Sebanyak 24 hotel di Sumatera Utara tutup sementara waktu sambil menunggu pandemi Covid-19 reda. Hotel yang masih bertahan, tingkat keterisiannya di bawah 5 persen.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Industri pariwisata di Sumatera Utara terpuruk akibat pandemi Covid-19. Sebanyak 24 hotel di Sumut tutup sementara waktu sambil menunggu pandemi reda. Hotel yang bertahan tingkat keterisiannya di bawah 5 persen. Hingga kini, insentif yang dijanjikan pemerintah belum didapat pihak hotel.
”Industri pariwisata sangat terpuruk akibat pandemi Covid-19. Hotel yang punya hingga 300 kamar pun paling hanya terisi 2-3 kamar saja setiap hari. Karena itu, banyak hotel memilih tutup sementara,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumut Denny S Wardhana, ketika dihubungi dari Medan, Selasa (7/4/2020).
Menurut Denny, jumlah kamar hotel di Sumut berkisar 20.000 kamar, 10.000 kamar di antaranya berada di Kota Medan. Potensi kehilangan pendapatan hotel diperkirakan lebih dari Rp 75 miliar per bulan.
Denny mengatakan, industri perhotelan menyerap cukup banyak tenaga kerja. Dengan rasio jumlah kamar berbanding tenaga kerja satu berbanding satu, jumlah tenaga kerja yang diserap hotel di Sumut diperkirakan mencapai 20.000 orang. Sebagian besar karyawan hotel kini dirumahkan, baik hotel yang tutup sementara maupun yang masih beroperasi.
Menurut Denny, sudah ada 24 hotel di Sumut yang melaporkan secara resmi tutup sementara. Ia memperkirakan hotel yang memilih untuk tutup sementara jauh lebih banyak lagi, tetapi belum mengumumkan secara resmi.
Denny, misalnya, sudah menutup hotelnya, yakni Garuda Plaza Hotel di Medan. ”Kami punya 285 kamar, tetapi yang terisi sejak 15 Maret hanya sekitar tiga kamar per hari,” katanya.
Denny mengatakan, hingga kini mereka belum mendapatkan insentif yang dijanjikan pemerintah untuk industri pariwisata. Mereka berharap pemerintah bisa cepat menyusun skema pemberian insentif untuk menolong industri itu dari keterpurukan.
”Kami juga sudah menulis surat kepada pemerintah, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, PT Perusahaan Listrik Negara, dan PT Perusahaan Gas Negara agar ada relaksasi, penundaan, dan penghapusan tagihan,” kata Denny.
Denny juga berharap para pekerja hotel yang dirumahkan mendapat bantuan dari pemerintah. Pekerja hotel menjadi kelompok pekerja yang kehilangan pendapatan.
Manajer Sumber Daya Manusia Hotel Inna Parapat Vander Ambarita mengatakan, minimnya tingkat keterisian juga terjadi di kawasan pariwisata Danau Toba. Tingkat keterisian hotel mereka bahkan anjlok hingga 2,5 persen.
”Hotel kami hanya terisi sekitar lima kamar dalam satu hari. Suasana kawasan pariwisata Danau Toba pun kini sepi. Restoran, toko, dan rumah makan tampak sepi dari pengunjung,” kata Vander.
Vander mengatakan, pemesanan hotel mereka untuk April sebenarnya sudah mencapai 55 persen, tetapi kini tinggal 2,5 persen karena banyak pembatalan pertemuan, rapat, dan kunjungan wisata.