Pascapandemi Covid-19 yang semakin massif, beberapa anggota partai politik mulai menunjukkan kepeduliannya terhadap kurangnya alat-alat kesehatan, seperti APD yang dibutuhkan dokter, perawat, dan paramedis.
Oleh
Edna C Pattisina
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa anggota partai politik akhirnya mulai tergerak menunjukkan kepeduliannya terhadap kekurangan alat-alat kesehatan, seperti alat pelindung diri yang dapat melindungi dokter, perawat, dan paramedis dari penularan virus korona baru. Lima minggu setelah merebaknya wabah Covid19 di Indonesia, berbagai bantuan APD dan lainnya mulai deras disalurkan para politis tersebut.
Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meluncurkan pembentukan Satgas Lawan Covid-19. Satgas tersebut merupakan inisiasi personal para anggota Dewan. Satgas tersebut tidak menggunakan anggaran DPR, tetapi iuran dari para anggota DPR. Masing-masing anggota menyumbang ke daerahnya masing-masing melalui satgas ini.
Satgas ini bertujuan untuk membantu pemerintah dalam percepatan penanganan Covid-19 di daerah-daerah. Anggotanya, para anggota Dewan lintas fraksi. Dasco sebagai koordinator satgas mengatakan, pihaknya akan menghubungkan donatur ke masing-masing rumah sakit atau puskesmas di daerah-daerah. Tujuan utamanya pemenuhan alat kesehatan, seperti APD. Satgas yang akan bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan menerima bantuan dalam bentuk alkes, masker, APD, ventilator, dan alat pendukung medis lainnya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo, yang juga Menteri Kelautan dan Perikanan, menyumbangkan berbagai alat kesehatan untuk RSUD Cengkareng yang merupakan rumah sakit rujukan di DKI, Kamis (9/4). Salah seorang dokter RSUD Cengkareng, Benny Octavianus, yang juga merupakan ketua Badan Kesehatan Partai Gerindra KESIRA, yang merawat langsung pasien Covid 19 sejak 9 Maret lalu, memberikan apresiasi. Ia mengatakan bahwa rumah sakit-rumah sakit membutuhkan alat-alat pelindung diri bagi para dokter dan paramedia.
”Satgas tersebut merupakan inisiasi personal para anggota Dewan. Satgas tersebut tidak menggunakan anggaran DPR, tetapi iuran dari para anggota DPR. Masing-masing anggota menyumbang ke daerahnya masing-masing melalui satgas ini.”
Bantuan yang diterima berupa 1.000 baju hazemat, 200 face shield, dan 200 sarung tangan panjang. Benny mengatakan, saat ini RSUD Cengkareng merawat 88 pasien Covid-19 dan jumlahnya terus meningkat. Ia berharap masyarakat tidak keluar rumah agar kasus tidak bertambah banyak.
Dalam catatan Kompas, sejauh ini, partai-partai politik lainnya, seperti PDI-P, juga sudah sejak beberapa minggu lalu merespons pandemi Covid-19 dengan berbagai caranya, antara lain mulai membantu sosialisasi dan mencetak brosur dan spanduk agar masyarakat tetap menjaga kebersihan tangan dan menggunakan masker, ikut menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Namun, memang, yang dibutuhkan sekarang juga adalah bantuan konkret dari parpol di antaranya dengan turun tangan mendermakan sebagian dananya untuk membantu menghentikan penyebaran Covid-19 ke rumah-rumah sakit atau membantu warga yang terimbas usaha dan pendapatannya akibat wabah virus korona baru. Harapan agar parpol berbela rasa dengan warga yang hidupnya pas-pasan saat ini akibat wabah Covid-19 sangat ditunggu konkrit.
WHO sudah mengingatkan
Sejak meningkatnya penularan virus korona baru di Indonesia secara massif, banyak rumah sakit kekurangan APD dan alat-alat kesehatan lainnya bagi para dokter, perawat, dan paramedis lainnya dalam menangani pasien positif Covid-19. Padahal, dokter, perawat, dan paramedis saat ini adalah ujung tombak dari ”perang” melawan Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagaimana dikutip dari situsnya belum lama ini, telah mengingatkan akan kemungkinan rumah-rumah sakit di banyak negara mengalami kekurangan pasokan APD.
Dalam siaran resminya pada 3 Maret 2020, WHO menyebutkan, APD, sarung tangan, masker medis, respirator, kacamata, pelindung wajah, baju, dan celemek sebagai barang-barang yang harus diperhatikan stoknya oleh para pemerintah menghadapi Covid-19.
Selanjutnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengimbau para pemerintah di sejumlah negara untuk meningkatkan pasokan dengan melonggarkan pembatasan ekspor, serta menghentikan spekulasi dan penimbunan barang-barang tersebut.
”Kita tidak bisa menghentikan virus korona tanpa melindungi petugas kesehatan terlebih dahulu,” ujar Ghebreyesus, politikus dan akademisi asal Etiopia, yang menjadi Dirjen WHO sejak 2017.
”Kita tidak bisa menghentikan virus korona tanpa melindungi petugas kesehatan terlebih dahulu.”
WHO juga mencatat, sejak virus korona baru merebak Januari lalu, harga alkes seperti masker meningkat enam kali lipat dan respirator N95 naik tiga kali lipat. Demikian alkes lainnya di banyak negara lainnya.
Berdasarkan kalkulasi WHO, dunia diperkirakan membutuhkan 89 juta masker medis, 76 juta sarung tangan, dan 1,6 juta kacamata periksa setiap bulannya untuk penanganan virus korona baru. WHO bahkan menyarankan industri dalam negeri setiap negara meningkatkan produksi alkes hingga 40 persen untuk memenuhi permintaan dunia dan banyak negara lainnya.
Sebaliknya, pemerintah justru mempermudah proses impor untuk barang-barang tersebut dapat masuk ke Indonesia untuk melengkapi dokter, perawat, dan paramedis di garda depan melawan Covid-19.