Penggunaan Masker Semakin Penting untuk Menghindari Infeksi
Sejalan dengan penambahan kasus baru, penggunaan masker semakin penting bagi warga. Pemerintah menganjurkan warga mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah menganjurkan warga mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah guna meminimalkan risiko paparan virus korona jenis baru. Warga diminta menggunakan masker yang tepat supaya terhindar dari infeksi akibat paparan cairan yang mengandung virus.
Pemerintah melalui Ketua Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menganjurkan warga mengenakan masker kain ketika berada di tempat umum dan berinteraksi dengan orang lain. Masker kain tersebut terdiri atas tiga lapisan dan harus diganti jika basah.
Penggunaan masker juga diserukan Gubernur DKI Jakarta melalui Seruan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Penggunaan Masker untuk Mencegah Penularan Covid-19. Berkaca pada peningkatan kasus dan keterbatasan masker untuk tenaga medis, warga diminta selalu mengenakan masker ketika berada atau berkegiatan di luar rumah tanpa kecuali. Masker kain yang digunakan terdiri dari minimal dua lapisan dan dapat dicuci secara rutin.
Baca Juga: Saatnya Memakai Masker
Warga Kemang, Jakarta Selatan, Yuni Wahyuningsih (21), sudah beralih ke masker kain karena kesulitan memperoleh masker medis, baik di apotek maupun pusat perbelanjaan. Dia membeli masker seharga Rp 7.000 dari warung di pinggir jalan. ”Memang bisa dicuci dan dipakai berulang-ulang, tetapi lapisannya hanya satu,” ujarnya di Jakarta, Minggu (5/4/2020).
Hal serupa juga dialami banyak warga karena mereka tidak tahu standar masker kain yang efektif untuk meminimalkan paparan cairan yang mengandung virus. Warga hanya berpikir cara mendapatkan masker karena kelangkaan dan melambungnya harga masker medis.
Demikian juga dengan Erlita Dewi (22). Pengguna kereta rel listrik ini mengetahui standar lapisan pada masker dari seruan gubernur. Praktis selama ini dia tidak terlalu memperhatikan efektivitas penggunaan masker kain. ”Kalau masker bedah, kan, sudah dari pabrik ada tiga lapisan. Kalau masker kain, yang penting bisa pakai di dalam angkutan umum yang padat,” ucap Erlita.
Salah satu kajian peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Cambridge, Ameriksa Serikat, Lydia Bourouiba, yang dipublikasikan di Journal of the American Medical Association pada 26 Maret 2020 menyebutkan, dalam kondisi laboratorium, batuk dapat menyemprotkan cairan hingga 6 meter (m) dan bersin dapat mencapai 8 m.
Berdasarkan temuan ini, menurut Bourouiba, dalam situasi tertentu, terutama di dalam ruangan tertutup, pemakaian masker akan mengurangi risiko karena cairan yang membawa virus bisa melayang di udara dalam rentang lebih jauh dari perkiraan sebelumnya. ”Masker tipis tidak akan melindungi dari menghirup partikel terkecil di udara karena mereka tidak memberikan penyaringan. Namun, mereka berpotensi mengalihkan awan (tetesan) yang dipancarkan dengan momentum tinggi ke samping alih-alih masuk ke mulut kita,” kata Bourouiba.
Panel Ahli WHO David Heyman kepada BBC pada 2 April 2020 mengatakan, riset baru dari MIT dan lembaga lain akan jadi pertimbangan penting dan ”mungkin memakai masker sama efektif atau lebih efektif daripada menjaga jarak aman”. Namun, masker harus dipakai dengan benar dan tertutup. Saat melepasnya juga harus hati-hati agar tangan tidak terkontaminasi.
Cara mengenakan
Menurut epidemiolog Indonesia yang juga kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, masyarakat di Indonesia, khususnya di daerah yang jadi pusat wabah Covid-19, seperti Jabodetabek, sudah harus selalu memakai masker saat keluar dari rumah.
Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, Gunakan Masker dengan Benar di Situasi yang Tepat
Ada contoh kasus nyata di Ceko yang memberlakukan penggunaan masker sejak 18 Maret 2020 dan terlihat ada penurunan signifikan angka kasus infeksi Covid-19 harian dari 20 persen menjadi 6 persen. ”Tidak harus masker medis, apalagi N95. Itu prioritas bagi tenaga medis. Kalau tidak ada masker medis, bisa memakai masker buatan rumahan dari kain,” ujarnya. ”Meski tidak melindungi diri 100 persen, hal itu bisa mengurangi risiko penularan seperti ditunjukkan sejumlah studi,” katanya.
Lantas bagaimana cara mengenakan masker yang tepat. Konsultan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Kantor Pusat WHO Christine Francis mengatakan, masker harus dikenakan dan dibuang dengan benar. Jika tidak, masker akan menjadi sumber infeksi karena kuman yang menempel pada permukaannya.
Caranya dengan meletakkan pita logam atau ujung masker pada batang hidung, lalu pasang tali elastis ke daun telinga atau ikat tali di belakang kepala. Pastikan tidak ada celah sehingga masker menutup hidung, mulut, dan dagu. ”Selama digunakan, jangan sentuh bagian depan masker,” kata Christine. Hindari menyentuh masker saat menggunakannya. Jika tersentuh, segera cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan antiseptik.
Selanjutnya cara melepaskan masker. Lepas tali elastis dari daun telinga atau membuka ikatan tali di belakang kepala. Jangan sentuh bagian depan masker karena mungkin terkontaminasi. Setelah terlepas, buang masker ke tempat sampah tertutup.
Baca juga: Jakarta Wajibkan Penggunaan Masker
Segera ganti masker jika basah atau lembab dengan masker baru yang kering. Jangan gunakan kembali masker sekali pakai dan selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan antiseptik sebelum dan sesudah mengenakan masker.
Sementara dr Kevin Adrian dari Alodokter mengatakan, masker kain memang kurang efektif dalam mengurangi risiko penularan virus karena kebanyakan dibuat tanpa mengikuti standar medis. Misalnya, kain yang digunakan tidak sama dengan bahan masker bedah atau masker N95, ujungnya cenderung longgar sehingga tidak dapat menutupi area di sekitar hidung dan mulut dengan sempurna, dan tidak dapat mencegah masuknya partikel sangat kecil ke dalam hidung atau mulut melalui udara.
Untuk itu, supaya masker kain dapat berfungsi seoptimal mungkin, pilih masker yang sesuai dengan ukuran wajah sehingga dapat menutup mulut, hidung, dan dagu. Jangan lupa cuci tangan terlebih dahulu sebelum memperbaiki posisi masker kain yang berubah atau longgar.
Kemudian segera ganti masker kain jika robek atau rusak. Terakhir cuci masker kain dengan air bersih dan detergen atau rebus masker dalam air mendidih dengan suhu minimal 130 derajat celsius. Meski demikian, mengenakan masker bukan satu-satunya cara menekan risiko paparan virus. Penggunaan masker harus dibarengi dengan kebiasaan mencuci tangan dan jaga jarak.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta, Erlina Burhan, mengatakan, masker hanya salah satu cara untuk mencegah penyakit, selain tetap cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat. ”Masker sebaiknya hanya digunakan oleh orang sakit atau orang yang sedang merawat orang sakit. Selain itu, masker juga digunakan ketika sedang pergi dan berada di kerumunan. Pastikan pula gunakan masker dengan benar,” katanya.
Meski begitu, prinsip jaga jarak minimal 1,5 meter sampai 2 meter tetap harus diterapkan. Ini karena kemampuan masker kain untuk memproteksi partikel kecil tidak maksimal. Berkisar 40-90 persen partikel masih bisa menembus masker.