Pemerintah Kota Solo membagikan 40.000 paket kebutuhan pokok bagi warga yang ekonominya terdampak Covid-19. Warga akan menerimanya di rumah masing-masing.
Oleh
·4 menit baca
Pemerintah Kota Solo membagikan 40.000 paket kebutuhan pokok bagi warga yang ekonominya terdampak Covid-19. Warga akan menerimanya di rumah masing-masing.
SOLO, KOMPAS — Sebanyak 40.000 keluarga yang masuk kategori miskin dan rentan miskin menerima bantuan jaring pengaman sosial dari Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah. Mereka menerima bantuan kebutuhan pokok di rumahnya mulai Minggu (5/4/2020) untuk mencegah terjadi kerumunan.
Bantuan tersebut bernilai Rp 10,6 miliar. Pemerintah Kota Solo menyediakan bantuan itu untuk warga yang mengalami kesulitan ekonomi akibat wabah Covid-19.
”Bantuan ini bagi warga yang belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat ataupun pemerintah provinsi,” kata Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo dalam acara distribusi logistik jaring pengaman sosial di kompleks pergudangan Pedaringan, Solo.
Bantuan tahap pertama terdiri dari beras 10 kilogram (kg), telur 0,5 kg, mi instan 3 bungkus, kecap 1 botol, teh seduh 2 pak, gula 1 kg, dan minyak goreng 1 liter. Adapun bantuan tahap kedua terdiri dari beras 10 kg, telur 0,5 kg, mi instan 3 bungkus, kecap 1 botol, dan teh seduh 2 pak.
Rudy menjelaskan, bantuan senilai Rp 246.000 disalurkan mulai Minggu tanpa mengumpulkan penerima di satu tempat. Hal ini untuk menghindari munculnya kerumunan masyarakat yang bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19.
Rudy pun hanya menyerahkan bantuan simbolis kepada para camat. Selanjutnya, bantuan diangkut ke kelurahan untuk dibagikan kepada warga di 2.784 rukun tetangga (RT) dan 626 rukun warga (RW). Bantuan bagi 40.000 keluarga mencakup 40 persen dari jumlah keluarga yang terdata di Solo.
”Ini menurut saya sudah melebihi jumlah warga yang terdampak,” ujarnya. Menurut Rudy, warga penerima bantuan bahan pokok itu sudah didata oleh para lurah. Jika ada warga kurang mampu belum menerima bantuan, mereka dipersilakan mendaftar kepada ketua RT atau ketua RW setempat.
Memakai masker
Dalam kesempatan itu, Rudy juga meminta warga Solo turut memutus rantai penularan Covid-19. Salah satunya dengan memakai masker ketika beraktivitas di luar rumah untuk mengurangi risiko penularan.
Rudy mengatakan, jika kesulitan mendapatkan masker bedah di apotek atau toko, masyarakat bisa menggunakan masker kain buatan sendiri. ”Gerakan menggunakan masker sangat penting untuk memutus mata rantai penularan virus korona,” ujarnya.
Imbauan serupa disampaikan Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, penggunaan masker mampu mengurangi potensi penularan Covid-19. Oleh sebab itu, dia meminta semua warga selalu mengenakan masker, terutama ketika berada di luar rumah.
”Selain tetap melakukan pembatasan fisik, jika keluar rumah harus pakai masker,” kata Risma, Minggu (5/4), di Surabaya. Untuk menyuplai masker, pihaknya meminta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memproduksi masker medis dan kain. Masker medis digunakan sebagai alat pelindung diri tenaga medis yang bertugas di rumah sakit, sedangkan masker kain dibagikan kepada warga kurang mampu.
”Pemkot Surabaya membantu pengadaan bahan baku karena sulit didapat. Hampir semua daerah mulai memproduksi masker sendiri,” ujar Risma.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, saat ini UMKM memproduksi 2.000 masker medis per hari. Masker disalurkan ke rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya.
Pelaku UMKM lain diajak memproduksi masker kain agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. ”Dalam sehari, saya mampu memproduksi sekitar 500 masker,” kata perajin eceng gondok, Wiwit Manfaati. Masker kain dibuat dua hingga tiga lapis agar berfungsi maksimal. Saat berada di luar rumah, sebaiknya tetap berjarak 2 meter dengan orang lain.
Pengajar Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya, Santi Martini, mengatakan, penggunaan masker di beberapa negara mampu mengurangi kasus baru positif Covid-19. Negara yang sudah menerapkan penggunaan masker untuk warga sehat antara lain Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong. ”Pembatasan fisik berjarak 1 meter tidak cukup kalau tidak memakai masker,” kata Santi.
Jangan mudik
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara mengimbau perantau agar tidak mudik. Pemudik akan berstatus orang dalam pemantauan (ODP) dan diminta mengarantina diri. Tujuh lokasi karantina telah disiapkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Joy Oroh mengatakan, imbauan disampaikan untuk mencegah warga yang mungkin terjangkit Covid-19 masuk.
”Warga yang mudik otomatis berstatus ODP, apalagi mereka yang kembali dari daerah zona merah (memiliki kasus positif Covid-19) seperti Jakarta,” kata Joy yang juga Ketua Satuan Tugas Covid-19 Sulut. (HRS/OKA/SYA/ETA)