Warga Palangkaraya Tetap Berbelanja ke Pasar di Tengah Pandemi Korona
›
Warga Palangkaraya Tetap...
Iklan
Warga Palangkaraya Tetap Berbelanja ke Pasar di Tengah Pandemi Korona
Warga Palangkaraya belum terbiasa berbelanja daring dari aplikasi belanja dunia maya. Mereka tetap pergi ke pasar meski membatasi kunjungannya. Pasar pun sepi, banyak pedagang memilih menutup lapak.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Warga Palangkaraya belum terbiasa dengan belanja daring yang ditawarkan berbagai aplikasi belanja dunia maya. Mereka tetap pergi ke pasar meski membatasi kunjungannya. Meski demikian, pasar sepi karena banyak pedagang memilih menutup lapaknya.
Sejak pandemi Covid-19 merebak begitu cepat di Indonesia, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial dan pembatasan fisik. Masyarakat diimbau untuk tetap berada di rumah. Hal itu pun berdampak pada aktivitas pasar tradisional dan modern.
Avry Parhusip (28), warga Kota Palangkaraya, Kalteng, mengatakan, dirinya tidak lagi pergi ke Pasar Besar. Ia lebih memilih warung-warung sayur yang ada di dekat rumahnya untuk berbelanja tiga hari sekali.
”Saya gak pernah belanja daring, ribet dan barangnya terbatas,” ujarnya di Palangkaraya, Senin (6/4/2020).
Menurut Avry, belanja daring juga lebih mahal. Dengan situasi seperti ini, ia harus tetap berhemat untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
”Di situasi normal saya biasanya ke pasar besar itu tiga hari sekali, sekarang ini tidak pernah lagi untuk hindari kerumunan,” katanya.
Saya enggak pernah belanja daring, ribet dan barangnya terbatas.
Hal serupa dialami Testy Priscilla (28), warga Simpei Karuhei, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Ia mengungkapkan, sejak Covid-19 mulai masuk di Kalteng, dirinya sudah tidak keluar rumah untuk belanja. ”Saya juga belum pernah mencoba aplikasi belanja daring,” katanya.
Sejak wabah mematikan tersebut masuk di Kota Palangkaraya, Wali Kota Palangkaraya Fairid Naparin mengeluarkan surat edaran agar warganya tidak berkerumun dan meminta pengusaha kafe-kafe di Palangkaraya untuk menutup tempatnya sementara. Tak hanya itu, dalam surat edaran tersebut, Fairid juga meminta petugas untuk membubarkan pasar dadakan yang selama ini beroperasi.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Palangkaraya Alman Pakpahan menjelaskan, beberapa lokasi pasar dadakan, seperti di Jalan Tjilik Riwut Kilometer 6 dan 8, menjadi lokasi pasar dadakan selama ini. Pihaknya sudah beberapa kali membubarkan paksa pasar tersebut.
”Ini untuk mengurangi kerumunan yang berpeluang menyebarkan wabah itu. Dalam surat edaran sudah jelas, kami juga membubarkannya tidak dengan cara represif,” kata Alman.
Selain pasar dadakan yang ditiadakan, pasar-pasar tradisional juga semakin hari kian sepi. Banyak pedagang memilih menutup lapak dengan berbagai alasan.
”Banyak yang sudah tutup lapak mereka juga takut wabahnya nyebar, kalau kami yang masih buka, ya, karena enggak ada pilihan daripada enggak makan,” kata Rudi (35), salah satu pedagang sayur di Pasar Kahayan, Kota Palangkaraya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri menjelaskan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bulog Provinsi Kalteng. Hasilnya, untuk kebutuhan beras, masyarakat masih bisa dipenuhi hingga Lebaran nanti.
”Stok beras masih aman untuk lima bulan ke depan. Stok yang kosong itu gula, tetapi kami sudah pesan ke pusat,” kata Fahrizal.
Pemerintah daerah sudah memesan setidaknya 500 ton gula pasir ke pusat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, hingga kini permintaan itu belum dipenuhi.