Selama wabah Covid-19 melanda, sidang skripsi pun terpaksa dilakukan secara online. Virus korona tak bisa mencegah mahasiswa yang ingin jadi sarjana
Oleh
Soelastri Soekirno dan Ester Lince Napitupulu
·5 menit baca
Selama pandemi Covid-19 melanda, apa-apa terpaksa dilakukan secara daring (online). Bahkan, sidang skripsi pun dilakukan secara online. Yuk, kita simak pengalaman beberapa mahasiswa yang sudah menjalani sidang skripsi online.
Seharusnya Muchlas Adi Nugroho, mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro, menjalani sidang skripsi secara fisik bulan lalu. Akan tetapi, gara-gara pandemi Covid-19 melanda dunia, momen bersejarah buat semua mahasiswa itu dibatalkan hanya sehari sebelum sidang digelar.
Muchlas yang sudah siap tempur pun kecewa. Untungnya, pihak kampus memberikan jalan keluar. Ia diminta menjalani sidang skripsi secara online yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. ”Saya hanya diminta (menjaga) supaya suasana jangan bising saat ujian dan pencahayaan cukup terang,” ujar Muchlas di Semarang, Minggu (5/4/2020).
Aku dijuluki SIP alias sarjana ilmu pemerintahan online. Pokoknya Covid enggak menghalangi aku jadi sarjana
Mahasiswa asal Klaten itu pun menyiapkan kamar indekosnya yang dipenuhi kasur, bantal, meja belajar, lemari, dan akuarium sebagai lokasi ruang sidang. Ia menutup ventilasi di kamarnya dengan kertas bekas untuk menghalangi suara
Agar situasi terjaga, ia membuat tulisan di kertas dengan pesan ”Harap Tenang Ada Ujian Skripsi Online” di depan gerbang dan di area dalam indekosnya. Dia mengumumkan kepada penghuni indekos lainnya agar selama ia sidang pukul 09.00-10.00 jangan sampai berisik.
”Bersyukur lancar semua. Sidangnya berasa to the point gitu. Malah enggak deg-degan karena enggak langsung berhadapan dengan dosen penguji,” ujar Muchlas yang tetap mengenakan ”seragam sidang” berupa baju putih dan dasi hitam.
Setelah sidang selesai, teman indekos dan teman kuliah berdatangan sambil membawa hadiah. Mereka membuat video kamar menjadi tempat sidang ujian skripsi online dan disebarkan untuk menginspirasi para mahasiswa yang bakal menjalani ujian skripsi online. ”Ha-ha-ha, aku dijuluki SIP alias sarjana ilmu pemerintahan online. Pokoknya Covid enggak menghalangi aku jadi sarjana,” cerita Muchlas.
Iqbal Maulana (22), mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, juga membayangkan masa kuliahnya selama lima tahun akan ditutup dengan sidang skripsi secara fisik. Ia membayangkan, setelah dinyatakan lulus dan keluar ruang sidang, teman-temannya akan menyambutnya dengan sorak gembira sambil membawa balon, bunga, dan ajakan berfoto bersama. Apa daya, sidang itu dibatalkan.
Sebagai gantinya, ia diminta mengikuti sidang online. Ia segera menyiapkan kamar indekosnya menjadi ruang sidang skripsi. Saat waktunya tiba, ia telah bersiap dengan setelan kemeja putih, celana hitam, dan jas yang dibeli khusus untuk ujian skripsi. ”Yang tidak saya pakai sepatu saja karena saya kadang-kadang duduk lesehan di bawah kecil he-he,” katanya.
Saat sidang berlangsung, hujan lebat disertai suara geledek membuat jaringan internet naik turun. Akhirnya sidang yang memakai video call Whatsapp diganti dengan audio saja. Baru 20 menit memaparkan skripsinya, jaringan internet lambat lagi hingga sidang ditunda sampai jaringan internet membaik.
Meski ada gangguan, Iqbal akhirnya dinyatakan lulus sebagai sarjana ilmu komunikasi dan penyiaran Islam. ”Lega, sudah lulus, tetapi sedih karena tidak bisa dirayakan,” kata Iqbal, lewat sambungan telepon, Jumat (3/4/2020).
Diintip orangtua
Ujian skripsi online juga dijalani Gregorius Aldi, mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara Jakarta, dari kamar di rumahnya di Bekasi melalui Zoom. Ketika sidang tengah berlangsung, jaringan internet terputus.
”Ada sekitar 15 menit sambungan internet terputus. Gokil abis, deh, paniknya. Untung bisa teratasi setelah pindah ke ruang televisi. Saking panik, saya enggak sempat buat dokumentasi foto,” kata Aldi.
Ia segera menguasai diri karena orangtuanya ikut mendampingi di rumah. ”Akan tetapi, kadang mereka ngintip dari jendela kamar,” ujar Aldi tertawa.
Aldi menjalani sidang sekitar sejam karena dosen mencecar dirinya dengan banyak pertanyaan. Dia mendapat banyak masukan untuk revisi skripsi dan dinyatakan lulus. Aldi bahagia bisa menjadi sarjana tanpa terhalang virus korona. Sejurus kemudian, ucapan selamat ia terima dari teman-temannya lewat Skype.
Dia menceritakan, ujian skripsi secara daring cukup menguntungkan. Ia tidak terlalu deg-degan karena tidak berhadapan secara fisik dengan dosen penguji. ”Kalau berhadapan langsung, grogi saya bisa langsung kelihatan,” katanya.
Felicia Karissa Vincentio (22), mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Multimedia Nusantara Tangerang, juga sempat stres tatkala mendapat kabar ujian skripsi dibatalkan. Sebagai ganti, kampus mengadakan ujian secara daring lewat aplikasi Zoom. ”Ya, panik dan stres. Sampai saya marah-marah di rumah kontrakan, enggak nyadar kalau stres he-he,” ujarnya.
Stres malah membuat cewek asal Bali itu kebingungan sehingga baru bisa membuat materi presentasi mulai pukul 21.00. Padahal, besok siangnya ia harus ujian. ”Saking bingung mau nulis apa, akhirnya saya putuskan lebih baik banyak membuat penjelasan lewat visual saja. Eh, ternyata para dosen malah lebih mudah memahaminya,” kata Karissa yang juga menyulap kamarnya menjadi ruang ujian.
Ia sempat berlatih presentasi dengan adiknya beberapa jam sebelum mulai ujian. Saat ujian, Karissa memakai kemeja dan jaket almamater, tetapi bagian bawah ia hanya memakai celana pendek. Beruntung, pakaian bagian bawahnya tak terlihat saat ujian berlangsung.
Usaha keras Karissa selama kuliah 3,5 tahun di UMN ditutup manis dengan nilai A pada ujian sidang skripsi online. ”Akhirnya jadi ST (sarjana teknik), yeay..,” katanya riang, Sabtu (4/4) di Tangerang.
Selama pandemi Covid-19, sidang skripsi online akan terus berlangsung. Pihak kampus, kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam, memang diberikan otoritas untuk memilih metode non-konvensional dalam proses pembelajaran, termasuk ujian secara online.
Bagaimanapun virus korona tidak boleh menghalangi para mahasiswa yang ingin cepat-cepat menjadi sarjana.