Pemeriksaan 43 spesimen dari orang dalam pemantauan dan pasien dalam pengawasan di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebaiknya dipercepat sehingga jika ada yang positif Covid-19 segera mungkin bisa dilokalisasi.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemeriksaan 43 spesimen dari orang dalam pemantauan atau ODP dan pasien dalam pengawasan atau PDP di Nusa Tenggara Timur sebaiknya dipercepat. Jika di antara mereka terindikasi positif Covid-19, segera mungkin dilokalisasi agar meminimalkan penyebaran virus korona, apalagi NTT masih kesulitan tenaga ahli virus.
Direktur Rumah Sakit Imanuel Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Danny Christian di Waingapu, Kamis (9/4/2020), mengatakan, NTT sebaiknya memiliki laboratorium pemeriksaan spesimen, seperti usap (swab) tenggorokan dan darah sendiri. Sampai hari ini, pemeriksaan terpusat di Jakarta dari beberapa daerah, menyebabkan hasil pemeriksaan begitu lama diperoleh pasien, anggota keluarga, dan masyarakat.
”Kalau boleh pemeriksaan 43 spesimen untuk PDP dan ODP termasuk tiga pasien yang telah meninggal dipercepat. Ini penting. Begitu diketahui positif, segera mungkin dilokalisasi penyebaran Covid-19 dengan cara melakukan karantina dan pemeriksaan terhadap keluarga dan orang-orang yang pernah bertemu korban,” kata Christian.
Jumlah spesimen yang dikirim ke Laboratorium Kemenkes sebanyak 43. Sampai Rabu (8/4/2020) dari jumlah 43 spesimen itu, 18 spesimen sudah diketahui negatif, sisa 25 masih dalam pemeriksaan.
Kalau boleh pemeriksaan 43 spesimen untuk PDP dan ODP termasuk tiga pasien yang telah meninggal dipercepat. Ini penting. Begitu diketahui positif, segera mungkin dilokalisasi penyebaran Covid-19 dengan cara melakukan karantina dan pemeriksaan terhadap keluarga dan orang-orang yang pernah bertemu korban.
Ia mengatakan, hasil sampel 43 spesimen dari NTT dengan status PDP dan ODP yang lambat memberi peluang semakin luas virus korona berkembang di masyarakat. NTT dengan 22 kabupaten/kota sesungguhnya sudah ada warga terinveksi Covid-19, hanya hasil laboratorium belum diumumkan.
Masyarakat mempertanyakan hasil spesimen tiga PDP yang meninggal di RSUD Komodo Labuan Bajo Manggarai Barat, 25 Maret 2020. Seorang ibu hamil meninggal di RS Leona Kota Kupang 1 April 2020 dan seorang pasien meninggal di RS Aerema Mbay Nagekeo 30 Maret 2020. Pihak dokter dari tiga rumah sakit yang merawat masing-masing pasien menyebutkan, mereka meninggal bukan karena Covid-19.
Namun ketiganya dimakamkan sesuai protap Covid-19. Jika para dokter yang merawat ketiga pasien itu meyakini masyarakat, mereka itu meninggal bukan karena Covid-19, proses penguburan pun tidak perlu sesuai protap Covid-19.
Ia mengatakan, perkembangan Covid-19 begitu cepat di Tanah Air, antara lain karena pemeriksaan yang lambat. Perlambatan itu memberi peluang makin luas bagi perkembangbiakan Covid-19 antara manusia.
”Sebaiknya orang NTT di daerah terinfeksi Covid-19 jangan pulang kampung. Pemprov atau pemkot/pemkab melalui orangtua atau keluarga mengirim uang bantuan penanggulangan Covid-19 kepada mereka untuk bertahan hidup di sana, sampai kondisi pandemi Covid-19 berakhir. Dengan cara ini NTT bisa dikatakan negatif Covid-19,” kata Dany.
Sampai dengan Rabu (8/4/2020 jumlah ODP dan PDP sebanyak 1.048, karantina mandiri 750, selesai masa pemantauan 289 orang, jumlah ODP dan PDP sedang dirawat di rumah sakit 9 orang.
Pembelian alat
Anggota Komisi V DPRD NTT, Ana Kolin, mengatakan, Komisi V dan Dinas Kesehatan NTT sudah menyepakati anggaran pembelian alat pemeriksaan spesimen Covid-19. Harga alat itu senilai Rp 2,5 miliar dan dana sudah disiapkan. Tetapi, resourcing atau sumber daya untuk mengoperasikan alat itu belum ada.
”Ini alat baru dan virus yang hendak diperiksa pun jenis baru. NTT butuh tenaga ahli virus, khusus Covid-19 sehingga tidak salah menyimpulkan hasil akhir. Juga butuh tenaga mekanik, saat alat itu mengalami gangguan ada yang bisa mengatasi,” kata Kolin.
Pemprov sedang mengupayakan resourcing tersebut di Kemenkes. Dalam waktu dekat tim dari Kemenkes akan mengunjungi RSUD Yohannes Kupang, apa saja yang diperlukan rumah sakit itu.
Jika RSUD Yohannes menjadi laboratorium Covid-19, dia bukan lagi menjadi rumah sakit rujukan Covid-19. Rujukan pasien dialihkan ke RSUD SK Lerik atau RS Siloam Kupang.
Juru bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 NTT, Marius Jelamu, mengatakan, sedang konfirmasi ke Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 Pusat terkait penemuan satu PDD positif Covid-19 dari NTT. Hasilnya telah dipublikasi ke masyarakat, tetapi pihak Gugus Tugas Covid-19 NTT belum mendapat data resmi.
”Mohon masyarakat NTT bersabar. Ini berita yang tidak baik bagi kita. Kalau benar demikian, kita harus siaga penuh. Jangan anggap enteng imbauan pemerintah lagi,” kata Jelamu.
Marianus Minggo warga Kelurahan Baumata Kota Kupang mengatakan, pengumuman juru bicara pemerintah untuk pencegahan virus korona Ahmat Yurianto, Kamis (9/4) menyebutkan, satu orang NTT positif terinveksi Covid-19 membuat masyarakat Kota Kupang resah. Mereka mengharapkan, pemerintah menyebut daerah mana di NTT yang teriveksi virus tersebut sehingga segera mungkin diberlakukan pembatasan sosial berskala besar.