Saran Psikolog-Terapis Atasi Kecemasan di Tengah Wabah Korona
›
Saran Psikolog-Terapis Atasi...
Iklan
Saran Psikolog-Terapis Atasi Kecemasan di Tengah Wabah Korona
Beberapa cara mengatasi situasi saat ini adalah menerima situasi ini sebagai realitas serta melakukan meditasi, olahraga, atau percakapan daring dengan teman atau orang yang dicintai untuk meredakan kecemasan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Pandemi virus korona tipe baru saat ini telah membawa dunia pada situasi yang sangat berat. Menghadapi wabah yang belum jelas kapan berakhirnya ini, orang-orang di sejumlah negara seperti tak berdaya dan berpotensi mengalami berbagai gangguan kesehatan jiwa.
Untuk mengatasi kecemasan di tengah wabah saat ini, psikolog dan terapis menyarankan beberapa langkah, mulai dari meditasi, berolahraga, membatasi paparan informasi suram di media, hingga berkomunikasi secara daring dengan orang-orang terdekat dan yang dicintai.
”Orang-orang mengalami tingkat kecemasan yang sangat tinggi,” kata Sonya Lott, psikolog di Philadelphia, Amerika Serikat, Jumat (3/4/2020). ”Ini bentuk ketakutan atas sesuatu yang belum kita ketahui karena kita belum pernah mengalaminya sebelumnya.”
Lott menuturkan, warga AS—seperti halnya penduduk negara lain—mengalami duka yang mendalam ketika virus korona baru menyebar dengan cepat ke segala penjuru dunia. ”Pengalaman paling mendekati pandemi ini, bagi warga AS, adalah peristiwa 9/11,” katanya merujuk pada serangan teroris di AS pada 11 September 2001.
”Meski begitu, saat 9/11 kita bisa lari ke rumah dan tinggal bersama keluarga memeluk mereka. Sekarang, walaupun kita berada di rumah, kita sebaiknya tidak berpelukan,” lanjut Lott.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menyebutkan, stres selama pandemi Covid-19 bisa berupa rasa takut dan khawatir akan kondisi kesehatan sendiri dan orang yang disayangi, perubahan pola tidur dan makan, sulit berkonsentrasi atau sulit tidur, situasi penyakit kronis yang memburuk, juga meningkatnya konsumsi rokok, minuman keras, atau obat-obatan terlarang.
Direktur Pelaksana Klinis di Asosiasi Terapis Keluarga dan Pernikahan California Holly Daniels menyatakan, jumlah orang yang memerlukan bantuan konseling di tengah wabah Covid-19 saat ini meningkat. Selain itu, meski tidak ada data resmi, panggilan ke saluran layanan konsultasi penanganan bunuh diri juga meningkat.
Berdasarkan jajak pendapat yang dipublikasikan oleh Kaiser Family Foundation, Kamis (2/4/2020), wabah virus korona baru ini telah memengaruhi kesehatan jiwa hampir separuh warga AS. Pernyataan ”lebih aman di rumah” menjadi perintah yang luar biasa untuk dipatuhi guna menekan penularan Covid-19. Namun, bagi banyak orang, rumah bukanlah tempat aman.
”Angka bunuh diri akan naik karena orang-orang sendirian dan terisolasi di rumahnya. Berada di rumah juga benar-benar tidak aman bagi mereka,” ucap Daniels.
Daniels menambahkan, untuk bisa tetap terhubung dengan kliennya di tengah situasi sulit seperti sekarang, terapis harus mengubah sesi konsultasinya menjadi daring, benar-benar menjaga kliennya yang rentan, dan menggunakan media sosial untuk membagikan materi atau panduan kepada kliennya.
Dari meditasi hingga olahraga
Daniels dan Lott menyarankan bagi pasien yang berjuang mengatasi situasi saat ini adalah menerima situasi ini sebagai realitas serta melakukan meditasi, olahraga, atau percakapan daring dengan teman atau orang yang dicintai untuk meredakan kecemasan.
Membatasi diri dari paparan informasi yang suram di media massa dan media sosial merupakan cara lain mengendurkan ketegangan selama masa di rumah.
Membatasi diri dari paparan informasi yang suram di media massa dan media sosial merupakan cara lain mengendurkan ketegangan selama masa di rumah. Terlepas dari kabar suram yang ada, Daniels mengatakan, ada juga hal positif dari pandemi ini, khususnya bagaimana orang menghadapi realitas perasaan mereka.
”Ada peningkatan perasaan intim dengan orang lain, persahabatan,” ujarnya. ”Saya juga berharap bahwa ini adalah masa evolusi dalam kesadaran di mana kita benar-benar berkumpul bersama dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.”
Kent Toussaint, terapis keluarga di California yang banyak bekerja dengan klien anak-anak dan remaja, menuturkan, ketika kecemasan menghantui orang dewasa pada situasi sekarang, orang yang lebih muda terlihat lebih baik dalam menghadapi krisis ini.
”Sebagian besar anak-anak tidak terlalu khawatir tentang virus korona baru ini, tidak terlalu khawatir terinfeksi,” ujar Toussaint yang juga pemimpin Teen Therapy Center. ”Mereka lebih fokus pada bagaimana situasi ini berdampak pada kehidupan mereka.”
Toussaint menyebutkan, remaja mungkin jengkel karena terkurung di dalam rumah dan tidak bisa bermain dengan teman-temannya di luar rumah. Meski demikian, saat ini anak muda justru menikmati waktu kebersamaan dengan orangtua mereka dan jam belajar yang lebih sedikit.
”Hikmahnya dalam hal ini adalah anak-anak merasa tidak terlalu tertekan dengan pekerjaan rumah karena jumlahnya berkurang... dan dengan adanya orangtua di rumah mereka memiliki waktu untuk terhubung,” tutur Toussaint.
”Jadi, di tengah situasi buruk ini, hikmahnya bagi sebagian keluarga sangat positif.” (AFP)