Siasat Membekukan Kelezatan Makanan
Pandemi Covid-19 banyak memukul sektor-sektor usaha, termasuk jasa kuliner. Banyak kedai, rumah makan, dan restoran terpaksa ditutup. Kesulitan ini disiasati dengan cerdas sehingga kelezatan tetap dapat dinikmati.
Pandemi Covid-19 banyak memukul sektor-sektor usaha, termasuk jasa kuliner. Banyak kedai, rumah makan, dan restoran terpaksa ditutup. Kesulitan ini disiasati dengan cerdas sehingga kelezatan tetap dapat dinikmati.
Kedai dan rumah makan yang bertahan tak lagi beroperasi normal dengan menerima pesanan makan di tempat (dine in). Para pelanggan kini dapat memesan lewat layanan jemput atau antar daring.
Banyak gerai penjualan makanan terlihat sepi pengunjung, hanya tampak sejumlah karyawan bersiap menerima pesanan dari para pengemudi ojek daring. Mereka menjemput dan mengantar makanan ke konsumen yang memesan lewat aplikasi.
Kondisi normal baru seperti itu bisa diamati di banyak restoran. Beberapa di antaranya, rumah makan Se’ilera di kawasan Bintaro, Glosis di kawasan Barito, dan Rumah Makan Sederhana di area Satrio, Jakarta.
”Dine in tidak ada lagi sejak aturan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) keluar. Dampaknya, sih, lumayan terasa menurunkan jumlah pemesanan. Soalnya pelanggan, kan, sebetulnya masih ingin datang makan,” ujar Andina Rosnandi, pemilik Se’ilera, restoran spesialis daging asap khas Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.
Kondisi dan pemandangan kurang lebih sama juga tampak saat Kompas mendatangi outlet restoran bermenu makanan Barat (Western), Glosis, di Jalan Barito II. Tampak kursi-kursi tamu dimiringkan menyender ke meja.
Hanya sang manajer, Sigit Supriyanto, tampak sibuk menatap laptop, sementara kasirnya, Ellen Sutanti, duduk di sudut restoran. Pada pintu depan terpasang papan pengumuman jam buka Glosis, pukul 10.30-18.30. Sebelum pandemi, Glosis buka pukul 07.00-22.00.
Sejumlah pembeli masih datang bergantian mengambil pesanan masing-masing. Konsumen yang datang mengamati daftar menu pun dilayani dengan ramah. Sesekali koki keluar dari dapur mengantar makanan pesanan, termasuk dalam bentuk kemasan beku.
Kemasan beku
Kehadiran makanan dalam format sajian dan kemasan beku menjadi salah satu kesamaan lain yang kini dimiliki sejumlah restoran. Beberapa pelanggan memang menginginkan makanan siap saji yang juga tahan lama untuk disimpan dalam waktu tertentu.
Selain dibekukan (frozen), pengepakan vakum (vacuum sealed) juga menjadi pilihan. Hal itu, antara lain, dilakukan RM Sederhana cabang Satrio, Kuningan, Jakarta, dan Restoran Palm Court yang ada di Hotel Four Seasons Jakarta.
Menurut Sigit, di Glosis ada sejumlah menu yang dijual secara beku dan menjadi favorit baru para pelanggannya. Beberapa menunya, antara lain, beef burger steak, tuscany pasta, dan beef stroganoff. Rentang harganya juga lumayan ekonomis, mulai dari Rp 60.000 hingga Rp 75.000 per kemasan.
Sementara di Se’ilera, daging asap dibekukan lalu dikemas dalam beberapa pilihan berat bersih, yakni 250 gram, 500 gram atau satu kilogram. Rentang harganya mulai Rp 100.000 hingga Rp 350.000.
Tak hanya daging asap, Se’ilera, menurut Andina, juga mengemas dan menyertakan sambal-sambalnya. Pemasaran dilakukan lewat aplikasi daring Tokopedia.
Langkah pengemasan beku dan kedap udara juga dilakukan RM Sederhana cabang Satrio. Hal itu dipaparkan Direktur Utama Rajafa Grup Puti Lenggogeni, salah satu investor jaringan restoran makanan Sumatera Barat, RM Sederhana.
Awalnya pengemasan kedap udara dan beku dibuat khusus untuk menu rendang yang memang tinggi peminat. Kebanyakan pelanggan ingin membawa dan menyimpan menu rendang tadi selama beberapa waktu saat di bawa ke luar daerah atau bahkan luar negeri.
Pada masa pandemi Covid- 19, pilihan metode penjualan kuliner seperti itu rupanya berkembang menjadi alternatif mengatasi sepinya pembelian untuk makan di tempat. Pemakaian metode pengemasan vakum dan dibekukan kemudian berkembang juga ke menu-menu lain, seperti gulai ayam, dendeng balado, gulai tunjang, dan cabai hijau.
Saat pertama diluncurkan, tambah Puti, pihaknya hanya menawarkan ke sejumlah pelanggan setia yang memang rutin memesan. Tak disangka jumlah peminat terus bertambah signifikan dan bisa dibilang lumayan membantu mereka untuk terus bertahan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19 ini.
”Sebagai pengusaha kami harus selalu putar otak mencari cara mengatasi keadaan sulit seperti sekarang. Untuk cabang kami di Satrio ini pilihannya seperti tadi,” ujar Puti.
Promosi produk terobosan tersebut juga dilakukan melalui akun-akun resmi media sosial RM Sederhana Satrio. Permintaan bahkan terus meningkat sampai-sampai mereka tak sempat lagi membekukan makanan kemasan kedap udara yang siap dipasarkan lantaran sudah langsung ludes dipesan.
Langkah serupa juga dilakukan pihak hotel bintang lima sekelas Four Seasons Jakarta. Awalnya mereka memang tak menyediakan atau bekerja sama dengan aplikasi atau perusahaan jasa pengantaran makanan. Pesanan kuliner datang dari para pelanggan setia mereka yang biasanya diambil sendiri atau sekarang diantar pihak Four Seasons Jakarta lewat program Gourmet2Go.
Program makanan pesan antar itu berlaku setiap hari pukul 10.00 hingga pukul 21.00 secara gratis untuk area Jakarta dengan nilai pemesanan minimal Rp 400.000. Saat ini ada tiga menu makanan Restoran Palm Court dengan permintaan tertinggi, yakni laksa lobster, rendang daging sapi, dan sop buntut.
Hal itu disampaikan Direktur Humas dan Komunikasi Hotel Four Seasons Jakarta Rumman Amanda, saat dihubungi, Jumat (8/5/2020). Selain dikemas vakum, penampilan menu-menu lezat tadi juga menarik, seolah bingkisan hantaran kecil (mini hamper).
Amanda mengatakan, pihaknya belum mengepak hidangan layan antar mereka dalam bentuk beku. Hal itu lantaran pemrosesan makanan menjadi beku butuh penanganan yang juga tak kalah hati-hati selain aspek perizinan. Namun, diakuinya, dengan dibekukan, masa simpan makanan tentu bisa jauh lebih lama.
”Kalau dari chef dan tim hygiene kami disarankan masakan tersebut bisa langsung segera dikonsumsi atau setidaknya kurang dari tiga hari. Kami memang sejak awal tidak mengemasnya dengan dibekukan, tetapi sebatas vacuum sealed,” ujar Amanda.
Kiat penjualan dengan kemasan alternatif seperti itu, baik kedap udara maupun dibekukan, ternyata memang digemari dan membantu mendongkrak angka penjualan. Menurut Andina dari restoran Se’ilera, omzet penjualannya setidaknya mendekati penjualan secara dine in. Kondisi kurang lebih sama juga dibenarkan Puti dari RM Sederhana Satrio.