”Why We Sleep”: Hidup Panjang Dimulai dari Tidur Panjang
Stigma malas kerap diberikan kepada orang yang banyak tidur. Buku ini berupaya mengubah cara pandang orang tentang pentingnya tidur sebagai hal yang vital bagi manusia dan bukan sebagai hal yang memalukan.
Buku ini berupaya mengubah cara pandang orang tentang pentingnya tidur sebagai hal yang vital bagi manusia dan bukan sebagai hal yang memalukan. Dengan argumen yang kaya dari berbagai riset terkini, buku ini membahas tidur sebagai hal yang serius dengan bahasa sehari-hari.
”Inilah saatnya kita mengklaim kembali hak kita untuk dapat tidur semalam suntuk tanpa perlu merasa malu atas stigma negatif dianggap malas.” Demikian Matthew Walker, penulis buku Why We Sleep (2017), mengajak para pembaca untuk kembali memberi perhatian serius tentang perlunya tidur.
Selama ini, tidur masih mendapatkan stigma sebagai tindakan orang yang malas. Oleh karena itu, semakin meninggalkan aktivitas tidur, atau sedikit tidur, orang dianggap rajin serta mendapatkan pandangan positif dari lingkungan. Padahal, menurut Walker, tak ada bagian tubuh manusia yang tidak mendapatkan manfaat dari aktivitas tidur.
Walker berusaha menunjukkan adanya ketidakadilan dalam pandangan umum tentang tidur. Logika berpikir bahwa tidur merupakan hal negatif merupakan cara pandang yang dualistik sekaligus hierarkis.
Disebut dualistik karena tidur dilawankan dengan kegiatan non-tidur, terutama bekerja. Menjadi problematis ketika pandangan bercorak dualistik tersebut kemudian dibarengi dengan penilaian yang hierarkis. Artinya, aktivitas tidur dianggap lebih jelek daripada kegiatan bekerja.
Menurut Walker, pandangan bahwa tidur merupakan suatu tindakan yang negatif biasanya muncul karena kegagalan untuk menjawab alasan manusia tidur serta ketidaktahuan tentang berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan tidur.
Dengan dasar pemikiran itulah, buku Why We Sleep berusaha untuk mendemistifikasi pandangan umum tentang tidur. Dengan kata lain, Walker tertantang untuk membersihkan pandangan irasional yang selama ini terbentuk tentang tidur.
Kurang tidur
Sebagai langkah awal, Walker memulai bukunya dengan taktik kuno, yakni menakut-nakuti. Ia menyuguhkan berbagai efek negatif yang ditimbulkan dari kurang tidur.
Menggunakan argumentasi dari bidang neurosains yang menjadi keahliannya—ilmuwan dan profesor pada bidang neurosains serta psikolog di Universitas of California, Berkeley—Walker mencoba memberikan berbagai definisi tentang tidur, kegiatan yang tidak disebut tidur, siapa saja yang tidur, berapa lama waktu tidur, bagaimana manusia harus tidur, hingga efek perubahan tidur terhadap panjang usia seseorang.
Menurut Walker, abad ke-21 ditandai dengan epidemi yang tak disadari telah mengancam kesehatan publik, yakni kurang tidur. Kurang tidur dihubungkan dengan berbagai efek, seperti semakin lemahnya sistem kekebalan tubuh, meningkatnya risiko terkena kanker, memicu alzheimers, meningkatkan tekanan darah, hingga meningkatkan risiko terkena stroke, hingga serangan jantung.
Dari sisi mental, kurang tidur juga dianggap sebagai penyumbang berbagai kondisi mental, seperti depresi, kecemasan berlebih, hingga keinginan bunuh diri. Sebagai seorang ahli tidur yang sekaligus Direktur Laboratorium Tidur dan Neuroimaging, Walker membahas satu per satu efek negatif dari kurang tidur dengan dasar penelitian neurosains terkini. Provokasinya, semakin singkat waktu tidur akan mempersingkat pula hidup manusia.
Salah satu taktik menakut-nakuti Walker diramu dengan selera humor tinggi seperti berikut ini. ”Tadi malam, Anda menjadi gila. Hal itu akan kembali terjadi malam ini. Sebelum Anda menyangkal diagnosis ini, izinkan saya memberikan alasan atas kesimpulan tadi.
Pertama, saat Anda bermimpi tadi malam, Anda mulai melihat hal yang tidak semestinya, Anda berhalusinasi. Kedua, Anda percaya pada sesuatu yang tidak mungkin terjadi, Anda mengalami delusi. Ketiga, Anda menjadi bingung mengenai waktu, tempat, dan orang, Anda mengalami disorientasi.
Keempat, Anda mengalami perubahan emosi secara cepat, Anda labil. Kelima, saat bangun di pagi hari, Anda melupakan hampir semua hal tersebut, Anda mengalami amnesia. Bila Anda mengalami gejala-gejala tersebut saat bangun, Anda perlu segera menjalankan perawatan psikologis.” (Bab 9)
Mengapa tidur
Buku Why We Sleep dirangkai sebagai jawaban atas pertanyaan utama, mengapa kita tidur? Akan tetapi, sejak bab awal buku, Walker dengan rendah hati mengakui bahwa jawaban atas pertanyaan tersebut bukanlah merupakan jawaban tunggal.
Setelah lebih dari 20 tahun berkecimpung sebagai ilmuwan yang menyelidiki tidur sebagai fenomena vital bagi makhluk hidup, terutama bagi manusia, Walker sampai pada kesimpulan bahwa alasan manusia tidur tetaplah sebuah misteri yang belum terpecahkan.
Kesimpulan tersebut didapat setelah ia mencoba mengkritisi berbagai teori yang mencoba menjawab alasan manusia tidur. Menurut Walker, setiap teori yang mencoba menjawab alasan manusia tidur dengan alasan tunggal akan gagal memahami tidur sebagai suatu fenomena yang memiliki manfaat yang kompleks.
Walker mencoba membandingkan dengan penelitian tentang kegiatan manusiawi lain, yakni makan, minum, serta bereproduksi. Ketika manusia telah berhasil memahami fungsi dari tiga hasrat biologis tersebut sejak ribuan tahun yang lalu, manusia belum juga berhasil memahami fungsi dari hasrat biologis keempat, yakni tidur.
Sikap tak acuh terhadap fenomena tidur, menurut Walker, turut berperan dalam kegagalan sains dalam sejarah untuk menjelaskan mengapa manusia butuh tidur. Walker menyebutkan, berbagai ilmu seperti genetika, biologi molekuler, hingga teknologi digital tingkat tinggi belum juga berhasil memecahkan misteri tidur.
Untuk menegaskan kesimpulannya, Walker mengkritik usaha beberapa figur ternama yang selama ini dikaitkan dengan pendapatnya tentang tidur, seperti Marcus Fabius Quintilian di zaman Romawi, bapak psikologi Sigmund Freud, hingga pemenang nobel karena penelitian DNA, Francis Crick. Menurut Walker, pendapat dari orang-orang tersebut pun gagal memecahkan teka-teki tentang tidur.
Alih-alih menyampaikan jawaban tunggal atas pertanyaan mengapa kita tidur, Walker menyuguhkan berbagai manfaat tidur bagi manusia. Bagi Walker, tidur merupakan hal yang kompleks yang berhubungan dengan kesehatan. Walker menunjukkan manfaat tidur, seperti meningkatkan kemampuan belajar, fungsi tubuh, meningkatkan kapasitas ingatan, menguatkan kemampuan berpikir logis, hingga meningkatkan kesehatan psikis dan emosional.
Baginya, tak ada bagian tubuh dan otak yang tidak menerima manfaat dari tidur. Oleh karena itu, bagi Walker, manfaat utama tidur adalah menyehatkan otak dan badan setiap hari. Akhirnya, menurut Walker, mengingat sepertiga umur kita lewatkan dengan tidur, mencari satu alasan bagi tidur adalah hal yang tidak masuk akal.
Jangan takut tidur
Walker membagi tulisannya dalam 16 bab yang dapat digolongkan dalam empat bagian besar. Menurut dia, keenam belas bab tersebut dapat dibaca secara terpisah, tanpa harus memulai dari awal.
Di dalamnya, dibahas berbagai hal yang berhubungan dengan tidur, seperti jetlag, kopi, kafein, alkohol, ingatan, mimpi, tidur siang, pola tidur, jumlah tidur, hingga cara meningkatkan kualitas tidur.
Tak lupa dibahas juga efek kurang tidur, bahkan sejak awal bagian pertama, seperti kanker, tekanan darah, depresi, diabetes, stroke, hingga serangan jantung.
Walker juga membahas berbagai hal yang berhubungan dengan gangguan tidur dalam bab-bab tersendiri dengan memasukkan tema-tema, seperti insomnia, obat tidur, terapi tidur, demensia, maupun alzheimer.
Berbagai hal di atas dibahas dengan menghubungkan dengan hasil penelitian terkini, seperti ritme sirkadian, hormon melatonin, hingga tipe tidur rapid eye movement (REM) maupun non-REM (NREM).
Walaupun selalu menjaga agar setiap alasan mendasarkan diri pada argumentasi ilmiah, Walker juga menggarisbawahi bahwa yang dikatakan bukanlah hal yang benar-benar baru. Ibu Anda pun telah mengetahui hal itu, demikian ungkap Walker.
Kesederhanaan ide tentang manfaat tidur bagi kesehatan disampaikan Walker dengan menarik. Ilmuwan telah menemukan pengobatan baru yang revolusioner yang akan membuat hidup Anda lebih panjang. Pengobatan tersebut akan meningkatkan ingatan Anda, membuat Anda lebih menarik.
Hal itu juga membuat Anda lebih langsing serta mengurangi kelaparan. Pengobatan tersebut mampu melindungi Anda dari penyakit kanker dan demensia. Hal tersebut mampu menangkal demam dan flu, menurunkan risiko serangan jantung dan stroke, bahkan diabetes. Anda pun akan merasa lebih bahagia, tak lagi depresi maupun cemas. Apakah Anda tertarik?” (Bab 6)
Jawaban atas penemuan pengobatan baru yang disebut revolusioner tersebut dapat Anda tebak dengan mudah: tidur.
Mengantuk
Ketika Anda membaca buku yang terdiri dari 368 halaman ini, munculnya kantuk menjadi hal yang tak dapat dihindari. Bila hal itu yang terjadi, Walker meminta maaf sekaligus bersyukur bahwa buku yang bertema tidur ini berhasil membuat pembaca tertidur.
Sebaliknya, buku Why We Sleep ini juga berpotensi mengusik budaya yang selama ini telah diamini banyak orang. Walker menyarankan para pembacanya untuk kembali mengklaim haknya untuk tidur selama delapan jam sehari.
Mengklaim hak kita untuk tidur bisa jadi tak dapat sejalan dengan tuntutan pekerjaan, bahkan kegiatan persekolahan. Akan tetapi, ketika pandemi Covid-19 membuat kita harus bekerja dari rumah, ajakan ini patut untuk kita coba.
Sisi positifnya, para pembaca akan tergerak minimal untuk mempertanyakan kebiasaan tidurnya dan mulai memberi waktu yang cukup untuk kegiatan alamiah bagi manusia: tidur. Selamat tidur bersama Matthew Walker! (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Harus Membayar Berita Daring?