Penyatuan Elemen Sukarelawan untuk Covid-19 Dapat Optimalkan Kerja
›
Penyatuan Elemen Sukarelawan...
Iklan
Penyatuan Elemen Sukarelawan untuk Covid-19 Dapat Optimalkan Kerja
Minat masyarakat dari beragam elemen menjadi sukarelawan penanganan virus itu cukup tinggi. Kini, pemerintah berupaya menyatukan semua elemen sukarelawan agar manfaatnya lebih optimal.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semangat masyarakat untuk memutus rantai penyebaran wabah virus korona baru yang menicu Covid-19 cukup tinggi. Hal itu ditandai dengan tingginya minat masyarakat dari beragam elemen menjadi sukarelawan penanganan virus itu. Kini, pemerintah berupaya menyatukan semua elemen sukarelawan agar manfaatnya lebih optimal.
Ketua Relawan pada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Andre Rahadian, dalam konferensi pers daring, Selasa (7/4/2020), mengatakan, partisipasi warga untuk memutus penyebaran Covid-19 cukup tinggi. Setidaknya, jumlah sukarelawan yang mendaftar pada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per 7 April mencapai 17.616 orang. Mereka terdiri dari 3.326 sukarelawan medis dan 14.290 sukarelawan nonmedis.
Para sukarelawan itu tersebar di seluruh Indonesia, terutama yang paling banyak berada di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Para sukarelawan berasal dari hasil kerja sama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta sejumlah badan usaha milik negara (BUMN).
”Sekarang, relawan medis diprioritaskan untuk ditempatkan di beberapa rumah sakit, terutama RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, RS Bintaro, dan RS Lapangan di Jakarta, serta RS Pulau Galang di Kepulauan Riau,” ujarnya.
Meski demikian, menurut Koordinator Komunikasi Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Joanes Joko, jumlah sukarelawan yang ada sejatinya bisa dua kali lipat dari yang telah mendata di Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Total sukarelawan saat ini diperkirakan mencapai 30.000 orang, baik relawan medis maupun nonmedis.
Mereka tersebar di lima komponen, yakni pemerintah berupa kantor-kantor kementerian dan lembaga, serta kelompok bisnis. Ada pula kelompok komunitas, terutama dari organisasi keagamaan, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia, dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia; hingga organisasi massa, seperti Pramuka dan Radio Antar Penduduk Indonesia.
Sukarelawan medis diprioritaskan untuk ditempatkan di beberapa rumah sakit, terutama RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet, RS Bintaro, dan RS Lapangan di Jakarta, serta RS Pulau Galang di Kepulauan Riau.
Ada pula kelompok akademisi dan media. Tak sedikit dari sukarelawan itu sudah bergerak sendiri-sendiri maupun kelompok dan telah memberikan bantuan kepada rumah sakit ataupun masyarakat umum dalam bentuk barang maupun uang tunai.
Melihat potensi, Andre menuturkan, pihaknya ingin semua elemen sukarelawan itu dihimpun menjadi satu kesatuan. Setidaknya, mereka mengabarkan semua kegiatan yang sedang maupun akan dilakukan. ”Tujuannya, agar semua sumber daya yang ada bisa dimanfaatkan untuk tempat-tempat yang sangat membutuhkan sehingga nilai manfaatnya bisa lebih optimal,” kata Andre.
Menyatukan data
Joko mengutarakan, pihaknya mulai menyatukan data semua potensi sukarelawan yang ada. Untuk langkah awal, mereka menempatkan posko sukarelawan pada lokasi sendiri di The Media Hotel, Jakarta. Di sana, mereka membuat satu ruang khusus bernama situation room yang berfungsi mendata jaringan semua sukarelawan yang ada, terutama di lingkungan pemerintah (kementerian/lembaga).
Semua jaringan sukarelawan akan dibuat database tunggal. Dengan demikian, koordinator sukarelawan bisa melakukan kontrol cepat, terutama ketika harus memobilisasi sukarelawan untuk situasi tertentu yang membutuhkan penanganan khusus.
”Pendekatan ini akan melibatkan semua pihak terkait, lima pemangku kepentingan utama, yakni pemerintah, pelaku usaha, komunitas, akademisi, hingga media,” tuturnya.
Saat ini, lanjut Andre, fungsi sukarelawan di bidang medis sudah cukup optimal. Seminggu ini, ada bantuan ke rumah sakit dan puskesmas di wilayah DKI Jakarta. Bahkan, kemarin ada serah-terima bantuan 19 mobil ambulans untuk membawa pasien orang dengan pengawasan (ODP) dan pasien dengan pengawasan (PDP) yang disebar ke Jakarta, Depok, Tanggerang, dan Bekasi.
”Nanti akan dikembangkan juga bantuan dalam bentuk suplemen untuk tenaga medis, seperti makanan, minuman, dan vitamin,” ujarnya.
Di luar itu, Andre menyampaikan, fungsi sukarelawan juga difokuskan ke bidang nonmedis, seperti kepada warga yang terdampak secara ekonomi, antara lain untuk pekerja informal (pekerja harian), pengemudi transportasi umum, hingga sektor usaha. Para sukarelawan yang ada perlu digerakkan untuk menggalang solidaritas di lingkungan terdekat dahulu.
Agar semua tujuan itu tercapai, dalam waktu dekat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 akan segera menyampaikan standar operasional prosedur dan materi bagi para sukarelawan dalam bertugas, terutama yang terdaftar di semua daerah.
”Setidaknya, para relawan harus bekerja berbasis kebutuhan. Mereka juga harus bertugas dengan menerapkan protokol kesehatan yang ada agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain,” ujar Joko.