Gedung Desa dan Rumah Warga Jadi Tempat Karantina Pemudik di Batang
›
Gedung Desa dan Rumah Warga...
Iklan
Gedung Desa dan Rumah Warga Jadi Tempat Karantina Pemudik di Batang
Di Desa Pacet, Kabupaten Batang, tempat karantina bagi pemudik memanfaatkan rumah warga yang kosong dan gedung desa. Mereka dikarantina 10-16 hari dan mendapat makan tiga kali sehari. Keluarganya pun dipasok pangan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BATANG, KOMPAS -- Pemerintah daerah hingga pemerintah desa di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah menyiapkan tempat karantina bagi pemudik. Di Desa Pacet, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, pemerintah desa memanfaatkan rumah warga yang kosong dan gedung-gedung milik desa sebagai tempat karantina.
Keputusan pemerintah pusat untuk tidak melarang masyarakat mudik membuat sejumlah warga perantauan asal Desa Pacet terus berdatangan pulang ke kampung. Sebagai bentuk antisipasi penyebaran Coronavirus disease atau Covid-19, pemerintah desa menyiapkan tempat karantina bagi warga yang kembali dari perantauan.
Tempat karatina yang disiapkan adalah gedung-gedung milik desa seperti, gedung poliklinik kesehatan desa, gedung madrasah diniyah, dan beberapa rumah warga yang tidak digunakan. Jumlah pemudik yang bisa ditampung di tempat-tempat tersebut mencapai 100 orang.
"Para pemudik yang tiba di desa ini wajib dikarantina selama 10-14 hari sebelum pulang ke rumah masing-masing. Program ini berlaku bagi warga Desa Pacet yang pulang dari kota atau negara lain, terutama yang dinyatakan sebagai zona merah Covid-19," kata Kepala Desa Pacet Dendy Hermawan di Batang, Senin (6/4/2020).
Dendy mengatakan, selama dikarantina, pemudik akan mendapatkan jatah makan tiga kali dalam sehari. Adapun keluarga pemudik diberi bantuan paket sembako berisi 10 kilogram beras dan 2 liter minyak selama keluarganya dikarantina.
Pemudik akan mendapatkan jatah makan tiga kali sehari. Adapun keluarga pemudik diberi bantuan paket sembako berisi 10 kilogram beras dan 2 liter minyak selama keluarganya dikarantina.
Dana yang digunakan untuk program karantina di Desa Pacet sekitar Rp 100 juta. Dana tersebut berasal dari dana bantuan sosial, dana bantuan Palang Merah Indonesia, dana swadaya masyarakat, dan dana Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Dana Desa tahun 2019.
Menurut Dendy, ada sekitar 100 pemudik yang sudah kembali ke Desa Pacet. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16 orang masih dikarantina. Adapun jumlah warga Desa Pacet yang merantau sebanyak 200 orang. Artinya, masih ada sekitar 100 warga yang berpotensi kembali ke Desa Pacet.
Upaya Desa Pacet untuk mengarantina pemudik diapresiasi oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Ganjar meminta, desa lain untuk mencontoh apa yang dilakukan oleh warga dan pemerintah Desa Pacet.
"Ini upaya yang keren dari warga dan Pemerintah Desa Pacet. Para pemudiknya juga memiliki kesadaran untuk mengikuti ketentuan dan berkenan dikarantina," ujar Ganjar dalam video yang diunggah di akun instagramnya, @ganjar_pranowo.
Dalam kesempatan tersebut Ganjar juga mengimbau masyarakat untuk menerima dan tidak menstigma pemudik yang sudah selesai dikarantina.
Sementara itu, di Kabupaten Tegal, tempat karantina bagi pemudik yakni Gedung Olahraga Trisanja masih terus dilengkapi fasilitasnya. Gedung yang diperkirakan mampu menampung hingga 200 orang tersebut akan diperbaiki sanitasinya dan dilengkapi tempat tidur bagi pemudik yang dikarantina.
"Saat ini, kami masih mengurus pergeseran anggaran. Jika sudah ada pergeseran anggaran yang resmi, kami akan langsung memperbaiki dan melengkapi fasilitas yang masih kurang," ujar Wakil Bupati Tegal Sabilillah Ardie.
Di Kabupaten Brebes, pemerintah kabupaten berencana menjadikan rumah warga dan gedung yang kosong untuk dijadikan tempat karantina pemudik. Tempat karantina di masing-masing desa diperkirakan bisa menampung 50-100 orang.
Hingga Senin malam, jumlah pemudik yang kembali ke Brebes sekitar 51.800 orang. Sembari menunggu tempat karantina selesai disiapkan, para pemudik diminta mengarantina diri di rumahnya masing-masing.
"Perangkat desa dan petugas kesehatan dari masing-masing puskesmas akan membantu memantau kondisi para pemudik secara rutin. Jika memang ada gelaja mirip Covid-19, pemudik akan langsung dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk diperiksa," kata Wakil Bupati Brebes Narjo.