Pemerintah menetapkan Manado sebagai daerah penularan lokal virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, Selasa (7/4/2020), setelah dua orang dinyatakan positif Covid-19 kendati tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar Sulut.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah menetapkan Manado, ibu kota Sulawesi Utara, sebagai daerah penularan lokal virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, Selasa (7/4/2020). Status ini diberikan menyusul dua orang yang dinyatakan positif Covid-19 kendati tidak memiliki riwayat perjalanan ke daerah transmisi di luar provinsi ini.
Dalam konferensi pers yang masih dilakukan secara tatap muka di Dinas Kesehatan Sulut, juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut, Steaven Dandel, mengatakan, kasus terkonfirmasi positif di Sulut bertambah tiga orang. Artinya, sejak 14 Maret 2020 sudah delapan orang terjangkit Covid-19.
Sejak hari ini, Manado dinyatakan pemerintah pusat sebagai salah satu daerah yang mempunyai bukti adanya penjangkitan lokal. Artinya, setiap warga Kota Manado harus waspada. Bisa saja siapa pun di sekitar kita menularkan Covid-19 (Steaven Dandel).
Satu dari tiga kasus positif baru adalah pria 65 tahun asal Tomohon. Ia meninggal Jumat (3/4/2020) saat masih berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) karena hasil pemeriksaan tes usap (swab)-nya belum diketahui.
Kasus baru kedua adalah wanita 56 tahun asal Minahasa Utara. Ia tidak memiliki riwayat perjalanan ke luar Sulut, tetapi sempat berkontak dengan keluarga yang datang dari daerah lain. Ketiga, pria 20 tahun asal Manado yang memiliki kontak erat dengan salah satu pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 di Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou Manado. Keduanya juga dirawat di RSUP Kandou
”Sejak hari ini, Manado dinyatakan pemerintah pusat sebagai salah satu daerah yang mempunyai bukti adanya penjangkitan lokal. Artinya, setiap warga Kota Manado harus waspada. Bisa saja siapa pun di sekitar kita menularkan Covid-19,” katanya.
Untuk mencegah lebih banyak transmisi lokal, tenaga medis di seluruh Sulut harus waspada. ”Setiap orang dengan gejala seperti batuk, pilek, dan sesak napas perlu segera di-screening, bisa saja mereka tertular virus korona,” katanya.
Sehari sebelumnya, dua warga Manado, wanita yang masing-masing berusia 49 dan 42 tahun, dinyatakan positif Covid-19 setelah bepergian ke luar negeri. Steaven mengatakan, keduanya kini dirawat di RS Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado, rumah sakit TNI AD.
Kendati begitu, Kepala RS Robert Wolter Mongisidi dr Kolonel Abdul Alim menolak memberikan keterangan soal keadaan pasien ketika dihubungi dari telepon. ”Saya tidak tahu soal pasien positif. Jangan telepon (saya) lagi,” katanya.
Adapun Kepala Penerangan Kodam XIII/Merdeka Kolonel Kavaleri M Jaelani membantah adanya pasien positif Covid-19 di RS Wolter Mongisidi. Rumah sakit tersebut telah ditetapkan sebagai salah satu dari 13 rumah sakit rujukan penunjang di Sulut.
”Dua pasien itu dirawat dirawat di RSUP Kandou. Kami hanya membantu jika di sana sudah penuh,” kata Jaelani. Kedua pasien merupakan istri perwira yang sedang bertugas di daerah itu.
Hingga Selasa malam, 306 warga Sulut berstatus orang dalam pemantauan (ODP), menurun dari 334 sehari sebelumnya. Sebaliknya, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) meningkat dari 17 orang menjadi 20 yang tersebar di Manado (17), Minahasa (1), Kepulauan Talaud (1), dan Bolaang Mongondow (1).
Pindah ke Makassar
Hingga Senin (6/4/2020), total 138 sampel untuk uji usap dari Sulut telah dikirim ke Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta sejak Januari 2020. Sebanyak 76 di antaranya sudah diperiksa, sedangkan 62 sisanya masih menunggu. Dengan total 76 sampel yang diuji selama 97 hari, artinya hanya 0,7 sampel dari Sulut yang dites setiap hari.
Steaven mengatakan, butuh delapan sampai sembilan hari untuk mendapatkan hasil tes dari Jakarta karena kendala jarak. Per Selasa, kata Steaven, masih ada 34 sampel yang menunggu diperiksa di Lembaga Eijkman. Namun, pemprov Sulut baru saja mengirim 30 sampel baru untuk diuji di sana.
”Yang sudah telanjur dikirim ke Jakarta tetap harus dites di sana. Namun, sebagian lagi sudah kami pindahkan ke Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, Sulawesi Selatan,” kata Steaven.
Menurut Steaven, sekitar 70 sampel sudah dikirim ke Makassar. Hal ini menyusul kesepakatan gubernur se-Sulawesi untuk memusatkan tes usap di Makassar. Hasil tes pun dapat diketahui dalam waktu tiga sampai empat hari.
Meski demikian, Pemprov Sulut mengupayakan agar tes usap bisa dipindahkan ke Manado, yaitu di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pencegahan Penyakit Tingkat I Manado. Empat petugas sudah dimagangkan di Surabaya dan Jakarta untuk mempelajari langkah-langkah penanganan Covid-19.
”Prasyarat gedung dengan biosafety level-2 sudah selesai. Alat-alat sudah siap, tinggal menunggu biosafety cabinet. Mudah-mudahan minggu depan pemeriksaan sudah bisa dipindahkan ke mari,” kata Steaven.
Sementara itu, Satgas Covid-19 Sulut berupaya memetakan sebaran virus dengan melaksanakan tes cepat. Dari 2.400 alat tes cepat yang didatangkan dari Jakarta, Kamis (26/3/2020), baru 767 yang digunakan.
”Mayoritas kami gunakan untuk ODP, PDP, dan orang tanpa gejala yang punya kontak dengan pasien-pasien tersebut. Sejauh ini, hanya enam yang menunjukkan hasil positif,” katanya.