Siasat untuk Bertahan di Tengah Pukulan Pandemi Covid-19
›
Siasat untuk Bertahan di...
Iklan
Siasat untuk Bertahan di Tengah Pukulan Pandemi Covid-19
Industri hotel di Tanah Air babak belur dihajar pandemi Covid-19. Tingkat hunian turun drastis. Di tengah situasi sulit, sajian kuliner menjadi harapan untuk bertahan.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
Daun kering berguguran di halaman Hotel Aston Cirebon, Jawa Barat, Senin (6/4/2020) siang, seperti menggambarkan suasana muram tempat itu. Tak tampak lagi kendaraan para tamu. Mobil hotel yang biasanya sibuk menjemput tamu kini terparkir di lantai bawah tanah.
Sekitar 200 kamar tak lagi terisi. Ruangan pertemuan tertutup rapat, terbalut sepi. Wabah Covid-19 membuat hotel yang pernah dihuni atlet Asian Games 2018 itu kini tak berdaya. Tingkat hunian hotel menurun sejak pertengahan Maret.
”Pada Sabtu, 4 April, hanya terisi 12,5 persen dari total 200 kamar. Semua rencana pertemuan pun ditunda karena virus korona baru,” kata Public Relation Hotel Aston Cirebon Litania Putri Utami.
Semua rencana pertemuan pun ditunda karena virus korona baru.
Kondisi ini memaksa manajemen hotel menutup sementara operasional hotel mulai 5 April 2020 hingga 3 Juni 2020. Karyawan yang masih bekerja pun hanya hitungan jari dari total sekitar 160 karyawan. Selebihnya tak bekerja meski tetap menerima gaji yang tak utuh.
Meski tutup sementara, segala cara dilakukan untuk tetap bertahan. Minuman khas di Oasis Bistro dan makanan di restoran Takebayashi menjadi andalan. Pelanggan dianjurkan memesan dan membawa pulang makanannya, tidak makan di tempat.
Layanan transportasi daring pun digaet untuk mengantar makanan dan minuman kepada pelanggan. ”Namun, kalau pelanggan tetap mau makan di sini, kami siapkan tempat makan yang kursinya berjauhan sesuai konsep jaga jarak,” kata Litania.
Memberikan layanan pesan antar makanan juga ditempuh Mason Pine Hotel di Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Jabar. Aneka makanan, seperti soto banjar, sup buntut, bebek goreng, steak, piza, dan batagor, menjadi andalan dalam sepekan terakhir.
Selain melayani pesan antar makanan, sebagian hotel juga memberikan diskon hampir separuh dari harga normal. Salah satunya yang dilakukan Hotel Ayani di Banda Aceh. ”Tidak banyak peminat kamar hotel, tetapi masih ada kamar terisi,” kata Asisten Manajer Eksekutif Hotel Ayani Nadya Anattashya.
Meski dari hasil penjualan makanan dan diskon kamar hotel paling tidak mencukupi untuk biaya operasional dan membayar upah karyawan, hingga kini belum ada karyawan yang dirumahkan. ”Kami tetap bertahan. Kami yakin ujian ini akan berlalu,” kata Nadya.
Tidak banyak peminat kamar hotel, tetapi masih ada kamar terisi.
Hotel Best Western The Lagoon di Manado, Sulawesi Utara, juga menyiasati kondisi lesunya industri pariwisata dengan membuat paket promosi khusus untuk masa tinggal tiga hari dua malam dengan harga Rp 799.000. Paket itu jauh di bawah harga biasanya yang melampaui Rp 800.000 per malam.
”Kami juga ada promo long stay Rp 9 juta selama 30 hari tanpa fasilitas sarapan,” kata Director of Sales and Marketing Best Western Manado Vino Taroreh.
Ungkapan cinta dari Yogyakarta
Di luar upaya untuk bertahan, pelaku usaha perhotelan juga berempati dan menunjukkan solidaritas dalam situasi pandemi Covid-19. Salah satunya dilakukan sejumlah hotel di Yogyakarta, Sabtu (4/4/2020) malam.
Sejumlah 65 hotel menyalakan lampu beberapa kamar, membentuk gambar hati. Aksi yang menjadi bagian dari gerakan ”From Jogja with Love” itu digagas Himpunan General Manager Hotel Yogyakarta. Ada pesan, para penggiat pariwisata saling menguatkan di tengah wabah Coronavirus disease (Covid-19) yang sedang melanda.
”Aksi ini menjadi simbol empati, semangat kebersamaan, dan harapan agar pariwisata Yogyakarta dapat segera menapaki babak baru yang semakin gemilang,” ucap Aris Retnowati, perwakilan dari Himpunan General Manager Hotel Yogyakarta yang juga salah seorang koordinator aksi.(IKI/TAM/AIN/NCA/OKA)