Ribuan Pekerja Hotel di Jawa Barat Kehilangan Pekerjaan
›
Ribuan Pekerja Hotel di Jawa...
Iklan
Ribuan Pekerja Hotel di Jawa Barat Kehilangan Pekerjaan
Ratusan hotel di Jawa Barat berhenti beroperasi sementara waktu dan ribuan karyawan kehilangan pekerjaan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sekitar 600 hotel di Jawa Barat berhenti beroperasi sementara waktu akibat merosotnya tingkat hunian yang dipicu situasi pandemi Covid-19. Ribuan karyawan hotel kehilangan pekerjaan dan membutuhkan bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup selama pandemi.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat Herman Muchtar mengatakan, penurunan tingkat hunian terjadi sejak pertengahan Februari 2020. Ketika itu, okupansinya sekitar 40 persen. Banyak tamu dari luar negeri, terutama China, membatalkan pesanan kamarnya.
”Kemudian semakin anjlok sampai sekarang dengan rata-rata tingkat hunian 5-10 persen,” ujarnya di Bandung, Senin (6/4/2020) malam.
Merosotnya tingkat hunian itu membuat pemasukan hotel menurun drastis. Imbasnya, perusahaan menutup hotel untuk sementara waktu dan merumahkan karyawannya.
Herman mengatakan, pembayaran gaji dan pesangon karyawan diserahkan pada kebijakan masing-masing perusahaan hotel. ”Ada yang menggaji sampai Maret karena April sudah tidak beroperasi. Namun, ada juga yang menggaji April meskipun hanya setengahnya,” ujarnya.
Situasi sulit ini, diakui Herman, tidak dapat diprediksi. Oleh sebab itu, dia berharap pemilik dan karyawan hotel saling memahami karena sama-sama mengalami kerugian.
Sejumlah hotel sudah menjalin kesepakatan dengan karyawan yang dirumahkan. Mereka akan dipekerjakan kembali saat situasi mulai normal.
”Sejauh ini belum ada gejolak. Komunikasi antara perusahaan dan pekerja sangat penting agar situasinya tetap terkendali,” ujarnya.
Diperkirakan lebih dari 10.000 karyawan kehilangan pekerjaan akibat penutupan itu. Mayoritas di antara mereka berpotensi menjadi warga rawan miskin karena sumber pendapatannya hilang. Oleh sebab itu, pemerintah didorong memberikan bantuan sosial kepada karyawan hotel yang dirumahkan. ”Bantuan bisa dalam bentuk uang tunai dan bahan pangan,” ucap Herman.
Ia berharap pemerintah dapat segera mengatasi pandemi Covid-19. Dia khawatir semakin banyak hotel tutup dan merumahkan karyawannya.
”Jika hanya mengandalkan pendapatan di bulan sebelumnya, tidak mungkin mempertahankan karyawan. Kalaupun menggunakan dana cadangan, paling masih bisa bertahan sampai Mei,” ujarnya.
Adapun di Jabar terdapat lebih dari 2.500 hotel dengan berbagai kelas. Hotel-hotel itu mempekerjakan tidak kurang dari 20.000 karyawan.
Covid-19 menyebabkan perlambatan ekonomi di Jabar. Banyak tempat usaha tutup, termasuk hotel.
Jika hanya mengandalkan pendapatan di bulan sebelumnya, tidak mungkin mempertahankan karyawan. Kalaupun menggunakan dana cadangan, paling masih bisa bertahan sampai Mei.
Untuk mengantisipasi hal itu, Pemprov Jabar mengalokasikan Rp 16,2 triliun untuk menstabilkan perekonomian. Sejumlah Rp 3,2 triliun digunakan untuk bantuan tunai dan pangan, sedangkan Rp 13 triliun disiapkan untuk pemulihan ekonomi setelah Covid-19.
Setiap keluarga yang terdampak akan mendapatkan bantuan Rp 500.000 per bulan. Sebanyak 2/3 berbentuk bahan makanan, sementara sisanya uang tunai.
Dana yang disiapkan berasal dari pergeseran anggaran pada APBD Jabar 2020. Beberapa di antaranya bersumber dari anggaran perjalanan dinas dan bantuan dana desa.
Dalam beberapa kesempatan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan, penerima bantuan jaringan pengaman sosial terdiri atas dua golongan. Golongan pertama merupakan warga yang berada pada 25 persen ekonomi terbawa. Mereka akan mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat, di antaranya melalui kartu sembako dan program Keluarga Harapan. Golongan kedua adalah warga pada rentang 25-40 persen ekonomi terbawa. Golongan ini yang akan mendapatkan bantuan dari APBD.