Jepang dan Uni Eropa Kucurkan 1,5 Triliun Dollar AS
›
Jepang dan Uni Eropa Kucurkan ...
Iklan
Jepang dan Uni Eropa Kucurkan 1,5 Triliun Dollar AS
Keadaan darurat Jepang bukan bentuk isolasi seperti yang diberlakukan di negara lain. Para gubernur di daerah yang dinyatakan dalam keadaan darurat tetap tidak bisa menghukum orang yang keluar rumah.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
TOKYO, SELASA — Jepang dan Uni Eropa mengucurkan stimulus senilai 1,5 triliun dollar AS untuk menangani Covid-19. Selain stimulus, Jepang juga menetapkan keadaan darurat untuk sejumlah kota dan provinsi.
Dalam pengumuman pada Selasa (7/4/2020), Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan keadaan darurat untuk Tokyo, Osaka, Saitama, Chiba, Kanagawa, Hyogo, dan Fukuoka. Keadaan darurat berlaku mulai Rabu ini. ”Hal terpenting sekarang bagi setiap warga negara adalah mengubah perilaku. Jika setiap orang mengurangi kontak dengan orang lain sedikitnya 70 persen dan idealnya 80 persen, kita akan mencapai puncak infeksi dalam dua pekan,” ujarnya.
Ia menegaskan keadaan darurat bukan bentuk isolasi seperti yang diberlakukan di negara lain. Para gubernur di daerah yang dinyatakan dalam keadaan darurat tetap tidak bisa menghukum orang yang keluar rumah. Jepang akan mengandalkan budaya malu sehingga orang-orang akan segan melanggar imbauan diam di rumah. Meskipun ada imbauan diam di rumah, layanan transportasi umum tidak dibatasi. Perbankan, toko kelontong, hingga apotek tetap buka.
Namun, pernyataan keadaan darurat akan memberi kewenangan pada pemerintah daerah untuk menyita barang yang dibutuhkan untuk kepentingan umum. Pemda juga bisa membeli aneka kebutuhan yang diperlukan dalam keadaan darurat.
Stimulus
Selain keadaan darurat, Abe juga mengumumkan paket stimulus senilai 108 triliun yen atau 990 miliar dollar AS. Paket itu setara 20 persen produk domestik bruto Jepang dan terbesar dalam sejarah negara itu. Dalam krisis 2008, stimulus yang dikucurkan Jepang setara 7 persen PDB.
Porsi paket Jepang juga lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat yang mengucurkan paket setara 11 persen PDB. Memang, nilai AS lebih besar, yakni 2 triliun dollar AS dan terbesar sejauh ini. Dana itu dipakai untuk bantuan langsung tunai senilai 603 miliar dollar AS, talangan perusahaan 877 miliar dollar AS, hingga bantuan ke negara bagian dan kota untuk menangani dampak SARS-CoV-2.
Tokyo juga akan melakukan hal senada dengan memberi BLT 2.743 dollar AS bagi setiap keluarga terdampak Covid-19. Ada pula subsidi bagi perusahaan hingga dana layanan kesehatan.
Uni Eropa
Selain Jepang, paket besar juga diluncurkan Uni Eropa yang membahas stimulus senilai 543 miliar dollar AS. Para menteri keuangan EU dijadwalkan menggelar rapat virtual pada Rabu dini hari WIB untuk mengesahkan paket itu. Hingga menjelang rapat, UE masih terpecah soal cara mendanai paket itu. Belanda dan Jerman menolak penerbitan surat utang baru.
Perancis, Spanyol, dan Italia meminta ada penerbitan obligasi untuk mendanai stimulus penanganan dampak Covid-19. ”Masih ada ruang solidaritas dalam instrumen dan Lembaga yang ada. Kita harus memanfaatkan semua perangkat secara penuh dan terbuka untuk melakukan lebih lanjut,” kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel.
Berlin berpendapat hampir senada dengan Michel. Padahal, Jerman berencana menerbitkan surat utang baru bernilai sedikitnya 100 miliar dollar AS untuk mendanai stimulus nasionalnya. Berlin telah mengumumkan paket senilai 808 miliar dollar AS. Sementara Perancis mengucurkan 50 miliar dollar AS.
Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen dan PM Spanyol Pedro Sanchez sama-sama mendesak ada Marhsall Plan II untuk Eropa. Mereka mengacu pada kucuran 17 miliar dollar AS dari Washington untuk pembangunan ulang Eropa selepas Perang Dunia II. Kini, Eropa membutuhkan dana besar untuk mengatasi dampak Covid-19. ”Virus ini tidak mengenal batas negara, seharusnya penanganannya juga,” kata Sanchez sebagaimana dikutip media Jerman, Deutsche Welle.
Dengan kucuran dari AS, Jepang, Jerman, EU, hingga Perancis, dunia hampir mencapai stimulus 5 triliun yang dijanjikan G20. Organisasi negara-negara pengendali 85 persen PDB global itu memang pernah menjanjikan 5 triliun dollar AS untuk mengatasi dampak Covid-19. (AP/AFP/REUTERS)