Arab Saudi menghentikan operasi militer di Yaman untuk memusatkan energi untuk melawan Covid-19, sekaligus membuka peluang untuk membahas perundingan gencatan senjata permanen.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
RIYADH, RABU — Untuk mencegah penyebaran wabah korona baru, koalisi pimpinan Arab Saudi yang tengah berperang melawan milisi Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman menghentikan operasi militernya. Peperangan itu telah berlangsung selama lima tahun dan menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan kelaparan dan penyakit. Dalam konflik itu, Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris membantu koalisi dengan menyediakan persenjataan, informasi intelijen, dan logistik.
Langkah koalisi itu juga untuk memfasilitasi perundingan gencatan senjata permanen yang didukung oleh Utusan Khusus PBB Martin Griffiths. ”Sebagian alasannya memang untuk mengantisipasi wabah korona meski belum ada laporan kasus itu,” kata juru bicara koalisi militer Kolonel Turki al-Malki, Rabu (8/4/2020).
Gencatan senjata untuk sementara akan mulai berlaku pada Kamis sampai dua pekan mendatang dan dapat diperpanjang. Langkah itu merupakan terobosan pertama sejak PBB mempertemukan pihak-pihak terkait dalam pertempuran itu akhir 2018 di Swedia. Pada waktu itu, mereka menandatangani gencatan senjata di Pelabuhan Hodeidah di Laut Merah.
Namun, tidak jelas apakah milisi Houthi akan mematuhi hal itu atau tidak. Juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, mengatakan, mereka telah memberikan pandangan kepada PBB termasuk mengakhiri perang dan blokade yang diberlakukan oleh Yaman.
”Usulan kami akan menjadi awalan untuk dialog politik dan masa transisi,” kata Abdulsalam melalui Twitter.
Beberapa jam setelah pengumuman dari koalisi itu, Kementerian Informasi Yaman menyatakan milisi Houthi menyerang Hodeidah dan di kota Marib dengan rudal. Sementara media Houthi mengatakan, serangan pasukan koalisi mengenai Provinsi Hajja dan Saada.
Perdamaian
Utusan Khusus PBB Griffiths menyambut baik gencatan senjata itu dan meminta semua pihak memanfaatkan kesempatan ini dan menghentikan semua ketegangan agar terwujud perdamaian. Kedua pihak yang bertikai diharapkan untuk membicarakan usulan untuk menghentikan semua serangan udara, laut, dan udara.
Pejabat senior Arab Saudi berharap selama dua pekan ke depan Dewan Keamanan PBB bisa mendesak milisi Houthi untuk menghentikan serangannya, mematuhi gencatan senjata, dan serius berdialog dengan Pemerintah Yaman. PBB dan negara-negara di Barat mengingatkan akan ancaman pandemi Covid-19 pada milisi Houthi.
Yaman menyaksikan adanya jeda dalam aksi militer setelah Arab Saudi dan milisi Houthi mulai saling berbicara akhir tahun lalu. Namun, gejolak kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, termasuk serangan rudal balistik ke Riyadh bulan lalu dan serangan udara koalisi, justru mengancam kesepakatan damai di kota-kota penting. Sejak milisi Houthi menggulingkan pemerintahan Yaman, akhir 2014, Yaman tak pernah sepi serangan.
Konflik yang dianggap sebagai perang antara Arab Saudi dan Iran itu menyebabkan krisis kemanusiaan karena jutaan warga terancam kelaparan dan harus mengungsi ke kamp-kamp pengungsian dan memicu wabah kolera dan difteri.
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi Pangeran Khalid bin Salman menulis dalam akun Twitter-nya bahwa kerajaan akan membantu 500 juta dollar AS untuk bantuan kemanusiaan PBB bagi Yaman tahun 2020. Juga akan ada bantuan sebesar 25 juta dollar AS untuk membantu melawan Covid-19.
Sebelumnya, PBB mengajukan permohonan anggaran sebesar 4 miliar dollar AS pada tahun 2019 untuk membantu krisis kemanusiaan dan kemungkinan akan meminta lagi tambahan jutaan dollar pada 2020. (REUTERS/LUK)