Agenda utama OPEC+ adalah tercapainya kesepakatan soal pemotongan produksi untuk memerangi kelebihan pasokan besar-besaran. Harga minyak pun diharapkan menanjak dan stabil jika kesepakatan itu tercapai.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
RIYADH, RABU — Harga minyak menanjak pada Rabu (8/4/2020), sehari menjelang digelarnya pertemuan jarak jauh para produsen utama minyak dunia. Dinamika mewarnai persiapan pertemuan yang bertujuan mencapai kesepakatan tentang pemangkasan produksi minyak.
Pemangkasan produksi penting untuk mendukung pasar energi di tengah tekanan permintaan akibat pandemi Covid-19. Pertemuan para produsen minyak dunia diharapkan dapat mengakhiri perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia.
Benchmark AS West Texas Intermediate (WTI) naik 5,7 persen menjadi 24,98 dollar AS per barel pada sesi perdagangan Rabu (8/4) pagi di Asia. Minyak Brent sebagai patokan harga minyak internasional naik 2,5 persen ke level 32,69 dollar AS per barel.
Para analis menilai kenaikan harga juga sebagian didorong oleh naiknya permintaan karena penurunan harga sebelumnya.
Produsen minyak dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan negara-negara non-anggota yang tergabung dalam OPEC+ dijadwalkan bertemu melalui konferensi video, Kamis (9/4).
Agenda utama pertemuan itu adalah tercapainya kesepakatan soal pemotongan produksi untuk memerangi kelebihan pasokan besar-besaran. Harga minyak pun diharapkan menanjak dan stabil jika kesepakatan itu tercapai.
Pasar telah terpukul dalam beberapa pekan terakhir karena penutupan wilayah sebagai respons menghadapi pandemi Covid-19. Kegiatan-kegiatan bisnis pun mandek, mendorong anjloknya permintaan atas minyak.
Kondisi tersebut memperparah industri minyak yang telah tertekan harganya seiring Rusia dan Arab Saudi terlibat dalam perang harga yang brutal. Riyadh dan Moskwa bakal berpartisipasi dalam pertemuan pekan ini. Hal itu meningkatkan harapan mereka dapat menarik garis di bawah perselisihan mereka dan setuju untuk memangkas produksi.
Ahli strategi pasar global AxiCorp, Stephen Innes, mengatakan, saat ini sedang dibahas angka-angka pengurangan produksi hingga 10 juta barel per hari. Namun, volume itu diperkirakan tidak cukup karena efek pandemi Covid-19 nyata-nyata menguras permintaan global.
”Dengan jutaan pekerjaan dan stabilitas ekonomi global terancam, seseorang perlu berkompromi, atau itu akan membuat industri hancur berantakan,” kata Innes memperingatkan.
Saat ini sedang dibahas angka-angka pengurangan produksi hingga 10 juta barel per hari. Namun, volume itu diperkirakan tidak cukup karena efek pandemi Covid-19 nyata-nyata menguras permintaan global.
Analis mengatakan, perhatian juga akan tertuju pada apakah Amerika Serikat, produsen utama minyak serpih, akan bergabung dalam pembahasan sekaligus kesepakatan perihal penurunan kapasitas produksi.
Sejumlah pengamat percaya penurunan perkiraan produksi minyak mentah Amerika yang dirilis pada Selasa lalu relatif cukup bagi Riyadh dan Moskwa. Pemerintah AS mengatakan, perkiraan produksi rata-rata 11,76 juta barel per hari pada 2020. Sebagaimana dilaporkan media Bloomberg, volume itu turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 12,99 juta barel per hari.
Sejumlah sumber menyebutkan, Arab Saudi, Rusia, dan produsen minyak lain sepakat menurunkan produksi mereka hanya jika AS dan beberapa negara produsen lain bergabung dalam kesepakatan.
Departemen Energi AS mencatat dalam sebuah pernyataan bahwa produksi AS sudah jatuh tanpa tindakan pemerintah. Hal itu sejalan dengan desakan Gedung Putih bahwa mereka tidak akan melakukan intervensi di pasar swasta. Namun, dinyatakan pula bahwa penurunan itu akan berlangsung lambat, yakni selama dua tahun ke depan.
Permintaan minyak global telah turun sebanyak 30 persen atau sekitar 30 juta barel per hari. Langkah-langkah untuk mengurangi penyebaran virus korona tipe baru pembawa Covid-19 telah menyebabkan permintaan atas bahan bakar jet dan diesel anjlok. Sejauh ini belum ada perjanjian yang diformalkan terkait kapasitas produksi para negara produsen minyak.
”Sebelum pertemuan antara OPEC dan non-OPEC, perlu ada kesepakatan mengenai jumlah produksi untuk negara mana pun yang akan mengurangi produksi,” kata Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh melalui media sosial Twitter.
Zanganeh menambahkan bahwa AS dan Kanada perlu berperan dalam menentukan pemotongan produksi. OPEC+ akan mengadakan konferensi video pada Kamis (9/4) pukul 14.00 GMT.
Setelah pembicaraan OPEC+, Arab Saudi akan menjadi tuan rumah konferensi video pada Jumat. Konferensi itu menurut rencana diikuti menteri energi dari negara-negara ekonomi utama Kelompok 20 (G-20). Konferensi itu digelar untuk mengurangi dampak pandemi pada pasar energi.
”Skala tantangan ini sangat besar sehingga OPEC+ tidak dapat menyelesaikannya,” kata Jason Bordoff, Direktur Pusat Kebijakan Energi Global Universitas Columbia dan mantan pejabat pemerintahan Obama. ”Hanya beberapa dan tidak semua produsen dunia yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk membatasi produksi.” (AP/AFP/REUTERS)