Mazda CX-30, Sensasi Mazda 3 dalam Kemasan SUV
Agresivitas Mazda dalam menggarap pasar SUV kian mantap dengan peluncuran Mazda CX-30, Januari 2020 lalu. Kompas diundang untuk menguji crossover terbaru ini.
Agresivitas Mazda dalam menggarap pasar SUV kian mantap dengan peluncuran Mazda CX-30, Januari 2020 lalu. Kini Mazda memiliki tak kurang dari 5 model SUV yang dipasarkan di Tanah Air, jauh lebih banyak dari model sedan atau hatchback-nya.
Selama dua hari sejak Rabu (26/2/2020), Kompas mengikuti uji kendara Mazda CX-30 ke Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berbagai fitur teknologi urban crossover SUV terbaru dari Mazda ini diuji sepanjang perjalanan yang menempuh jarak total sekitar 350 kilometer itu.
Sejak pengalaman merasakan kendara perdana mobil ini di BSD City, Tangerang, awal Januari, mobil ini terasa familiar. Tak lain karena CX-30 dikembangkan dengan dasar platform Mazda 3 generasi keempat yang sudah Kompas uji tahun lalu.
Perasaan itu tak salah waktu akhirnya Kompas mendapat kesempatan mengendarai CX-30 cukup jauh dengan variasi medan dan lalu lintas. Walau posturnya sedikit lebih jangkung dengan ground clearance yang lebih tinggi, rasa mengemudi Mazda 3 masih terasa kental.
Berbagai karakter pengendaraan Mazda 3, seperti kemudi yang presisi, posisi tempat duduk dan roda kemudi yang ergonomis, hingga karakter tenaga mesinnya, semua masih terasa lekat di CX-30. Bisa dikatakan, CX-30 adalah paket plus plus dari Mazda 3, dengan bonus posisi duduk lebih tinggi sehingga visibilitas pengemudi ke depan lebih leluasa dan ada perasaan tenang saat mobil harus keluar dari jalan aspal mulus.
”Dalam perjalanan ini, awak media dapat merasakan kemudahan berkendara dan kenyamanan kabin yang ditingkatkan. Mazda CX-30 memang dirancang agar mudah dikendarai, dengan ketinggian mobil yang dinaikkan untuk memberi visibilitas lebih baik dan dimensi bodi yang kompak untuk memudahkan manuver dalam berbagai kondisi lalu lintas,” tutur Erik Pascanugraha, General Manager Sales and Marketing PT Eurokars Motor Indonesia (EMI), sebagai distributor resmi Mazda di Indonesia, sesaat sebelum rombongan start dari Mazda Simprug.
Baca juga:
Sensasi Naik Kelas All New Mazda 3
Setelah melewati rute dalam kota Jakarta, konvoi Mazda CX-30 yang masing-masing diisi dua jurnalis diarahkan masuk ke Jalan Tol Dalam Kota di Semanggi menuju arah timur. Rute pertama ini untuk menguji akselerasi dan kenyamanan CX-30 di jalur tol, sekaligus memberi kesempatan para jurnalis mengenal karakter mobil.
Tanjakan dan tikungan
Kompas sengaja memilih pegang kemudi setelah istirahat makan siang di Purwakarta, untuk merasakan sensasi pengendalian dan tenaga mobil di rute Jalan Tol Purbaleunyi menuju Bandung. Di sini terasa bagaimana tenaga dari mesin Skyactiv-G 2.0 liter begitu mumpuni melibas tanjakan-tanjakan panjang.
Yang berkesan dari perjalanan di rute ini adalah kekedapan kabin yang berhasil meredam suara-suara dari luar kabin, termasuk suara mesin mobil ini sendiri. Namun, saat pedal gas diinjak lebih dalam, yang masuk ke kabin adalah suara knalpot yang menderum menyiratkan sifat sporty. Suara itu terasa sangat merdu.
Sayang panitia mengarahkan kami menuju Lembang dengan melalui rute standar melewati pinggiran Kota Bandung. Alhasil, begitu kami keluar dari Gerbang Tol Pasteur, kemacetan dan kepadatan khas lalu lintas Bandung menyambut kami. Tak ada faktor performa mobil yang bisa didapatkan di sini.
Yang terjadi adalah pengenalan karakter mobil saat dilewatkan jalan-jalan macet, dan beberapa kali masuk ke gang-gang sempit untuk menghindari kemacetan. Di medan ini, terasa betul manfaat pengendalian yang presisi. CX-30 yang berukuran kompak meliuk-liuk dengan lincah di gang-gang itu. Pengemudi merasa percaya diri dengan perilaku mobil yang mudah diprediksi.
Jalan bermacet-macet itu menjadi kesempatan untuk mencermati interior mobil ini. “Seperti kita lihat, interiornya pun mirip dengan All New Mazda 3, hanya ada beberapa perbedaan pada sejumlah detailnya,” tutur Kenny Wala, Product Planning Assistant Manager PT EMI.
Kenny, yang menemani rombongan jurnalis dalam uji kendara jarak jauh ini, menambahkan, CX-30 ini juga sudah mengadopsi fitur G-Vectoring Control generasi terbaru yang dinamakan GVC Plus. Sistem keselamatan aktif ini lebih halus untuk meminimalkan gejala limbung saat mobil melaju di tikungan.
“Pada GVC versi lama, intervensi hanya dilakukan dengan mengurangi torsi mesin secara otomatis ke roda depan saat hendak melintasi tikungan, sehingga body roll mobil dicegah. Pada sistem GVC+, intervensi torsi mesin itu dibarengi penerapan rem pada roda sisi luar saat sedang menikung, sehingga body roll makin minim lagi,” papar Kenny.
Mobil ini juga sudah membawa lampu sein model terbaru dengan pola nyala lampu yang unik dan khas. Lampu akan menyala cepat seketika saat diaktifkan, kemudian meredup perlahan-lahan. Menurut Kenny, kedipan lampu sein ini menirukan irama detak jantung manusia.
Mazda CX-30 diperkenalkan untuk mengisi slot di antara Mazda CX-3 dan Mazda CX-5. Nama CX-30 dipilih untuk menghindari kebingungan dengan Mazda CX-4 yang dibuat khusus untuk pasar China. Di segmennya, rival CX-30 yang lebih dulu hadir di Indonesia antara lain Toyota C-HR dan Mitsubishi Eclipse Cross.
Baca juga:
Mazda CX-30 Ramaikan Pasar Crossover-SUV Kompak
Dengan dimensi panjang 4.395 milimeter (mm), lebar 1.795 mm, dan tinggi 1.540 mm, serta jarak antarsumbu roda (wheelbase) 2.655 mm; Mazda CX-30 ini lebih pendek dibandingkan Mazda 3 Sedan maupun Hatchback, tetapi sedikit lebih tinggi, sehingga memberikan kelegaan kabin yang lebih.
CX-30 yang masuk ke Indonesia juga mengusung mesin yang sama dengan Mazda 3, yakni mesin bensin empat silinder Skyactiv-G berkapasitas 2.0 liter (1.998 cc). Mesin ini mengeluarkan tenaga maksimum 153 HP pada putaran mesin 6.000 rpm dan torsi puncak 200 Nm pada 4.000 rpm. Tenaga mesin disalurkan melalui transmisi otomatis 6 percepatan.
Setiba di Lembang, Kompas sempat berharap agar keesokan harinya uji kendara dilanjutkan menempuh rute Lembang-Tangkuban Parahu-Ciater, yang memiliki medan menantang dengan banyak tikungan dan kontur naik turun. Bagi para pecinta Mazda, jalur ini biasa disebut sebagai “Mazda road”, karena karakternya yang pas untuk menguji kesenangan berkendara menggunakan Mazda dengan pengendalian yang presisi.
Sayang panitia memutuskan kami kembali ke Jakarta melalui jalur biasa, turun dari Lembang memasuki Jalan Setiabudi, Bandung, untuk kemudian berbelok ke Gerbang Tol Pasteur menuju Tol Purbaleunyi arah Jakarta. Kesempatan untuk mengeksplorasi mobil lebih jauh pun jadi terbatas.
Namun, dalam pengujian singkat itu, terasa bagaimana CX-30 sejatinya adalah Mazda 3 dalam kemasan SUV, dengan bonus ground clearance tinggi dan visibilitas lebih baik. (DHF)
Baca juga: