Mencermati Pergerakan Kasus Covid-19 di Dunia
Situasi wabah Covid-19 kini berubah. Beberapa bulan lalu, China dan negara-negara di Asia diwaspadai karena persebaran Covid-19. Kini, Asia berbalik mewaspadai mobilitas penduduk dari negara-negara Barat dan AS.
Episentrum pandemi Covid-19 kini berada di negara-negara Eropa dan Amerika. Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Spanyol, dan Italia, sedang memasuki masa-masa puncak wabah Covid-19. Sementara negara di Asia, seperti China dan Korea Selatan, berhadapan pada gelombang kedua pandemi.
Situasi merebaknya wabah korona Covid-19 kini berubah. Beberapa bulan lalu, China dan negara-negara di Asia diwaspadai karena penyebaran virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19. Kini, China dan negara-negara di Asia berbalik mewaspadai mobilitas penduduk dunia dari negara-negara Barat.
Pada, 26 Maret 2020, Amerika Serikat menduduki peringkat pertama kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Lebih dari 83,84 ribu penduduknya positif Covid-19 dan lebih dari seribu jiwa meninggal. Angka tersebut melebihi jumlah kasus di China yang pada waktu itu mencapai 81,78 ribu kasus.
Hingga 7 April 2020, jumlah kasus di negara ”Paman Sam” itu mencapai 366.614, lebih dari dua kali lipat dibanding seminggu sebelumnya. Dengan jumlah kasus itu, Amerika Serikat masih menempati peringkat pertama kasus Covid-19 terbanyak.
Pada urutan kedua, terdapat Spanyol dengan 136.675 kasus. Selanjutnya, Italia menduduki urutan ketiga kasus terbanyak dengan 132.547 kasus.
Kasus Covid-19 di tiga negara tersebut berada di atas China. Jumlah kasus China mencapai 82.665 ribu kasus. Hanya meningkat kurang dari 1 persen dibandingkan minggu lalu.
Puncak pandemi
Pergerakan penyebaran virus Covid-19 dapat dilihat dari jumlah kasus baru yang terkonfirmasi setiap hari. Kumpulan data jumlah kasus baru setiap hari tersebut dapat divisualisasikan menjadi kurva yang menunjukkan peningkatan dan penurunan jumlah kasus.
Apabila jumlah kasus baru terus meningkat setiap hari, kurva akan bergerak naik. Namun, apabila jumlah kasus setiap hari berkurang, kurva akan melandai dan menjadi rata yang sering disebut flattening curve.
Saat ini, negara-negara seperti Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol sedang mencapai puncak pandemi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kurva pertumbuhan kasus Covid-19.
Covid-19 pertama kali dilaporkan menyebar di Amerika Serikat pada 21 Januari 2020. Seorang pria berusia sekitar 30 tahun ditetapkan positif Covid-19 setelah sempat bepergian ke Wuhan, China.
Sejak itu, tes dan pelacakan dilakukan sehingga ditemukan lima kasus baru dalam seminggu. Jumlah kasus baru meningkat tiap hari. Pada 1 April 2020, jumlah kasus baru mencapai 24 ribu dalam satu hari. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sejak kasus pertama dilaporkan.
Dalam seminggu terakhir, rata-rata penemuan kasus positif Covid-19 mencapai 19,2 ribu per hari. Sementara pada minggu sebelumnya, rata-rata kasus yang dilaporkan hanya 8,5 ribu kasus per hari.
Hal yang sama dialami Spanyol. Kasus pertama yang terkonfirmasi dari negara ini dilaporkan pada 31 Januari 2020. Satu dari lima sampel yang dites positif Covid-19. Sampel tersebut adalah miliki seorang pasien berkebangsaan Jerman yang dirawat di Nuestra Señora de Guadalupe Hospital.
Dalam dua bulan, jumlah kasus meningkat. Hingga 1 April 2020, jumlah kasus baru mencapai 9.222 kasus dalam satu hari. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi sepanjang dua bulan terakhir.
Sementara, dalam seminggu terakhir rata-rata kasus Covid-19 yang dilaporkan mencapai 7,8 ribu kasus setiap hari. Jumlah tersebut meningkat dibanding satu minggu sebelumnya. Pada minggu sebelumnya, dalam sehari hanya dilaporkan 4,8 ribu kasus.
Italia mengalami puncak pandemi pada minggu kedelapan sejak kasus pertama dilaporkan, yaitu pada 31 Januari 2020. Dalam tujuh hari, dapat dilaporkan 5,6 ribu kasus setiap hari. Sementara jumlah kasus baru tertinggi yang dilaporkan 6,6 ribu pada 22 Maret 2020.
Meskipun sempat menjadi sorotan dunia atas cepatnya peningkatan kasus Covid-19, kurva perkembangan kasus Covid-19 baru berangsur menurun. Hal ini terjadi mulai 23 Maret 2020. Hingga 1 April 2020, jumlah kasus baru tercatat 4.053 kasus.
Kurva melandai
Sementara kurva pergerakan kasus baru di sebagian negara Asia seperti China dan Korea Selatan mulai melandai. Hal ini menandakan penurunan jumlah kasus baru setiap hari sekaligus terlewatinya puncak pandemi di negara itu.
China, negara pertama yang melaporkan adanya kasus Covid-19 pada akhir Desember 2019, berhasil menekan pertambahan kasus dari penyakit ini. China mengalami puncak pandemi pada minggu ketujuh.
Rata-rata jumlah kasus yang terkonfirmasi pada minggu itu mencapai 4,7 ribu kasus per hari. Jumlah kasus baru tertinggi yang tercatat pada minggu itu mencapai 15,1 ribu kasus.
Setelah itu, jumlah kasus baru berkurang, kurva melandai. Hingga pada 21 Maret 2020, China melaporkan nol kasus dari transmisi lokal dalam tiga hari berturut-turut.
Hal serupa juga dialami Korea Selatan. Kasus pertama yang terkonfirmasi dilaporkan pada 20 Januari 2020. Sejak saat itu jumlah kasus baru meningkat hingga mencapai puncaknya pada minggu ketujuh.
Pada waktu itu, rata-rata jumlah kasus per hari mencapai 608,9 kasus. Setelah itu, jumlah kasus baru yang dilaporkan berkurang. Dalam seminggu terakhir, rata-rata jumlah kasus baru Covid-19 hanya 92,7 kasus per hari.
Pandemi belum berakhir
Berdasarkan perkembangan kasus Covid-19 tersebut, terdapat dua kelompok. Pertama adalah kelompok negara-negara yang masih berada dalam periode peningkatan kasus (outbreak). Di dalam kelompok ini ada Amerika Serikat, Spanyol, Italia, dan Indonesia.
Kedua adalah kelompok negara-negara yang berhasil menurunkan penyebaran infeksi virus. Artinya, tahap mitigasi bencana kesehatan di negara-negara ini berada pada tingkatan pemulihan (recovery). Negara-negara dalam kelompok ini contohnya China dan Korea Selatan.
Sementara kurva pergerakan kasus baru di sebagian negara Asia, seperti China dan Korea Selatan, mulai melandai.
Kedua kelompok ini masih sama-sama berjuang dalam menangani pandemi ini. Amerika Serikat, Spanyol, Italia, dan Indonesia masih berkutat pada pelacakan kasus untuk mencegah penyebaran yang meluas. Di sisi lain, karena berada pada puncak pandemi, negara-negara ini juga bertanggung jawab memberikan pelayanan optimal terhadap pasien yang dirawat untuk menekan angka kematian.
Sementara, bagi China dan Korea Selatan, meskipun kurva kasus baru melandai, kedua negara ini juga tetap menahan laju penularan. Hal yang menjadi perhatian adalah penularan dari kasus impor atau infeksi dari transmisi luar negeri.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa pandemi belum selesai di Asia. Tantangannya adalah mencegah timbulnya kembali kasus ini. Hal tersebut dikatakan melihat adanya peningkatan kasus baru yang berasal dari luar negeri. Pada 18 Maret 2020, China melaporkan adanya 34 kasus baru berasal dari orang-orang yang kembali ke China.
Peningkatan kasus Covid-19 di luar negara-negara Asia mendorong orang-orang untuk kembali ke negaranya. Padahal, ini menimbulkan risiko baru di negara yang akan dikunjungi. Jika terjadi, negara-negara yang berhasil menurunkan angka kasus Covid-19 akan berhadapan pada gelombang kedua pandemi ini.
Pembatasan pintu masuk negara dari luar negeri pun tetap dilakukan. Pemerintah China membatasi penerbangan yang masuk ke negaranya sehingga maskapai penerbangan harus mengurangi satu penebangan dalam seminggu.
Selain itu, dilakukan pula kontrol terhadap para pendatang yang masuk ke negara. Pemerintah rutin mengontrol kondisi para migran yang ditempatkan di hotel khusus melalui aplikasi WeChat. Setiap hari, mereka wajib melaporkan suhu tubuh. Pemerintah juga menggunakan fitur pelacakan pada ponsel mereka.
Sementara di Hong Kong, pemerintah mewajibkan pendatang untuk melakukan karantina di rumah selama 14 hari. Mereka diberikan gelang pelacak elektronik yang dapat melaporkan ke Departemen Kesehatan dan Kepolisian Hong Kong apabila pengguna berpergian dari tempat tinggalnya.
Pandemi Covid-19 masih berlangsung dalam waktu yang cukup lama mengingat masih banyak negara yang masuk ke dalam periode peningkatan kasus. Maka, hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah negara-negara di dunia adalah mempraktikan pembatasan sosial internasional.
Baca juga : Akan Selalu Terjadi Pandemi
Masyarakat dapat berpartisipasi dengan melakukan aktivitas dari rumah untuk memutus rantai penularan korona. Tinggal di rumah merupakan kontribusi besar bagi dunia di saat pandemi.
Selama masih ada pandemi di sejumlah negara, gelombang kedua Covid-19 masih mungkin terjadi di negara mana pun. Untuk itu, perlawanan terhadap pandemi ini terus membutuhkan komitmen global bersama. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?