Kasus Positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat Bertambah Jadi 21 Orang
›
Kasus Positif Covid-19 di Nusa...
Iklan
Kasus Positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat Bertambah Jadi 21 Orang
Kasus positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat terus bertambah. Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, hingga Kamis malam, total kasus positif di daerah itu mencapai 21 kasus.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Nusa Tenggara Barat terus bertambah. Kamis (9/4/2020) malam, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB mengumumkan 11 kasus baru. Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 yang sudah terkonfirmasi di daerah itu sebanyak 21 orang.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan, berdasarkan hasil tes usap di Laboratorium Biomedis Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB, pada Kamis sore, ada 11 pasien positif Covid-19. Mereka terdiri dari 6 orang yang sudah diumumkan di laman Gugus Tugas Nasional dan 5 orang sudah diketahui pusat, tetapi belum diumumkan. Pasien ke-11, warga laki-laki berinisial N (65), warga Lombok Utara.
”Pasien memiliki riwayat bepergian ke daerah terjangkit Covid-19 dalam 14 hari sebelum sakit. Ia tidak memiliki riwayat kontak dengan pasien Positif Covid-19. Saat ini, dia dirawat di Ruang Isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung,” kata Gita yang juga Sekretaris Daerah Provinsi NTB.
Sementara itu, pasien ke-12 adalah perempuan berinisial FBM (38) asal Kota Mataram. FBM tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah terjangkit Covid-19. Namun, FBM yang kini dirawat di RSUD Kota Mataram, memiliki riwayat kontak dengan orang yang baru pulang dari daerah terjangkit.
Pasien ke-13 berasal dari Kecamatan Narmada, Lombok Barat. Pasien yang kini dirawat RSUD Awet Muda Narmada itu memiliki riwayat bepergian ke daerah terjangkit Covid-19 dalam 14 hari sebelum sakit.
Adapun pasien nomor 14 adalah warga laki-laki berusia 68 berinisial RM. Pasien yang masih dirawat RSUD Provinsi NTB itu berasal dari Kota Mataram. ”Dia tidak memiliki riwayat perjalan ke luar daerah terjangkit. Namun, dalam 14 hari sebelum sakit, pasien memiliki riwayat kontak erat dengan pasien nomor empat,” kata Gita.
Pasien nomor 4 adalah YT (46). YT yang dirawat di RSUD Provinsi NTB sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. YT diketahui mengikuti pertemuan kegiatan Seminar Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) di Hotel Aston Bogor.
Gita menambahkan, pasien ke-15 adalah laki-laki berinisial MA (51) asal Kota Mataram. Seperti beberapa kasus lain, MA mempunyai riwayat bepergian ke daerah terjangkit. Sementara pasien ke-16, perempuan berinisial SL (59) yang juga asal Mataram, terkonfirmasi positif karena memiliki riwayat kontak erat dengan pasien nomor 14.
”Kedua pasien ini juga masih dirawat di ruang isolasi RSUD Provinsi NTB. Mereka dalam keadaan baik,” kata Gita.
Pasien ke-17 dan ke-18, menurut Gita, juga berasal dari Kota Mataram. Pasien ke-17 adalah perempuan berinisial KP (54). ”Pasien ke-17 tidak punya riwayat bepergian ke luar NTB, tetapi suaminya punya riwayat bepergian ke Bali. Sementara pasien nomor 18, laki-laki YRW (55), pernah berkontak dengan pasien nomor empat,” kata Gita.
Sementara pasien ke-19, yakni laki-laki berinisial AS (47), asal Lingsar, Lombok Barat, punya riwayat perjalanan ke Makassar. ”Sementara pasien ke-20 dan ke-21 berasal dari Mataram. Mereka adalah laki-laki berinisial MZ (40) yang punya riwayat ke daerah terjangkit dan warga laki-laki D (53) yang punya riwayat kontak dengan pasien nomor lima,” kata Gita.
Gita mengatakan, dengan tambahan 11 kasus terkonfirmasi itu, jumlah pasien positif Covid-19 di Provinsi NTB hingga Sabtu kemarin sebanyak 21 orang.
”Dua orang meninggal dan 2 orang sembuh telah pulang ke rumah masing-masing. Sementara 17 orang masih dalam perawatan dengan kondisi klinis semakin membaik. Mereka masih menunggu hasil tes negatif dua kali untuk bisa dipulangkan,” ujarnya.
Sementara itu, total pasien dalam status pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 112 orang. Sebanyak 44 PDP masih dalam status pengawasan, sedangkan 68 PDP dinyatakan selesai dalam pengawasan. Jumlah PDP yang meninggal sebanyak 9 orang, terdiri dari 2 pasien positif Covid-19 dan 7 orang negatif.
”Sementara total jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 3.315 orang. 1.797 orang masih dalam pemantauan dan sisanya 1.518 orang dinyatakan selesai dalam pemantauan,” kata Gita.
Menurut Gita, untuk mencegah penularan lebih lanjut, petugas kesehatan terus melakukan penelusuran semua orang yang pernah melakukan kontak dengan semua pasien terkonfirmasi positif Covid-19.
Lebih cepat
Gita menjelaskan, saat ini, hasil pemeriksaan sampel usap bisa diketahui lebih cepat. Itu karena NTB memiliki peralatan Laboratorium Biomedis RSUD Provinsi NTB, yang diberi kewenangan oleh Kementerian Kesehatan untuk memeriksa sampel Covid-19 secara mandiri. ”Pemeriksaan terhadap hasil sampel saat ini tidak perlu lagi dilakukan di Surabaya,” kata Gita.
Dengan hasil tes laboratorium yang semakin cepat, pasien yang terkonfirmasi Covid-19 bisa semakin banyak. ”Dengan begitu, kita semua bisa semakin tanggap mengantisipasi dan mencegah bersama. Selain itu, pasien yang terkonfirmasi positif juga bisa segera mendapatkan penanganan medis yang tepat dan sesuai sehingga segera sembuh dan bisa dipulangkan,” kata Gita.
Gita juga mengharapkan semua lapisan masyarakat tetap tenang. Keberhasilan pencegahan penularan Covid-19 sangat bergantung pada kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat.
”Tetap tinggal di rumah, memakai masker jika terpaksa keluar rumah, cuci tangan pakai sabun menggunakan air mengalir selama minimal 20 detik sesering mungkin. Hal itu terutama sebelum makan atau menyentuh wadah makanan dan menjaga jarak jika berkomunikasi minimal dua meter,” kata Gita.
Sementara itu, Pemprov NTB telah mengantisipasi dampak sosial ekonomi yang muncul, yaitu dengan menyiapkan jaring pengaman sosial (JPS) Gemilang. Menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB T Wismaningsih, mereka menyiapkan JPS Gemilang untuk 105.000 keluarga.
Pembagiannya menurut dua kriteria yakni 73.000 berbasis data kartu keluarga yaitu sangat miskin, miskin, dan rentan atau hampir miskin dan belum terjangkau Program Keluarga Harapan maupun Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) atau bantuan sembako.
Sementara untuk 32.000 keluarga, akan diperuntukkan bagi sektor nonformal, seperti tukang ojek, korban pemutusan hubungan kerja, pedagang kaki lima atau pekerja migran, dan industri kecil menengah.