Kasus Covid-19 Pertama Terdeteksi di Suku Yanomami Amazon
›
Kasus Covid-19 Pertama...
Iklan
Kasus Covid-19 Pertama Terdeteksi di Suku Yanomami Amazon
Mulai menyebarnya virus korona di suku-suku pedalaman Amazon memicu kekhawatiran di Brasil. Kasus Covid-19 telah ditemukan di suku Kokama dan Yanomami.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
BRASILIA, RABU — Brasil melaporkan kasus Covid-19 pertama yang terdeteksi di suku Yanomami, sebuah kelompok pribumi Amazon yang hidup terpencil dan rentan dengan penyakit-penyakit asing.
”Hari ini kami mengonfirmasi satu kasus dari virus korona di suku Yanomami. Ini sangat mengkhawatirkan,” kata Menteri Kesehatan Brasil Luiz Henrique Mandetta pada konferensi pers, Rabu (8/4/2020).
Menurut Mandetta, Brasil harus berhati-hati tiga kali lipat terkait penyebaran Covid-19 di komunitas asli Amazon, terutama yang memiliki sedikit kontak dengan dunia luar.
Suku Yanomami yang terjangkit Covid-19 tersebut adalah seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun. Kini remaja itu dirawat di unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Boa Vista, ibu kota Negara Bagian Roraima, Brasil utara.
Surat kabar Globo melaporkan, Pemerintah Brasil telah mengonfirmasi tujuh kasus virus korona di suku penduduk asli. Yang pertama adalah seorang perempuan berusia 20 tahun dari kelompok etnis Kokama yang dikonfirmasi positif seminggu yang lalu.
Brasil memiliki sekitar 800.000 penduduk asli di lebih dari 300 kelompok etnis atau suku asli. Suku Yanomami yang terkenal dengan cat wajah dan tindikan yang rumit berjumlah sekitar 27.000 jiwa.
Sebagian besar suku asli ini terisolasi dari dunia luar hingga pertengahan abad ke-20. Mereka mengalami musibah besar, terserang penyakit seperti campak dan malaria pada 1970-an.
Masyarakat adat di hutan hujan Amazon sangat rentan terhadap penyakit impor karena mereka secara historis telah terisolasi dari kuman-kuman yang telah menciptakan kekebalan di sebagian besar dunia berkembang.
Ekuador
Dari Quito, Ekuador, dikabarkan, Presiden Lenin Moreno pada Rabu (8/4/2020) meminta penyelidikan terkait bagaimana pihak berwenang menangani jenazah korban Covid-19 di Guayaquil, kota yang menjadi pusat penyebaran wabah di Ekuador.
Keluarga korban mengeluh melalui media sosial bahwa rumah sakit umum telah gagal menemukan jenazah keluarga mereka dengan cepat dan dalam beberapa kasus terjadi salah mengidentifikasi jenazah.
”Kami tidak akan membiarkan siapa pun dimakamkan tanpa diidentifikasi. Mereka layak dimakamkan secara bermartabat!” tulis Moreno di Twitter.
Twitter itu juga mengunggah salinan keluhan resmi atas dugaan penyimpangan yang diajukan Jorge Wated, pejabat negara yang bertugas menangani jenazah selama masa krisis.
Penyebaran wabah yang begitu cepat di Guayaquil mengakibatkan banyak jenazah harus dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk menunggu giliran dimakamkan.
Bahkan dalam beberapa kasus banyak jenazah yang diletakkan di jalan-jalan. Menghindari penyebaran lebih lanjut, pihak berwenang menyimpan jenazah-jenazah itu dalam peti berpendingin dan kemudian memakamkan satu per satu jenazah tersebut.
Pada Rabu, Ekuador melaporkan ada 4.450 kasus positif Covid-19 dan 242 kematian. Sebagian besar kasus positif Covid-19 itu, 3.047 kasus—sebanyak 144 di antaranya diikuti dengan kematian—terjadi di Provinsi Guaya, tempat Kota Guayaquil terletak.
Menteri Kesehatan Ekuador Juan Carlos Zevallos mengatakan, dia telah memecat seorang pejabat yang meminta uang kepada keluarga korban yang hendak mengambil jenazah keluarga mereka di rumah sakit umum Guayaquil.
”Memalukan, keterlaluan dan tidak bisa ditoleransi. Saya telah memerintahkan pemecatan orang ini dan melakukan tindakan hukum yang relevan sehingga kasus ini tidak dibiarkan begitu saja,” kata Zevallos. (AFP/REUTERS)