Ratusan Pemandu Wisata Sulawesi Utara Jadi Pengangguran Dadakan
›
Ratusan Pemandu Wisata...
Iklan
Ratusan Pemandu Wisata Sulawesi Utara Jadi Pengangguran Dadakan
Wabah korona menghantam telak dunia pariwisata. Pegiat pariwisata di Sulawesi Utara mendata pramuwisata yang terdampak untuk penyaluran bantuan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
Wabah Covid-19 yang menutup pintu pariwisata Sulawesi Utara menyebabkan ratusan pemandu wisata kehilangan sumber pendapatan. Pemerintah provinsi tengah mendata para pemandu wisata untuk menyalurkan bantuan selama roda pariwisata terhenti.
Saat ini, ada sekitar 600 pramuwisata di Sulut yang kehilangan pekerjaan. Sebanyak 237 adalah anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Sulut yang memiliki sertifikat profesi. Artinya, mereka pekerja profesional yang umumnya tidak memiliki pekerjaan lain.
Ketua PHI Sulut Roy Berty ketika dihubungi dari Manado, Senin (6/4/2020), mengatakan, anggota HPI tersebar di Manado, Minahasa, Minahasa Utara, Tomohon, Bitung, Kotamobagu, dan Kepulauan Sitaro. ”Kebanyakan berstatus freelance (pekerja lepas). Karena tidak ada wisatawan masuk seperti sekarang, nasib kami jadi tidak jelas,” kata Roy.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang mengunjungi Sulut mencapai 12.516 orang, mayoritas (92,63 persen) berasal dari China. Pada awal Februari 2020, pemerintah menutup penerbangan langsung dari China dan sebaliknya untuk mencegah penularan Covid-19. Akibatnya, Sulut hanya kedatangan 929 wisman sepanjang Februari, menurun 92,58 persen hanya dalam waktu satu bulan.
Penghasilan dari pariwisata hampir nol. Biro perjalanan dan para pemandu juga merugi. Boleh dikatakan tidak ada pemasukan sama sekali.
Roy mengatakan, mayoritas anggota HPI tidak melayani wisman China yang biasa datang dalam jumlah besar dan mengambil paket perusahaan jasa perjalanan. ”Kebanyakan yang kami layani adalah turis domestik, Jerman, Amerika Serikat, dan negara barat lainnya. Namun, wabah Covid-19 ini ternyata juga membuat enggan berwisata,” katanya.
Dalam sehari, seorang pramuwisata profesional bisa mendapat upah Rp 500.000 dari memandu wisman Eropa. Kesempatan bekerja pun terbuka lebar. Menurut Roy, dua wisman Eropa biasanya dilayani satu pramuwisata. Para wisman tersebut juga tinggal dalam jangka waktu lama, sekitar sepekan sampai sebulan.
”Namun, sebulan ini sudah mulai banyak keluhan dari teman-teman guide. Akhirnya, beberapa orang pindah bercocok tanam. Ada juga yang jadi sopir taksi online,” kata Roy.
HPI pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menggairahkan pariwisata di masa tanggap darurat Covid-19. Sebab, pemerintah sudah mengeluarkan imbauan agar warga tidak bepergian. Penghasilan alternatif dari proyek pendataan obyek pariwisata pun terhenti karena kegiatan terpaksa dihentikan.
”Kami sama sekali tidak bisa menghasilkan uang. Karena itu, kami mulai mendata teman-teman guide. Dinas pariwisata sudah berencana membagikan bantuan sembako, seperti beras, minyak goreng, dan telur, sebagai bentuk jaring pengaman sosial,” kata Roy.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Sulut Johnny Lieke mengatakan, industri pariwisata terpukul tidak hanya di Sulut, tetapi juga di seluruh Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari tingkat hunian kamar hotel yang anjlok di bawah 10 persen.
”Penghasilan dari pariwisata hampir nol. Biro perjalanan dan para pemandu juga merugi. Boleh dikatakan tidak ada pemasukan sama sekali,” kata Johnny.
Karena itu, 30 asosiasi di bawah GIPI bekerja sama dengan pemerintah provinsi menyalurkan bantuan kepada para pelaku pariwisata, termasuk bagi para pramuwisata. ”GIPI dan organisasi lain, seperti PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), sedang mengumpulkan dana untuk membeli sembako kemudian disalurkan kepada teman-teman guide di HPI,” kata Johnny.
Kepala Dinas Pariwisata Sulut Henry Kaitjily mengatakan, Pemprov Sulut berusaha mengikuti anjuran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mengumpulkan bantuan bagi para pelaku pariwisata yang kehilangan pekerjaan. Salah satu imbauan dalam Surat Edaran Menparekraf Nomor 2 Tahun 2020 adalah memberikan kompensasi berupa bahan makanan pokok kepada para pekerja informal di bidang pariwisata.
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey memperkirakan, jumlah masyarakat miskin akan bertambah karena adanya orang miskin baru yang kehilangan pekerjaan. Sejauh ini, pemprov telah menyiapkan Rp 48,5 miliar untuk penanganan dampak Covid-19. Ia berencana menambah lagi Rp 100 miliar untuk menyediakan jaring pengaman sosial.