Kasus Perdana Covid-19 di NTT Muncul, Deteksi Dini Harus Segera Dilakukan
›
Kasus Perdana Covid-19 di NTT ...
Iklan
Kasus Perdana Covid-19 di NTT Muncul, Deteksi Dini Harus Segera Dilakukan
Antisipasi penularan Covid-19 di Nusa Tenggara Timur harus dilakukan sejak dini sejak ditemukan adanya pasien positif. Tujuannya, meminimalkan penularan selagi jumlah kasusnya belum terlalu tinggi.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Antisipasi penularan Covid-19 di Nusa Tenggara Timur harus dilakukan sejak dini sejak ditemukan adanya pasien positif perdana, Kamis (9/4/2020). Tujuannya, meminimalkan penularan pada saat jumlah kasusnya belum terlalu tinggi seperti saat ini.
Sejauh ini, ada lima pasien dalam pengawasan (PDP) di Rumah Sakit Umum Daerah Yohannes Kupang. Seorang dari antara kelima PDP, EA, dinyatakan positif terpapar Covid-19 pada Kamis. Dia memiliki riwayat perjalanan di Yogyakarta (1-8 Maret 2020 dan 14-17 Maret 2020), Jakarta (9-13 Maret 2020) hingga Bali (18-22 Maret 2020).
Semuanya adalah kota besar dengan jumlah kasus positif Covid-19 tinggi di Indonesia. Namun, di semua bandara di tiga daerah itu, kondisi EA tetap saja tidak terpantau.
”Saya yakin tertular waktu di Jakarta,” kata EA saat memberikan keterangan melalui saluran Youtube, Kamis malam.
EA mengatakan, meninggalkan Kupang menuju Yogyakarta untuk menyiapkan diri mengambil program beasiswa S-3. Saat itu, dia mengklaim, belum ada informasi dari WHO dan pemerintah yang merekomendasikan seseorang untuk tidak bepergian. Pertemuan itu berlanjut di Jakarta.
”Di Jakarta, kami mendengar imbauan untuk tidak melakukan pertemuan dan kegiatan lain yang melibatkan massa. Saat itu, saya langsung kembali ke Yogyakarta,” kata EA. Dia mengklaim menggunakan masker dan membawa hand sanitizer.
Di Yogyakarta, EA meriang. Asam lambungnya juga kumat. Demi memudahkan pengobatan, ia nekat pulang ke Kupang bertemu istri dan mertuanya. Namun, merasa tidak sakit parah, ia sempat mengunjungi saudaranya di Denpasar, Bali. Dia berada di Bali pada 18-22 Maret 2020.
Sampai di Bandara El Tari Kupang, kondisi kesehatan EA kembali tak terpantau. Suhu tubuhnya normal. Ia merasa semuanya baik-baik saja. Namun, ketika sampai di rumah, ia mengatakan, langsung mengisolasi diri di dalam kamar.
Akan tetapi, kekhawatirannya memuncak saat mendengar kabar salah seorang rekannya yang ikut pertemuan di Jakarta berstatus pasien dalam pengawasan lalu positif Covid-19 pada 26 Maret 2020. Keesokan harinya, ia memeriksakan diri ke RSUD Yohannes Kupang.
Sampai di Bandara El Tari Kupang, kondisi kesehatan EA kembali tak terpantau. Suhu tubuhnya normal
Di sana, EA menjalani serangkaian tes, darah dan usap tenggorokan. Saat itu, dia dijanjikan hasil tes bakal keluar pada 4 April 2020 atau sepekan setelah pemeriksaan. Selama itu, ia diminta karatina mandiri di rumahnya. Namun, sampai hari yang dijanjikan, kabar itu tidak ia dapatkan.
”Saya tunggu begitu lama, sampai saya sempat berpikir, saya negatif Covid-19. Pemeriksaan yang lama ini membuat saya bosan menunggu, apa yang terjadi pada diri saya. Jadi, kalau boleh pemeriksaan dipercepat,” kata EA.
Hingga kini, ia mengatakan, dalam kondisi sehat. Ia tidak demam dan batuk. Anggota keluarga di Kupang dan saudaranya di Bali juga tidak merasakan keluhan serupa.
Direktur RS Imanuel Waingapu, Sumba Timur, dr Danny Christian mengatakan, masa inkubasi Covid-19 sekitar 14 hari. Namun, semuanya tergantung kondisi fisik seseorang. Dalam kasus EA, ia memiliki kondisi fisik kuat dengan daya imun tinggi. Sudah 31 hari ia terpapar virus korona, terhitung sejak pertemuan mereka di Jakarta, 9 Maret–9 April 2020, dan kondisi fisiknya masih kuat.
Akan tetapi, ia berharap, semua anggota keluarga EA ikut diperiksa. Jangan sampai, klaim sehat hanya dilihat dari kondisi fisik. Butuh pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya.
Selain itu, ia mengatakan, semestinya pemerintah daerah segera mengarantina semua orang yang datang dari wilayah terpapar Covid-19. Membiarkan warga melakukan karantina mandiri risikonya terlalu tinggi. Selama masa karantina, pemda harus membiayai makan-minum warganya.
”Ke depan, penelurusan dengan siapa saja EA pernah kontak juga harus dilakukan,” ujarnya.