Erikar Lebang: “Food Combining” untuk Daya Tahan Tubuh Kuat
Erikar Lebang mengupas tuntas mengenai ”food combining” lewat buku terbarunya.
Food combining atau melakukan kombinasi makanan yang tepat merupakan salah satu diet populer di Indonesia. Diet ini membuat seorang individu harus memperhatikan kemampuan dan proses pencernaan tubuh.
Sebagai contoh, individu itu tidak boleh makan karbohidrat bersamaan dengan protein hewani. Hal ini karena proses cerna tubuh untuk kedua jenis senyawa itu memerlukan proses cerna yang berbeda. Tidak hanya itu, individu juga disarankan untuk memperbanyak konsumsi makanan berbasis tumbuh-tumbuhan.
Terkait food combining, Erikar Lebang, penulis buku Food Combining di Bulan Ramadan, berbagi pandangan dalam Bincang Buku #5 Penerbit Kompas bertajuk ”Food Combining di Bulan Ramadan Saat Menghadapi Pandemi”. Simak perbincangan dengan Erikar yang berlangsung secara daring di Jakarta, Selasa (5/5/2020) ini.
Bagaimana konsumsi makanan dengan menerapkan food combining?
Food combining adalah doktrin yang dikenal orang sederhana, yaitu makan buah saat pagi hari. Kemudian memisahkan protein hewani dan karbohidrat. Sejatinya, kenapa kita memiliki prinsip ini? Ini karena logika sederhananya adalah kita memberikan tubuh apa yang dibutuhkan dan meminimalisasi apa yang tidak dibutuhkan. Sebenarnya, manusia diarahkan agar makan dengan makanan sesuai.
Kenapa pagi sarapan buah? Ini karena waktu pagi tubuh manusia belum bisa makan berat. Siklus tubuh manusia belum tentu bisa mencerna jadi harus diperlakukan dengan lebih tepat dan sempurna dengan memberi makanan ringan gampang dicerna dan kaya manfaat. Kedua, memisahkan protein hewan dan karbohidrat itu penting karena sistem cerna tidak bekerja secara efektif kalau kita konsumsi karbohidrat dan protein secara bersamaan.
Contoh sederhananya adalah usus manusia panjang dan lambung akan bereaksi iritatif saat makan protein hewan. Ketika kedua itu dikonsumsi, lambung akan memproduksi asam lambung untuk daging, padahal karbohidrat tidak butuh asam lambung seperti itu.
Bagaimana pandangan mengenai cara kerja sistem pencernaan manusia?
Kita mengenal doktrin bahwa manusia itu memiliki sistem cerna omnivora sehingga bisa mencerna apa pun. Tetapi, kalau lihat secara detail, kita harus sadar bahwa manusia itu aslinya ke sisi omnivora, tetapi lebih cocoknya ke herbivora. Jadi, kita lebih banyak makanan berbasis tumbuh-tumbuhan. Susunan gigi manusia lebih banyak terdiri dari gigi geraham dan seri daripada taring sehingga itu lebih cocok kunyah buah dan sayuran. Gigi manusia tidak terlalu cocok untuk mengunyah daging hewani karena taring hanya ada dua pasang dan sifatnya bukan merobek.
Sistem cerna manusia itu ketika lambung masuk protein hewani akan iritatif sehingga memproduksi asam lambung banyak, nanti muncul masalah lambung, pusing, mual, atau banyak hal. Usus manusia itu panjang seperti hewan herbivora berbeda dengan usus hewan karnivora. Hewan karnivora perutnya tidak buncit karena mereka tidak butuh mencerna dalam waktu panjang, sedangkan hewan herbivora dan manusia gampang besar karena memiliki usus besar. Jadi, usus manusia tidak bisa memproses makanan dengan baik karena keburu busuk.
Untuk itu, proses cerna akan jadi lebih cocok dengan makanan berbasis tumbuhan. Apalagi saat ini puasa sedang berlangsung, maka konsumsi yang cocok adalah sayuran dan buah-buahan.
Bagaimana pengalaman menjalankan food combining?
Pengalaman pribadi saya itu dalam seminggu sudah merasa dampak positif. Saya menerapkan food combining itu lebih ke sisi karena mau sehat dalam jangka pendek karena ada riwayat kesehatan keluarga yang tidak bagus. Tetapi setelah mengadopsi food combining seminggu pertama, saya dulu penderita sakit lambung berat dan dalam seminggu sadar dampaknya. Sebulan dan dua bulan sadar terbebas dari sakit lambung dan saya sekarang sudah tidak minum obat lambung. Pas sakit lagi baru saya tahu apa yang salah dilakukan ketika makan.
Yang paling sederhana dan dilaporkan orang yang ketagihan food combining adalah tubuh mereka merasa luar biasa nyaman setelah mengadopsi food combining. Di sisi lain, penyakit dalam badan mereka menghilang sehingga kualitas hidup jauh lebih baik. Namun, penerapan food combining harus disiplin karena percuma ini diterapkan hanya karena ingin sembuh sakit. Sakit akan kembali lagi jika pola hidup lama kita balik lagi.
Kalau kita setelah makan merasa badan tidak nyaman, seperti begah, itu berarti makanan tidak baik. Atau, kalau merasa vitalitas berkurang, sembelit, kulit mengering, napas bau, sorot mata redup, sinyal tubuh kelelahan, atau kantung mata menebal itu artinya pola makan belum cocok.
Untuk yang ingin kurus, dia tidak akan kurus dulu sebelum sehat. Jadi, food combining buat orang sehat dulu baru mengurangi berat badan.
Bagaimana dengan diet yang lain, seperti diet berdasarkan golongan darah?
Darah kan bersifat general meskipun penting. Yang berurusan dengan sistem cerna langsung adalah organ cernanya sendiri. Saya tidak pernah melihat orang yang melakukan diet golongan darah masih melakukannya.
Sedangkan diet alkaline, diet makanan mentah, plant-based diet, atau vegetarian diet karena mereka memiliki benang merah sama walaupun ada perbedaan kecil. Saya pernah baca penelitian seorang ahli gastrologi yang melihat usus manusia memiliki pendapat serupa dengan pelaku food combining dan diet-diet ini, yaitu bahwa manusia yang banyak makan daging ususnya tidak sehat.
Apakah orang yang melakukan food combining harus langsung tanpa daging?
Itu tergantung niat. Orang yang mendeklarasikan berhenti makan daging tiba-tiba maka pengalaman makan tidak jadi menyenangkan lagi. Orang kayak gini biasanya jatuh sakit. Food combining tidak begitu, makan normal saja, tetapi kalau makan dengan lalap, tahu bacem, perkedel, konsumsi sayur dalam jumlah besar itu baik. Food combining itu bisa tetap seru, kenyang, dan enak.
Untuk konsumsi tepung-tepungan itu lihat konteksnya. Terigu ada yang memiliki gluten sehingga membuat roti atau pasta empuk, tetapi lengket ketika masuk ke usus sehingga fungsi mencernanya terganggu. Ada juga efek gula darah. Idealnya, konsumsi tepung itu diminimalisasi.
Food combining itu harus dipatuhi, jangan dicampur-campur. Kalau mau cari jangka panjang, do it as it is supposed to be. Butuh komitmen, konsistensi, dan disiplin.
Balik lagi, berikan apa yang dibutuhkan tubuh, terlepas kita suka. Gunakan kesempatan untuk belajar yang kita punya untuk mengetahui yang dibutuhkan. Tubuh itu pintar, kalau kita makan tidak sesuai kebutuhan, tubuh akan beri sinyal.
Bagaimana dengan ketakutan akan bakteri atau zat renik berbahaya?
Pandangan itu meremehkan sistem kekebalan tubuh manusia yang canggih. Mikroorganisme yang sederhana seperti itu mudah diatasi, mayoritas mati setelah itu ketemu asam lambung. Pertahanan tubuh berlapis bahkan ada air liur dan lendir di sepanjang organ cerna yang memerangkap mikroorganisme. Kalau masih takut ya cuci bersih, kalau bakteri lolos, sistem pertahanan tubuh akan menangani.
Jadi, yang harus dipelihara adalah daya tahan tubuh. Caranya adalah balik lagi ke doktrin awal; berikan yang tubuh butuhkan dan jauhkan yang tidak dibutuhkan. Kalau banyak konsumsi buah dan sayur segar, sistem kekebalan tubuh baik.
Tetapi, manusia zaman sekarang banyak makanan yang tidak diperuntukkan buat dia. Sayur yang kaya antioksidan rusak karena dimasak terlalu lama. Makanan seperti ini dimasak terlalu lama pas masuk ke tubuh manusia akan membuat tubuh mengeluarkan energi lebih banyak untuk dicerna sehingga daya tahan tubuh menurun, bakteri virus merajalela.
Menurut Anda, apa pengaruh puasa bagi kesehatan?
Jelas manfaatnya sebenarnya sangat besar, tetapi orang sering mengelaborasi dari sisi salah. Mereka memandang bahwa puasa lebih kepada mengistirahatkan sistem pencernaan. Padahal, sistem pencernaan kita tidak pernah berada dalam konteks istirahat, itu akan bergerak terus selama 24 jam. (Konsep puasa baik untuk kesehatan) baru ”kena” mungkin kalau orang yang melakukan puasa di kehidupan sehari-hari sebelumnya makan sembarangan jadi konteks mengistirahatkan sistem pencernaan itu benar.
Bagaimana pelaku food combining menerapkan puasa?
Food combining dapat momentum besar beberapa tahun lalu. Beberapa teman saya sudah duluan, tapi saya ingat sekitar 2011 atau 2012 diminta cerita bagaimana pelaku food combining merasakan perubahan kualitas hidup menjadi lebih baik ketika makan didominasi sayur dan buah kebetulan waktu itu pas bulan Ramadhan.
Waktu itu disampaikan dan jadi booming. Tetapi, dengan catatan konsumsi buah dan sayuran yang benar. Kita budayanya makan buah setelah makan berat itu malah merusak akhirnya manfaatnya buruk.
Ketika puasa, kita sering makan kalap untuk ”kompensasi” energi hilang selama puasa. Padahal, kita harus tetap pola makan yang seimbang dan sehat. Kita tidak bisa mendikte tubuh butuh apa, mentang-mentang 12 jam enggak makan jadi kalap.
Untuk makanan, sebaiknya makan makanan yang lebih banyak protein nabati. Protein hewani memiliki asam amino yang lebih lengkap tetapi rumit. Sedangkan protein nabati buah relatif kurang, tetapi bisa lebih mudah untuk dicerna. Jadi bisa diakali dengan memperbanyak jumlah dan variasi protein yang dikonsumsi, pilih makanan dengan warna atau bentuk yang berbeda.
Bagaimana pengaruh food combining terhadap kualitas hidup secara umum?
Selama kita hidup, tubuh berusaha menjaga agar kondisinya tetap stabil. Kalau energi tubuh habis hanya untuk menjaga kondisi stabil akibat kebiasaan makanan buruk akhirnya tubuh akan menua lebih dulu, misalnya baru usia 60-70 tahun sudah terlihat sangat tua. Ini tentang kualitas hidup tidak maksimal, umur panjang tetapi keadaan rentan tak berdaya. Beda dengan manusia yang menjaga asupannya dengan makan makanan yang bagus.