Memperkuat Solidaritas Warga untuk Menjaga Harapan
Saat ini solidaritas menjadi hal yang amat kita butuhkan untuk mencegah kejadian yang lebih buruk. Ini masalah ekonomi, jika dibiarkan, akan merembet ke soal lain. Kalau orang lapar, dia bisa mencuri atau merampok.
Banyak cara untuk membantu orang lain pada masa pandemi Covid-19 ini. Praktisi emotional healing Adjie Santoso Putro, selain berdonasi bagi para korban terdampak pandemi, juga membantu mereka yang membutuhkan pekerjaan serta pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lewat akun Twitter-nya.
Adjie yang memiliki lebih dari 152.000 pengikut itu membuka akunnya untuk memberikan kesempatan kepada mereka untuk ”mengiklankan diri dan usaha yang dimiliki” kepada pengikutnya.
Ia mulai melakukannya sejak pertengahan Maret 2020 ketika beberapa daerah di Indonesia mulai menerapkan karantina wilayah. Sarjana psikologi lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu semula ingin membantu kenalannya yang terkena pemutusan hubungan kerja dari perusahaan. Niat awal ingin mempertemukan antara mereka yang membutuhkan pekerjaan dan pemilik usaha yang butuh tenaga kerja.
Baca juga: Pandemi Menggugah Solidaritas, Bantuan Terus Mengalir
Semula Adjie berencana akan melakukan hal itu seminggu sekali. Ternyata, belakangan ia mengetahui dampak ekonomi pandemi korona sangat besar. Banyak orang kemudian tak bisa bekerja, lalu banting stir menjadi wirausaha. ”Ada teman yang menjadi dokter, tetapi ia kemudian tak bisa praktik lagi sehingga tak ada penghasilan. Ia lalu membuat siomay dan menjualnya,” tutur Adjie.
Di lain pihak, mereka yang sudah memiliki usaha juga mengeluhkan omzet usahanya menurun tajam. Terpikir olehnya keadaan seperti itu jika dibiarkan akan memunculkan situasi kurang nyaman dalam masyarakat. ”Saya pikir, kita butuh bergotong royong untuk saling bantu. Saat ini solidaritas menjadi hal yang amat kita butuhkan untuk mencegah kejadian yang lebih buruk. Ini masalah ekonomi jika dibiarkan akan merembet ke soal lain, ya mental, ya kriminal. Kalau orang lapar, dia bisa mencuri, merampok,” katanya.
Faktor lain yang memberikan dorongan kuat kepadanya untuk meluaskan cakupan pihak yang akan ia bantu karena ia pernah merasakan beratnya memulai sebuah usaha. Sekitar tahun 2010, ia memulai usaha di bidang bimbingan belajar di Yogyakarta.
”Saya rasakan betul sulitnya membangun usaha, pahit rasanya. Bantuan teman akan sangat menolong, baik dari sisi mental maupun ekonomi sehingga saya membantu mereka yang punya usaha,” lanjut Adjie yang tak menyeleksi dan membatasi jumlah ”pengiklan” yang ia izinkan.
Ia meyakini masyarakat punya solidaritas yang luar biasa. Meski sama-sama sedang berada pada situasi tidak enak, tetap ada kebersediaan bergotong royong untuk membantu mereka yang mengalami kesulitan. ”Rasa individualistik ada, tetapi ada sisi kebersamaannya juga di antara mereka. Kadang-kadang kalau mereka membeli dagangan orang lain, bukan karena mereka kaya, melainkan karena mereka ikut merasakan kesulitan yang dialami orang itu,’’ ujar Adjie.
Maka, kemudian ia menulis di akun Twitter-nya, ”Buat kamu yang: mencari kerja, atau freelance, atau kamu punya bisnis, meski kecil-kecilan atau pengusaha yang butuh tenaga kerja. Yuk saling menolong. Reply Tweet ini, tuliskan yang kamu tawarkan….”
Tak lama kemudian, ”lapak” lelaki berusia 37 tahun itu dipenuhi mereka yang menawarkan kemampuannya mendesain kartu lebaran yang akan dikirim lewat sosial media, jualan aneka jajanan, lauk-pauk, sampai menawarkan kemampuannya mendesain rumah sekaligus membangunnya.
Mereka yang membutuhkan tenaga kerja juga ikut menawarkan lowongan. Tak hanya itu, ada juga lho, yang menawarkan kuliah daring tentang kesehatan mental dengan membayar berapa saja. Pendapatannya bukan untuk mereka, melainkan untuk disumbangkan kepada yang terkena dampak pandemi.
Adjie tak sempat menghitung berapa orang yang menggunakan tawarannya itu karena tak setiap hari ia membuka akun media sosial. Namun, saat membukanya, ia me-Tweet ulang beberapa akun yang masuk. Mereka yang menggunakan kesempatan baik tersebut datang dari Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Depok, Jawa Barat, dan kota lain.
”Yang saya lihat ratusan orang, bisa jadi mungkin sudah sampai 1.000 orang,” tuturnya. Adjie belum punya rencana akan mengakhiri usahanya membantu pihak lain itu karena kapan pandemi akan berlalu belum ada yang tahu.
Ia senang berandanya ramai oleh ”para tamu” dan berharap mereka yang butuh pekerjaan bertemu dengan para pencari karyawan. Mereka yang menjual dagangan juga mendapat pembeli sehingga semua pihak bisa sama-sama menjaga pengharapan agar terus bisa bertahan menghadapi pandemi.
Produk lokal
Dari Bogor, pasangan suami-istri Iwan dan Indah Esjepe mendukung usaha mikro ajakan #sokongkekuatanlokal dan #temanbantuteman di Instagram. Salah satunya, Iwan mengunggah beberapa wirausaha mikro di akunnya pada Rabu (13/5/2020). Di postingan itu, dia menuliskan,”Buruan, Beli dagangan teman lo!”. Untuk lebih menarik, Iwan menambahkan gambar Tintin mengejar detektif Thomson yang sedang naik sepeda. Lalu, di layar berikutnya, dia mengunggah tangkapan layar wirausaha yang dipromosikan. Ada produk pakaian, kerajinan tangan, makanan, dan kopi.
Dalam setiap unggahan, Iwan selalu menyelipkan gambar dan rangkaian kata yang bermakna untuk memberikan semangat kala pandemi Covid-19. Rangkaian kata-kata positif yang diharapkan bisa menambah semangat semua orang untuk terus bergerak.
”Kami ini orang komunikasi, kami punya corong yang bisa mengajak orang lain. Ayo, saling membantu sehingga roda ekonomi bisa berjalan. Solidaritas dibutuhkan untuk menyokong teman-teman. Kita bisa, kok, lebih kompak,” kata Iwan yang dihubungi pada Kamis (14/5/2020).
Bukan hanya mengunggah akun wirausaha mikro, Iwan juga membantu cara mempromosikan produk melalui media sosial. Iwan yang pernah berkecimpung di dunia periklanan tentu saja mengetahui bagaimana cara jitu berpromosi.
”Pernah ada yang minta dipromosikan gula aren yang mau dijual. Setelah saya lihat IG-nya, seperti kok kurang menarik. Kemudian, saya beri tahu bagaimana membuat media sosial bisa menarik perhatian pembeli, bagaimana kemasan produknya. Kami mencoba sebagai kompor, supaya banyak orang yang membeli,” kata Iwan yang bebeberapa tahun lalu menggagas gerakan sosial Indonesia Bertindak.
Saat ini, salah satu hal yang menggembirakan bagi Iwan adalah ketika wirausaha yang dibantunya memberi tahu produknya laris manis. Akun @iwanesjepe di Instagram memiliki 9.294 pengikut. ”Responsnya sangat mengharukan, dari sejumlah daerah. Malah banyak yang repeat order. Sistem getok tular lewat media sosial ini memang luar biasa. Malah ada yang bilang, akun saya seperti yellow pages, yang menawarkan banyak produk,” ujarnya.
Dalam setiap unggahan, Iwan memberikan pesan, ”Mari kita lanjutkan, melakukan upaya 3 Tugas kita”. Maksud dia, tiga tugas kita adalah kita beli dagangan teman, kita bantu promosikan, dan kita kirim sebagai bingkisan. Menurut dia, semua itu bisa dilakukan dengan mudah, apakah mau membeli atau mau me-repost kembali akun wirausaha mikro tersebut.
”Kalau uang bisa membeli, kalau tidak butuh, bisa membeli dan berikan kepada orang lain. Ada teman yang mau mengirimkan bingkisan kepada budenya di Yogyakarta. Semuanya itu karena getok tular di media sosial,” kata Iwan.
Selain mempromosikan wirausaha mikro, Iwan juga merangkai kata-kata positif untuk menyemangati banyak orang di tengah pandemi. Salah satunya, pernah dimuat di harian Kompas. ”Lebih baik, mikir baik. Saatnya kita berpikir baik dan bertindak baik untuk kebaikan kita bersama. Pikirkan baik-baik.”