Opsi Pembatalan Liga Ditolak
Liga-liga domestik Eropa yang tertunda dipastikan akan tetap selesai musim ini. Kengototan itu didasari pertimbangan mencegah klub-klub mengalami kerugian finansial yang lebih besar menyusul wabah Covid-19.
MADRID, JUMAT – Asosiasi Klub Eropa (ECA), yang didukung UEFA, menentang pembatalan liga-liga domestik di Eropa musim ini sebagai opsi utama menyusul wabah Covid-19. Alasan finansial menjadi pertimbangan utama mayoritas klub di lima liga teratas Eropa tetap ngotot ingin menyelesaikan kompetisi musim 2019/2020 yang masih tertunda hingga kini.
Penolakan itu dilakukan menyikapi kontroversi dibatalkannya sisa kompetisi Liga Pro Belgia musim 2019-2020, Kamis (2/4/2020). Pengelola liga itu lantas memberikan gelar juara ke pemuncak klasemen, Club Brugge. Liga Pro menjadi liga domestik pertama di Eropa yang membatalkan sisa kompetisi pada musim ini menyusul wabah Covid-19.
Terobosan Liga Pro Belgia itu bisa menjadi contoh bagi liga-liga lainnya. Langkah di Belgia itu dianggap sebagai pilihan paling rasional dan minim resiko mengingat kompetisi itu hanya menyisakan satu pekan. Di sisi lain, Brugge juga unggul 15 poin dari pesaing terdekatnya, KAA Gent, sehingga secara matematis sudah pasti juara.
Meskipun demikian, langkah pengelola Liga Pro itu dinilai tidak bisa serta merta diterapkan di liga-liga lainnya yang masih jauh dari selesai dan belum memiliki juara matematis. Situasi ini antara lain terjadi di Liga Inggris, Italia, Spanyol, dan Perancis.
Maka itu, ECA dan UEFA merespon inisiatif Liga Pro itu dengan mengirimkan surat resmi kepada seluruh klub dan federasi sepakbola “Benua Biru". Isi surat yang ditandatangani Presiden UEFA Aleksander Ceferin dan Ketua ECA Andrea Agnelli itu meminta liga-liga lainnya berupaya sekuat mungkin melanjutkan liga yang tertunda.
Kedua pihak berharap gelar juara, promosi dan degradasi tim, ditentukan di lapangan. Jadi, bukan "diberikan" pengelola liga. Lalu, pembatalan sisa kompetisi pada musim ini dijadikan opsi terakhir jika liga-liga itu mustahil dilanjutkan.
“Kami yakin sepak bola bisa dilanjutkan beberapa bulan mendatang sesuai rekomendasi yang diberikan pemerintah setiap negara,” bunyi surat bersama ECA dan UEFA itu seperti dilansir surat kabar Marca, Jumat (3/4/2020).
Meskipun kondisi di Eropa masih penuh ketidakpastian akibat wabah virus korona baru, kedua pihak optimis kompetisi bisa dilanjutkan paling lambat pada Juli atau Agustus mendatang. Maka itu, seperti diberitakan sebelumnya, UEFA telah memutuskan menunda kompetisi regional, seperti Liga Champions Eropa, Liga Europa, dan playoff Piala Eropa, pada bulan-bulan itu untuk memberikan kesempatan setiap federasi menyelesaikan liga domestiknya masing-masing.
“Untuk memulai kompetisi lagi, kami akan berkoordinasi bersama dengan seluruh federasi guna menentukan jadwal baru liga domestik dan kompetisi UEFA (Liga Champions dan Liga Europa),” bunyi lanjutan pernyataan itu.
Apabila ada liga yang dibatalkan di tengah jalan, UEFA menekankan, keabsahan juara atau hasil kompetisi itu berpotensi terancam. Wakil-wakil di liga itu tidak akan diakui bermain di kompetisi antarklub Eropa musim depan, seperti Liga Champions.
Apabila ada liga yang dibatalkan di tengah jalan, UEFA menekankan, keabsahan juara atau hasil kompetisi itu berpotensi terancam. Wakil-wakil di liga itu tidak akan diakui bermain di kompetisi antarklub Eropa musim depan, seperti Liga Champions.
Keinginan UEFA dan ECA itu sejalan tekad sejumlah federasi dan pengelola liga papan atas di Eropa. Presiden Federasi Sepakbola Italia (FIGC) Gabriele Gravina berkata, prioritas utama pihaknya saat ini adalah menyelesaikan Liga Italia yang tertunda. Ia pun mengklaim, pemuncak klasemen liga itu, Juventus, menolak jika kompetisi sampai dibatalkan dan dihadiahi gelar juara.
“Menghentikan liga di tengah jalan akan menciptakan masalah yang lebih rumit. Itu tidak adil. Gelar juara itu didapat, bukan diberikan. Maka itu, kami membuka pula dialog dengan seluruh pihak untuk merampungkan kompetisi pada Agustus atau September,” ujar Gravina.
Kengototan itu tidak terlepas dari potensi kerugian ekonomi yang akan dialami federasi, operator penyelenggara liga, dan klub, jika kompetisi dibatalkan. Tanpa itu saja, sejumlah klub-klub seperti Juventus, Barcelona, dan Bayern Muenchen, telah mengalami masalah finansial akibat penghentian sementara liga. Mereka pun terpaksa memangkas gaji para pemain dan pelatih.
Hak siar
Meskipun kemungkinan kompetisi berlanjut tanpa penonton, mereka setidaknya masih bisa mendapatkan pemasukan dari hak siar televisi. Liga-liga bergengsi di Eropa memiliki nilai kontrak hak siar yang mencapai ratusan juta Euro per satu musim. Dalam kontrak perjanjian itu diatur klausul bahwa pemegang hak siar dapat menangguhkan pembayaran hak siar selama masa keadaan kahar (force majeure), termasuk wabah Covid-19 yang telah menghentikan liga-liga di Eropa sejak pertengahan Maret lalu.
Liga Perancis menjadi kompetisi top Eropa pertama yang telah kehilangan jutaan euro seiring penundaan sementara liga. Canal Plus dan Bein Sports Perancis, sebagai pemilik hak siar Liga Perancis, memutuskan tidak akan membayar hak siar selama kompetisi terhenti. Nilai kontrak hak siar yang dibayar kedua stasiun televisi itu musim ini adalah 726,5 juta euro (Rp 12,96 triliun).
Dengan demikian, klub-klub Liga Perancis kehilangan pemasukan utamanya saat ini. Bein Sports Perancis setidaknya telah menunda pembayaran hak siar untuk April hingga Juni senilai 97 juta euro (Rp 1,73 triliun). “Kami memutuskan tidak melakukan pembayaran hingga kompetisi kembali normal, sehingga kami bisa menyediakan kembali tayangan bagi seluruh pelanggan,” ucap Yousef al-Obaidly, kepala eksekutif Bein Sports Perancis.
Pemegang hak siar Liga Perancis lainnya, Canal Plus, telah lebih dulu menunda pembayaran hak siar untuk bulan April. Jumlah dana hak siar yang seharusnya disetor Canal Plus untuk bulan ini sebesar 110 juta euro (Rp 1,96 triliun). Setelah April, mereka juga akan mengangguhkan pembayaran hak siar untuk bulan Juni sebesar 140 juta euro (Rp 2,49 triliun).
“Tidak ada pertandingan, berarti tidak ada pembayaran. Kami menjalankan klausul di kontrak (menunda pembayaran) karena kami tidak memiliki cara lain. Canal Plus bukan bank,” tutur Kepala Eksekutif Canal Plus Maxime Saada kepada surat kabar Perancis, L’Equipe.
Merespon kondisi itu, Didier Quillot, kepala eksekutif LFP (pengelola liga Perancis), mengungkapkan, pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan seluruh klub dan pemain Liga Perancis untuk menyelesaikan liga sebelum 30 Juni. Andai liga sulit berakhir dalam tenggat waktu itu, Quillot menekankan, penjadwalan lebih lanjut akan dilakukan LFP.
Pembahasan dengan pemilik hak siar juga tengah dilakukan penyelenggara liga-liga lainnya di Eropa. Liga Primer, penyelenggara Liga Inggris, masih mencari solusi terbaik dengan pemilik hak siar, Sky Sports dan BT Sports. Apabila liga itu tidak selesai, Liga Primer terancam membayar kompensasi yang akumulasinya berjumlah 750 juta Euro (Rp 13,3 triliun).
Baca juga : UEFA Menatap Kegelapan
Maka itu, Kepala Eksekutif Liga Primer Richard Masters memastikan, pihaknya mencari jalan keluar terbaik untuk tetap melanjutkan liga tanpa mengorbankan kesehatan para pemain dan pelatih. Ia mengatakan, keputusan pemerintah terkait kondisi wabah Covid-19 di Inggris akan menjadi dasar utama sebelum memutuskan jadwal baru liga.
“Kami berkomitmen untuk kembali memainkan permainan yang kami cintai, tetapi hanya ketika kondisi telah aman. Dengan kondisi tak menentu saat ini, kami belum bisa memberi jawaban cepat untuk jadwal baru liga. Maka, itu para penggemar diharapkan bersabar dan tetap menunggu kabar terbaru,” katanya.
Namun, di sisi lain, melanjutkan kompetisi hingga akhir Juli, bahkan Agustus, bisa menimbulkan komplikasi masalah lainnya. Hal itu terkait kontrak sejumlah pemain di Eropa yang akan berakhir 30 Juni mendatang. Di Eropa, kontrak tidak dibuat berdasarkan kalender tahun, melainkan musim, yaitu dihitung per 1 Juli hingga akhir Juni.
Padahal, tidak sedikit pemain ternama yang kontraknya segera berakhir, seperti Edinson Cavani dan Thomas Meunier dari Paris Saint-Germain; Adam Lallana di Liverpool; serta Willian dan Pedro yang membela Chelsea. Terkait hal itu, FIFA tengah menggodok aturan khusus, yaitu melonggarkan durasi kontrak pemain, yaitu hingga berakhirnya kompetisi di masing-masing negara, musim ini. (AFP/REUTERS)