NTB Siapkan Tempat Observasi dan Isolasi di Seluruh Kabupaten/Kota
›
NTB Siapkan Tempat Observasi...
Iklan
NTB Siapkan Tempat Observasi dan Isolasi di Seluruh Kabupaten/Kota
Pemprov NTB menyiapkan tempat observasi dan isolasi warga yang masuk ke provinsi itu di seluruh kabupaten/kota.
Oleh
Ismail Zakaria
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Berbagai upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 terus dilakukan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Salah satunya dengan observasi dan isolasi setiap warga yang masuk ke provinsi itu. Fasilitas untuk keperluan itu disiapkan di seluruh kabupaten/kota.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Ahsanul Khalik, di Mataram, Selasa (7/4/2020), mengatakan, mereka telah menyiapkan gedung sebagai tempat penanganan warga yang diisolasi karena memiliki gejala Covid-19.
Ada 11 gedung yang disiapkan, yakni Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Dinas Kesehatan Provinsi NTB (untuk tingkat Provinsi NTB), Wisma Nusantara (Kota Mataram), Gedung Sanggar Kegiatan Belajar Gunung Sari dan Gedung Olahraga Gerung (Lombok Barat), dan Eks Rumah Sakit Sementara Tanjung (Lombok Utara).
Selain itu, gedung yang digunakan adalah Rumah Mutiara Indonesia di depan Bandara Internasional Lombok untuk Lombok Tengah, Rumah Susun Labuhan Lombok (Lombok Timur), Rusunawa Graha Menala Praja (Sumbawa Barat), Rumah Sakit HL Manambai Abdul Kadir (Sumbawa), Rumah Sakit Umum Daerah Dompu (Dompu), Rumah Sakit Sandosia dan Rusunawa Samili (Bima), serta Pantai Lawan dan Rumah Sakit Kota Bima (Kota Bima).
Setiap gedung memiliki kapasitas berbeda. Wisma Nusantara untuk Kota Mataram bisa menampung 150 orang. Sementara Rumah Susun Labuhan Lombok di Lombok Timur berkapasitas 600 orang. Adapun Rumah Mutiara Indonesia di Lombok Tengah memiliki kapasitas 100 orang.
Lokasi karantina di kabupaten/kota itu disiapkan sebagai salah satu bagian prosedur masuk ke wilayah NTB dari bandara dan pelabuhan. Prosedur itu dikeluarkan langsung oleh Gubernur NTB Zulkieflimansyah.
Prosedur itu menyatakan bahwa setiap orang yang masuk wilayah NTB otomatis berstatus orang tanpa gejala (OTG) dan orang dalam pemantauan (ODP). OTG bisa melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Sementara ODP akan dikarantina secara terpusat di gedung-gedung tersebut. Kepala desa atau kepala lingkungan diimbau untuk memantau warga yang melakukan isolasi mandiri.
Berdasarkan pantauan Kompas di Rumah Mutiara Indonesia (RMI) di Lombok Tengah, kegiatan observasi dan pemeriksaan warga yang tiba dari luar daerah telah dilakukan. Selain itu, sejumlah bilik yang disiapkan telah digunakan untuk isolasi mandiri. ”Ada sejumlah anggota Brimbob yang baru pulang dari luar daerah yang sementara isolasi mandiri di sana,” kata Kepala Pelaksana BPBD Lombok Tengah Murdi.
Menurut Murdi, sejak dua minggu terakhir, RMI telah digunakan sebagai tempat observasi dan pemeriksaan terhadap setiap warga Lombok Tengah yang baru tiba dari luar daerah, baik menggunakan jalur udara maupun laut. ”Jadi, begitu tiba, baik di Bandara Internasional Lombok maupun Pelabuhan Lembar di Lombok Barat, mereka ditanya tujuan. Jika Lombok Tengah, langsung dibawa ke RMI,” kata Murdi.
Setelah diobservasi dan diperiksa, mereka kemudian mendapatkan kartu tanda pemeriksaan dan membawa surat pernyataan siap isolasi mandiri selama 14 hari. Kartu tanda pemeriksaan itu agar warga yang baru tiba diterima di kampung mereka. ”Itu karena sempat ada kejadian penolakan oleh warga. Kami tidak ingin itu terjadi,” kata Murdi.
Meski demikian, kata Murdi, tidak menutup kemungkinan RMI juga digunakan untuk tempat isolasi mandiri, terutama jika warga yang baru pulang ditolak di kampung halaman atau tidak cukup tempat di rumahnya untuk isolasi mandiri. ”Termasuk untuk yang butuh pemeriksaan lebih lanjut, tetapi belum dirujuk, bisa menginap di sana,” kata Murdi.
Menurut Murdi, untuk memastikan RMI bisa digunakan untuk isolasi mandiri, semua fasilitas coba disiapkan. Selain bilik dan tempat tidur, mereka juga menyediakan fasilitas air bersih hingga dapur umum untuk logistik warga yang isolasi mandiri. Selain itu, ada ruang tunggu untuk keluarga. Saat ini dibangun tenda besar karena setiap hari RMI memeriksa 300-400 orang yang baru tiba di Lombok Tengah.