Gonjang-ganjing Softbank di Tengah Pandemi Covid-19
›
Gonjang-ganjing Softbank di...
Iklan
Gonjang-ganjing Softbank di Tengah Pandemi Covid-19
Perusahaan investasi terbesar di bidang teknologi Softbank diterpa gonjang-ganjing karena gagal dalam pendanaan putaran kedua Vision Fund dan gagal mendanai WeWork. Badai semakin besar setelah dihantam pandemi Covid-19.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Semua mengakui bahwa Softbank merupakan perusahaan investasi terbesar di bidang teknologi. Pergerakan lembaga ini selalu menjadi gosip di kalangan usaha rintisan dan investor lainnya. Namun, sejak akhir tahun lalu, setelah penawaran saham perdana Uber yang tidak sukses dan penawaran saham perdana WeWork yang batal, membuat orang bertanya-tanya tentang masa depan Softbank. Di tengah pandemi, ada saja kisah tentang korporasi ini.
Beberapa waktu lalu, Softbank mengumumkan pendanaan putaran kedua Vision Fund meski mereka belum mampu mendapatkan sindikasi putaran kedua yang menargetkan mengumpulkan uang 100 miliar dollar AS seperti pada putaran pertama. Mereka tengah mencari lembaga-lembaga keuangan yang mau bergabung dalam Vision Fund putaran kedua. Hingga saat ini mereka baru menyediakan 2 miliar dollar AS yang berasal dari dana sendiri dan berkomitmen untuk mengeluarkan 38 miliar dollar AS dari kas sendiri.
Laman Forbes mengabarkan, beberapa lembaga keuangan kabarnya dalam posisi menunggu karena trauma dengan Vision Fund pertama yang tidak sukses. Softbank tengah berupaya merayu sejumlah lembaga untuk bergabung dalam pendanaan putaran kedua itu. Softbank sendiri masih percaya diri akan mendapatkan dana di Vision Fund kedua. Mereka tengah merapikan portofolio agar bisa menarik investor.
Di luar masalah itu, pertanyaan publik adalah apa dampak pandemi virus korona baru terhadap Softbank? Spekulasi pun bermunculan. Dalam laporan Nikkei Asian Review disebutkan, dalam tahun ini, valuasi sejumlah usaha rintisan yang sudah didanai Softbank sebelumnya melalui Vision Fund pertama mengalami penurunan sebesar 16,7 miliar dollar AS. Angka ini diperkirakan sebagai angka kerugian valuasi akibat pandemi.
Spekulasi lainnya adalah fokus mereka sekarang adalah untuk mencegah ”pendarahan” lebih parah. Oleh karena itu, Softbank disebutkan membutuhkan pendanaan baru untuk memberbaiki neraca keuangan mereka. Softbank tidak mengungkapkan di manakah masalah spesifik yang tengah dialami oleh mereka. Meski demikian, melihat beberapa portofolio mereka, maka kita bisa menebak-nebak kemungkinan asal-usul masalah itu.
Problem pertama pastilah berakar dari WeWork yang sempat mengumumkan valuasinya bakal menjadi 47 miliar dollar AS, tetapi kini hanya 7,8 miliar dollar AS. Pandemi Covid-19 makin memperparah kondisi keuangan usaha rintisan ini karena kemungkinan tidak ada lagi yang mau menyewa ruang kantor selama wabah. Belum lagi Softbank digugat oleh dua eksekutif WeWork karena batal membeli saham WeWork secara tunai sebesar 3 miliar dollar AS. Sebaliknya, Softbank beralasan WeWork tidak bisa memenuhi sejumlah kinerja sebagai syarat pembelian saham itu.
Masalah kedua berasal dari Oyo, usaha rintisan perhotelan berbasis di India, yang juga didanai oleh Softbank. Injeksi dana dari korporasi itu telah menaikkan valuasi Oyo menjadi 10 miliar dollar AS. Beberapa waktu lalu, Oyo telah kena masalah terkait kontrak dengan para pemilik hotel dan pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan karyawannya.
Masalah ini muncul karena Softbank menekan Oyo agar segera melakukan langkah bisnis yang menguntungkan. Di tengah pandemi, Oyo dipastikan terkena masalah tambahan karena jumlah tamu hotel di mana pun turun drastis sehingga mengganggu keuangan mereka. Menurut sebuah laporan, kunjungan tamu turun 50-60 persen. Mereka terpaksa merumahkan karyawan selama 60-90 hari tanpa upah.
Beberapa usaha rintisan lainnya yang didanai Softbak kemungkinan juga terdampak pandemi, seperti perusahaan transportasi daring Grab. Penggunaan transportasi daring dan juga penggunaan layanan lainnya di beberapa negara dipastikan berkurang karena pengetatan mobilitas warga. Meski demikian, beberapa media melaporkan, usaha rintisan yang didanai Softbank juga ada yang menghasilkan kinerja baik pada awal tahun ini, seperti Tokopedia yang makin dicari di tengah pandemi karena orang makin sering berbelanja daring dibandingkan membeli barang langsung di pasar atau di supermarket.
Semua kejadian itu tetap saja membuat penasaran publik dan investor. Mereka menunggu langkah-langkah Softbank. Mereka mengakui, selama ini pilihan investasi korporasi itu menjadi panduan kalangan investor sebelum mengambil keputusan sehingga informasi atau bahkan rumor apa pun tentang mereka selalu mendapat perhatian.
Bagi Softbank, tahun ini merupakan tahun yang berat karena pengalaman tahun lalu yang buruk, kepercayaan investor yang harus dibangun, dan juga pandemi yang berdampak pada usaha rintisan yang didanai. Bila saja Softbank selamat, investor sangat mungkin akan kembali bergabung dalam sindikasi pendanaan. Kalau tidak? Kita tunggu saja. Selalu ada cerita dari Softbank dengan berbagai gosip di sekitarnya.