Khawatir Korona, Guatemala Minta AS Batasi Deportasi
›
Khawatir Korona, Guatemala...
Iklan
Khawatir Korona, Guatemala Minta AS Batasi Deportasi
Pemerintah Guatemala meminta pembatasan aktivitas deportasi imigran dari Amerika Serikat. Permintaan itu untuk mencegah meluasnya penularan wabah Covid-19.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
MEXICO CITY, MINGGU — Pemerintah Guatemala meminta Pemerintah Amerika Serikat untuk membatasi deportasi imigran ke negara Amerika Tengah itu menjadi 25 orang per pesawat. Permintaan itu diajukan karena kekhawatiran Guatemala atas ledakan kasus infeksi Covid-19 di negara itu.
Permintaan itu disampaikan Menteri Kesehatan Guatemala Hugo Monroy Minggu (5/4/2020). Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari Pemerintah AS. Monroy sendiri tidak menjelaskan lebih jauh tentang pernyataannya itu.
Meski demikian, merujuk info sebelumnya, Pemerintah baru Guatemala sedang mencoba membatasi jumlah migran asing yang dikirim AS berdasarkan perjanjian yang menjadikan negara Amerika Tengah itu sebagai zona penyangga untuk mengurangi klaim suaka AS. Kekhawatiran akibat wabah Covid-19 diperkirakan menambah urgensi pembatasan itu.
Washington telah mengirim ratusan pencari suaka Honduras dan El Salvador ke Guatemala berdasarkan perjanjian yang diterapkan pada November tahun lalu. Bahkan, AS sejak saat itu berusaha untuk memperluas program tersebut. Namun, prioritas Guatemala dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan AS itu adalah untuk memastikan jumlah yang dikirim kembali setiap hari tidak melebihi kapasitas penampungan yang ”sangat terbatas” untuk memproses kedatangan baru.
Hal itu ditegaskan Wakil Menteri Luar Negeri Guatemala Eduardo Hernandez. ”Kami hanya memiliki satu landas pacu dan satu pusat penerimaan migran,” kata Hernandez.
Meskipun kesepakatan itu dinilai sebagai tindakan yang tumpang-tindih, Pemerintah AS melihatnya sebagai kunci untuk menurunkan aktivitas migrasi ilegal ke AS. Presiden Donald Trump memprioritaskan pengendalian imigrasi sebagai salah satu program kampanyenya menghadapi pemilihan presiden yang dijadwalkan digelar pada November tahun ini.
Terkait pandemi Covid-19, Presiden Guatemala Alejandro Giammattei telah melarang perjalanan Guatemala sebelum dan selama Paskah. Larangan diterapkan setelah warga Guatemala yang tinggal di kota-kota besar bersiap untuk mudik, merayakan Paskah dengan anggota keluarga di pedesaan. Banyak dari mereka berusia lanjut dan dinilai lebih rentan Covid-19.
Hingga pekan lalu tercatat ada 61 kasus infeksi Covid-19 di Guatemala, dua di antaranya diikuti dengan kematian. Presiden Giammattei sudah memberlakukan jam malam dan pembatasan perjalanan.
Kematian pertama akibat Covid-19 di negara itu menimpa seorang warga berusia 85 tahun. Menteri Kesehatan Guatemala Hugo Monroy mengatakan bahwa pasien naas itu tiba di Guatemala dari Spanyol pada 6 Maret. Dia dikarantina di rumah, tetapi sepekan berikutnya ia meminta bantuan medis pada hari Sabtu. Pada hari Minggu, pasien itu meninggal. Kasus pertama infeksi Covid-19 baru dikonfirmasikan di Guatemala pada 13 Maret. Pasien yang telah meninggal itu adalah pasien dengan infeksi Covid-19 kedua di negara itu.
Otoritas Guatemala juga telah melarang masuknya warga negara-negara Eropa, Iran, China, Korea Selatan, dan Korea Utara ke negara itu sehubungan dengan wabah Covid-19. Kebijakan itu berlaku sejak Kamis pekan lalu. Monroy mengatakan, larangan itu berlaku untuk semua orang Eropa.
”Ini dilakukan semata untuk mencegah masuknya virus korona tipe baru ke negara kita,” kata Monroy dalam sebuah konferensi pers. (REUTERS)