Afrika, termasuk Ghana, bolak-bolak meminta dan mendapat pengampunan utang karena tidak sanggup membayar. Negara-negara Afrika juga kerap mengajukan utang luar negeri.
Oleh
Kris Mada dan Benny D Koestanto
·4 menit baca
JOHANNESBURG, SELASA — Ghana meminta China ringankan utang negara-negara Afrika. Dengan demikian, negara-negara Afrika punya dana untuk menangani dampak Covid-19.
”Utang Afrika ke China sekitar 145 miliar dollar AS. Cicilan tahun ini hampir 8 miliar dollar AS. Harus dipertimbangkan,” ujar Menteri Keuangan Ghana Ken Ofori-Atta kepada Masood Ahmed yang merupakan Presiden Center for Global Development, Senin (6/4/2020) waktu Washington atau Selasa dini hari WIB.
Covid-19 masih rendah di Afrika. Walakin, dengan kemampuannya sekarang dan terbukti bolak-balik dilanda wabah, Afrika dinilai rentan terhadap SARS-CoV-2. Karena itu, Afrika membutuhkan semua sumber daya untuk bersiap menghadapi dampak pandemi itu. Salah satu caranya adalah dengan pengampunan utang.
Afrika, termasuk Ghana, bolak-bolak meminta dan mendapat pengampunan utang karena tidak sanggup membayar. Negara-negara Afrika juga kerap mengajukan utang luar negeri. Ghana pernah mendapat pengampunan pada awal abad 21 setelah tidak sanggup membayar tumpukan utang. Setelah dapat pengampunan, salah satu penghasil emas terbesar di Afrika itu kembali menambah utang. Kini, utang Ghana setara 60 persen produk domestik bruto (PDB). Sebagai pembanding, utang Indonesia hanya 30 persen GDP.
Permintaan pengampunan utang Afrika dan negara-negara miskin bukan hanya disampaikan Ghana. Sebelumya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak para debitor agar memberikan pengampunan utang kepada negara-negara miskin. Hal itu akan membantu mereka menghadapi pandemi Covid-19 yang disebabkan SARS-CoV-2. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, Bank Dunia dan IMF sepakat dengan ide itu. Pengampunan akan membantu negara berkembang dan negara miskin menghadapi dampak sosial dan ekonomi pandemi.
Seruan pengampunan juga dilancarkan 140 LSM dari sejumlah negara. Kebijakan pemutihan itu mendesak diterbitkan untuk mengurangi beban negara-negara miskin dari tekanan akibat pandemi Covid-19. Seruan tersebut dipelopori oleh kelompok Jubilee Debt yang berpusat di Inggris, Selasa (7/4/2020). Seruan itu disuarakan keras sehari sebelum kelompok kerja negara-negara G-20 dijadwalkan bertemu melalui konferensi video. Kelompok kerja G-20 itu ditugaskan untuk mencari formula dan tindak lanjut menanggapi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.
Utang negara-negara miskin tahun ini diperkirakan jumlahnya mencapai 25 milir dollar AS. Jika ditambahkan dengan kewajiban serupa tahun depan, jumlahnya diperkirakan dua kali lipat atau senilai 50 miliar dollar AS.
Selain pemutihan utang, kelompok masyarakat sipil itu juga menyerukan pembatalan utang atau keuangan tambahan agar bebas dari persyaratan kebijakan ekonomi seperti penghematan.
Kelompok G-20 juga didesak mendukung aturan darurat yang akan mencegah negara-negara miskin dituntut oleh kreditor swasta. ”Negara-negara berkembang sedang dilanda guncangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pada saat yang sama menghadapi keadaan darurat kesehatan yang mendesak,” kata Sarah-Jayne Clifton, Direktur Kampanye Utang Jubilee.
Pemerintah dan sejumlah lembaga besar sudah mendorong beberapa langkah yang diminta oleh kelompok itu. Dana Moneter Internasional, misalnya, menyediakan 50 miliar dollar AS berupa fasilitas pembiayaan darurat. Atas fasilitas itu, sekitar 80 negara telah meminta bantuan. Bank Dunia juga telah menyetujui paket darurat menghadapi Covid-19 senilai 14 miliar dollar AS.
Lembaga-lembaga tersebut juga membuat dorongan bersama terhadap kreditor bilateral resmi. Kreditor-kreditor itu diharapkan menciptakan formula khusus untuk menangguhkan pembayaran utang bagi negara-negara berpenghasilan rendah. Waktu pelonggaran yang diharapkan adalah selama selama 14 bulan dari awal Mei mendatang.
Sejumlah LSM dan kelompok kampanye menggemakan keprihatinan sejumlah pemerintah di Benua Afrika baru-baru ini. Namun, gerakan itu dinilai tidak akan cukup. Etiopia mengatakan dalam proposal yang diajukan sebelum pertemuan G-20 bahwa Afrika saja kemungkinan membutuhkan dana bantuan hingga 150 miliar dollar AS.
”Dari 69 negara berpenghasilan rendah yang kita bicarakan, setidaknya 45 dari mereka perlu meminta dana darurat hanya untuk melewati tahun 2020 semata,” kata Mark Perera, manajer kebijakan untuk Jaringan Eropa tentang Utang dan Pembangunan.
Kelompok itu adalah salah satu jaringan yang terlibat dalam gerakan seruan itu. Kelompok LSM lain, seperti Oxfam dan Save the Children, juga menyerukan penciptaan formula sistematis tentang restrukturisasi utang melalui PBB. Lembaga itu diharapkan dapat menghasilkan formula khusus tentang restrukturisasi utang negara. (REUTERS)