanakan tugasnya?
Saya pernah membaca tentang dr Cipto Mangunkusumo yang berhasil memberantas penyakit pes di Pulau Jawa. Waktu itu konon banyak dokter Belanda yang enggan terjun ke lapangan, tetapi dr Cipto secara sukarela datang ke daerah wabah dan mengajak penduduk membinasakan tikus yang menjadi perantara penyakit pes. Upaya beliau berhasil sehingga beliau mendapat penghargaan dari Ratu Belanda.
Bagaimana cara dokter menghindarkan diri dari penularan penyakit? Sekarang banyak dibicarakan kekurangan alat pelindung diri, apa gunanya alat tersebut? Apakah semua dokter sekarang ini harus memakai alat tersebut jika mengobati pasien? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
J di BKT
Niat putri Anda merupakan niat mulia. Sekarang ini fakultas kedokteran dipenuhi oleh remaja putri. Dulu, di era saya, sebagian besar mahasiswa kedokteran adalah laki-laki. Namun, sekarang mahasiswi kedokteran lebih dari 60 persen. Mereka belajar dengan tekun dan menjadi dokter yang baik di samping menjadi ibu rumah tangga.
Setelah lulus jadi dokter, lulusan tersebut akan menjadi dokter umum. Dokter umum pada umumnya bekerja di layanan kesehatan primer, seperti puskesmas, poliklinik, dan di perusahaan. Masyarakat umumnya mengenal dokter sebagai tenaga yang mengobati pasien.
Sebenarnya lapangan pekerjaan untuk dokter luas sekali. Dokter dapat memilih bekerja di bidang pelayanan, pendidikan, ataupun penelitian. Di bidang pelayanan, dokter melayani pasien baik secara individu maupun melayani masyarakat. Dokter juga dapat menjadi birokrat bekerja di dinas kesehatan atau manajemen rumah sakit. Untuk itu, terbuka pendidikan lanjutan untuk mendukung tugas tersebut.
Di bidang pendidikan, dokter dapat menjadi tenaga pengajar, baik untuk mahasiswa kedokteran maupun mahasiswa bidang kesehatan. Namun, untuk jadi pengajar harus mempunyai jenjang pendidikan paling rendah magister atau strata dua. Bahkan, banyak universitas yang mendorong semua anggota staf pengajarnya untuk lulus pendidikan strata tiga.
Untuk bekerja di bidang penelitian, seorang dokter dapat memilih bekerja di laboratorium atau di masyarakat. Banyak penelitian, baik mengenai diagnosis, terapi, maupun perilaku masyarakat, yang dapat dikerjakan. Mereka bekerja di fakultas kedokteran atau lembaga penelitian. Pekerjaan para peneliti ada yang berhubungan dengan pasien, ada juga yang tidak.
Nah, di bidang pelayanan, terbuka lebar lapangan pekerjaan baik sebagai dokter umum, dokter spesialis, maupun dokter konsultan. Dewasa ini jumlah dokter kita sekitar 170.000 orang, sebagian besar dokter umum dan sebagian kecil dokter spesialis dan konsultan.
Indonesia masih membutuhkan banyak tenaga dokter. Negeri kita amat luas, penduduk banyak, sehingga diperlukan banyak dokter untuk memelihara kesehatan penduduk. Pendidikan dokter memang lama. Setelah menjadi sarjana kedokteran, masih harus melanjutkan pendidikan klinik. Setelah itu, harus bekerja sebagai intern, artinya sudah melayani masyarakat, tetapi masih di bawah bimbingan dokter, belum mandiri. Setelah intern, barulah boleh melayani pasien secara mandiri.
Di Indonesia sekarang terdapat lebih dari 70 fakultas kedokteran. Untuk menjaga mutu lulusan, diadakan ujian nasional. Banyak orangtua khawatir anaknya ditugaskan ke daerah. Padahal, bertugas di daerah amatlah menyenangkan dan merupakan kesempatan untuk mengembangkan diri agar lebih mandiri. Setelah bertugas sebagai dokter umum di daerah, dapat melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis sesuai dengan minatnya. Lama pendidikan empat sampai lima tahun. Namun, pendidikan ini dapat dijalani sambil bekerja, termasuk praktik di sore hari.
Keluarga Anda memilih karier bukan dokter, jadi jika anak Anda berminat jadi dokter, akan melengkapi keberagaman yang ada. Selain bermanfaat bagi masyarakat, seorang dokter tentu juga dapat bermanfaat bagi keluarga inti dan keluarga besarnya. Dia akan menjadi penasihat dalam mencapai tingkat kesehatan yang baik.
Setiap pekerjaan tentu ada risikonya. Risiko itu dapat dikurangi dengan adanya prosedur kerja yang melindungi dokter dan tenaga kesehatan lain. Pada wabah penyakit menular, badan kesehatan sedunia WHO akan mengeluarkan berbagai pedoman yang dapat dijadikan rujukan dalam menjalankan tugas. Setiap dokter wajib menjaga kesehatannya serta melaksanakan berbagai petunjuk yang telah digariskan dalam mencegah penularan penyakit.
Setiap dokter perlu mengamalkan gaya hidup sehat karena dia panutan masyarakat. Dia juga harus menjalani berbagai vaksinasi untuk mencegah penyakit. Pada keadaan tertentu, jika bertugas di area yang risiko penularan penyakitnya tinggi, ia harus memakai alat pelindung.
Pada era wabah Covid-19 saat ini diperlukan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan risiko penularan. Mereka yang merawat pasien Covid-19, yang kontak secara langsung, harus menggunakan alat pelindung diri maksimal. Adapun dokter yang tidak kontak langsung yang risikonya lebih kecil menggunakan alat pelindung diri yang lebih sederhana.
Mengenai waktu istirahat, memang dalam keadaan wabah ini tenaga dokter diperlukan lebih banyak sehingga jam kerjanya mungkin berlebih. Namun, pada keadaan biasa, jam kerja dokter sama dengan yang lain. Hanya saja, kalau dia ingin praktik tambahan di sore hari, harus dikerjakan di luar jam dinas.
Dokter punya banyak mitra kerja dan mempunyai kesempatan untuk bergaul dengan aparat pemerintah dan juga tokoh masyarakat. Dokter juga punya kesempatan untuk punya kontak dengan berbagai lapisan masyarakat. Seorang dokter dapat mengatur waktu antara tugasnya sebagai dokter dan seorang ibu rumah tangga.
Banyak dokter yang menikmati pekerjaannya dan tidak sedikit anak dokter yang juga ingin seperti orangtuanya. Semua pekerjaan tentulah baik. Semua pekerjaan mempunyai risiko. Anda tak perlu khawatir dengan keinginan anak Anda menjadi dokter. Saya doakan agar dia dapat menjadi dokter yang baik.