Taliban Menarik Negosiatornya dari Pembicaraan Damai dengan Kabul
›
Taliban Menarik Negosiatornya ...
Iklan
Taliban Menarik Negosiatornya dari Pembicaraan Damai dengan Kabul
Amerika Serikat sepertinya harus menunggu lebih lama untuk melihat keinginannya mengakhiri perang di Afghanistan terwujud. Proses damai kini bergantung pada negosiasi Taliban dengan Pemerintah Afghanistan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
KABUL, RABU — Taliban menarik negosiatornya dari pembicaraan dengan Pemerintah Afghanistan menyusul pembahasan tentang pertukaran tahanan yang ditunda, Selasa (7/4/2020). Taliban menyebut pembicaraan itu sia-sia meski semula dilihat sebagai tahapan krusial menuju Afghanistan yang damai.
Juru Bicara Kantor Politik Taliban di Doha, Qatar, Suhail Shaheen, mengatakan, ”Penundaan pembebasan tahanan kami yang disengaja melanggar kesepakatan damai adalah penyebab tim teknis kami ditarik dari Kabul.”
Keputusan Taliban itu merupakan kemunduran dalam upaya yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang terlama AS dan puluhan tahun kekerasan di Afghanistan. Proses damai di Afghanistan juga kerap terganggu perselisihan antarpemimpin politik negara itu.
Kesepakatan antara AS dan Taliban pada Februari lalu adalah peluang terbaik untuk mengakhiri campur tangan militer AS di Afghanistan selama 18 tahun terakhir. Kesepakatan ini menjadi dasar AS untuk menarik pasukannya secara bertahap sebagai imbalan atas jaminan keamanan dari Taliban.
Akan tetapi, tetap saja perdamaian sangat bergantung pada pembicaraan antara Pemerintah Afghanistan yang didukung AS dan Taliban. Pertukaran tahanan di antara keduanya dimaksudkan untuk membangun rasa saling percaya kedua belah pihak.
Di Kabul, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Javid Faisal menuturkan, pihaknya akan tetap melanjutkan rencana pembebasan tahanan. ”Kami meminta Taliban untuk tidak menyabotase proses ini dengan membuat alasan sekarang,” ujarnya.
Penundaan pembicaraan damai oleh Taliban dapat memicu eskalasi kekerasan yang pada akhirnya mengancam rencana penarikan pasukan AS yang merupakan tujuan Presiden Donald Trump sejak awal.
Tiga anggota tim Taliban telah tiba di Kabul dari Qatar bulan lalu untuk memulai pertukaran tahanan. Minggu lalu, para pejabat Afghanistan menyatakan, mereka akan membebaskan 100 tahanan Taliban yang sakit atau berusia di atas 50 tahun.
Sebagai imbalannya, Taliban diharapkan membebaskan 20 anggota pasukan keamanan Afghanistan. Target dari pertukaran tahanan ini adalah kedua belah pihak membebaskan 6.000 tahanan.
Tapi, menurut para pejabat Afghanistan, Taliban menghendaki Pemerintah Afghanistan membebaskan 15 komandan yang memimpin serangan brutal minggu ini. Pemerintah Afghanistan menolak permintaan ini.
Meski terjadi kemunduran dalam pembebasan tahanan, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Selasa (7/4/2020), mengatakan, telah ada kemajuan yang dicapai sejak dirinya mengunjungi Kabul 23 Maret 2020 untuk menekan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan mantan pimpinan eksekutif Abdullah Abdullah untuk mengakhiri perselisihan hasil pemilu September lalu.
”Kami menyaksikan sejumlah kemajuan, tapi kami melihat mereka berpose di media, kami mengetahui ada pernyataan dari keduanya,” kata Pompeo dalam jumpa pers Departemen Dalam Negeri.
Sementara perselisihan antara Ghani dan Abdullah tetap berlangsung, kunjungan Pompeo ke Kabul dan pengumuman pemotongan bantuan AS ke Afghanistan sebesar 1 miliar dollar AS tempaknya memiliki dampak. Pada 26 Maret 2020, Ghani mengumumkan delegasinya dalam pembicaraan damai dengan Taliban yang didukung oleh Abdullah.
Pompeo mengulangi kembali seruannya bahwa negosiasi harus dimulai lagi. ”Saya yakin dalam beberapa hari ke depan, kita akan melihat langkah yang sepertinya mundur, tapi sebenarnya bukan. Saya juga berharap semua pihak bersikap tulus dan menghendaki yang terbaik bagi warga Afghanistan,” tutur Pompeo. (REUTERS)