Badrut Tamam, Pengemudi Ojek yang Berhasil Lulus S-2
Badrut adalah tukang ojek yang istimewa. Di sela-sela kesibukan sebagai pengemudi Gojek, ia kuliah hingga lulus S-2. Ia bilang, ”Saya selalu optimistis di tengah keterbatasan saya dan tidak pasrah pada nasib.”
Badrut Tamam yakin, pendidikan bisa mengubah nasib seseorang. Karena itu, di sela-sela pekerjaannya sebagai pengemudi Gojek, ia mengejar pendidikan hingga lulus program pascasarjana. Tidak hanya itu, ia juga pernah mendirikan sekolah untuk anak-anak tak mampu.
Badrut Tamam menyelesaikan studi sarjana di Universitas Muhammadiyah Jember dan pascasarjana di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Kini, ia menjadi dosen di institut tersebut.
Semangat belajar yang tak kenal lelah itu ia tularkan kepada anak-anak di sekitarnya. Ia yakin, dengan pendidikan, mereka juga bisa mengubah nasib. Maka, setelah lulus sarjana tahun 2014, Badrut dan kakaknya mengembangkan pendidikan untuk anak-anak. Tiga tahun kemudian, mereka membentuk yayasan untuk menaungi Taman Pendidikan Alquran dan Raudhatul Athfal atau taman kanak-kanak. Saat ini, ada 85 anak yang belajar di kedua lembaga pendidikan itu.
”Sangat berat mengembangkan sekolah itu. Kami kembang-kempis membesarkannya, tetapi tetap bersemangat karena saya yakin pendidikan anak-anak itu sangat penting,” kata Badrut.
Mengapa Badrut bersemangat membangun sekolah? Ia menceritakan perjalanan panjangnya. Ia mengaku berasal dari keluarga petani padi yang sederhana. Ibunya yang hanya lulusan SD selalu berkata kepada dirinya, ”Kamu harus sekolah sampai pendidikan tinggi.”
”Ucapan ibu itu membuat saya bersemangat. Beliau menginspirasi saya untuk mencari ilmu dan saya yakin derajat akan ditinggikan ketika kita terus mencari ilmu,” kisahnya.
Saat menceritakan masa lalunya, Badrut tak terkesan larut dengan kisah sedih. Ia mengatakan selalu optimistis meski perjalanan hidupnya tak mudah. Dalam keterbatasan, ia mendapat pendidikan dasar sampai menengah atas di Pondok Pesantren Mirqatul Ulum Probolinggo. Setelah itu, ia pindah ke Jember dan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jember pada 2010.
”Saat masuk kuliah, uang tak mencukupi, sampai ibu saya menjual anting untuk membiayai kuliah. Tahun pertama sangat berat, tetapi pada tahun kedua sampai lulus tahun 2014 saya mendapat beasiswa dari Kemendikbud. Saat lulus, saya mendapatkan IPK tertinggi, yaitu 3,68, dan dinyatakan tercepat. Setelah itu, saya bekerja membantu notaris,” tutur Badrut.
Ia tak puas berhenti sampai di sini. Kekurangan biaya tak menghalangi kuliah lanjutan. Badrut memilih studi pascasarjana hukum keluarga di IAIN Jember pada pertengahan 2017. Ia melepas pekerjaan sebagai karyawan notaris karena sulit membagi waktu antara pekerjaan yang harus datang setiap hari dan kuliah.
”Pada 2017, Gojek masuk Jember. Pada awal Januari 2018, saya mulai bekerja sebagai pengemudi GoRide di Gojek. Saya memilih pekerjaan ini karena ingin mempunyai penghasilan untuk membiayai kuliah, selain itu menjadi pengemudi ojek waktunya bisa fleksibel. Kuliah saya tidak terganggu karena saya bisa mengatur antara kuliah dan mencari uang,” ujarnya.
Kerja keras dan disiplin yang tinggi menyebabkan ia bisa melakoni sebagai mahasiswa pascasarjana dan pengemudi ojek. Dari mengojek, setiap hari ia bisa menyisihkan sedikit uang buat orangtua dan setiap bulan ia bisa menabung Rp 500.000. Dalam enam bulan, uang yang dikumpulkan digunakan untuk membayar biaya kuliah selama satu semester.
Uang itu cukup untuk hidup dan kuliah saya. Saya mengatur kuliah dan kerja dengan cara, Senin sampai Kamis saya bekerja menjadi pengemudi ojek, sementara pada Jumat sepenuhnya saya kuliah.
”Uang itu cukup untuk hidup dan kuliah saya. Saya mengatur kuliah dan kerja dengan cara, Senin sampai Kamis saya bekerja menjadi pengemudi ojek, sementara pada Jumat sepenuhnya saya kuliah, tetapi kadang malam hari saya mengojek. Sabtu saya ke kampus sebentar dan sorenya saya kembali ke jalan raya. Saya menjalani ini selama 1,5 tahun,” kisah Badrut.
Hingga pada Juli 2019 ia lulus dan diwisuda pada bulan Oktober. Saat studi S-2 itu, ia menyelesaikan kuliah dengan IPK tertinggi, 3,86, dan mendapat predikat cumlaude. Prestasinya ini menjadi pembicaraan warga dan media ketika mereka mengetahui bahwa ada seorang pengemudi ojek bisa menyelesaikan studi pascasarjana dengan capaian istimewa. Saat kelulusan, ia juga diarak oleh sesama pengemudi dari kampus ke rumah.
Tidak sedikit orang di sekitar dia yang termotivasi setelah mengetahui kisahnya, sesama pengemudi ojek yang kuliahnya tak selesai kini bersemangat agar segera lulus. Ada pengemudi ojek senior yang makin semangat bekerja agar anaknya bisa bersekolah seperti Badrut. Ada pula anak SMA yang kemudian ingin melanjutkan kuliah.
Melihat kegigihan Badrut, mereka ingin mengikuti jejaknya. Gojek dan kepolisian setempat memberikan penghargaan kepada Badrut karena dinilai menjadi teladan bagi sekitarnya.
Kisah Badrut itu masuk ke telinga Rektor IAIN Jember Prof Dr Babun Suharto, MM dan Dekan Fakultas Syariah Prof Dr M Noor Harisudin, MFil. Pada bulan Desember tahun lalu, rektor memanggilnya dan meminta Badrut membantu mengajar. Ia dipilih karena prestasi akademisnya dan juga mengharumkan nama perguruan tinggi. Ia diminta mengajar beberapa mata kuliah, seperti hukum pidana, hukum adat, etika profesi hukum, dan hukum pajak.
”Saya tetap menjadi pengemudi ojek, tetapi tidak lagi penuh karena ada tanggung jawab mengajar. Apalagi saat pandemi sekarang saya lebih banyak di rumah dan saya harus mengajar secara daring,” ujarnya sambil menyebutkan, jumlah mahasiswa yang diajar bervariasi, 30 sampai 40 mahasiswa per kelas.
Ia mengajar sebanyak tujuh kelas dalam seminggu. Teknologi perkuliahan secara daring tak menyulitkannya. Ia mengaku belajar dari teman dan otodidak sejak di pondok pesantren meski jumlah komputer terbatas.
Saya selalu optimistis di tengah keterbatasan saya dan tidak pasrah pada nasib.
”Saya selalu optimistis di tengah keterbatasan saya dan tidak pasrah pada nasib. Saya tidak pernah menghiraukan omongan orang tentang pekerjaan saya sebagai pengemudi ojek. Ada sentilan orang tentang diri saya, saya tidak peduli. Saya ingin mengubah pola pikir orang bahwa untuk mengenyam pendidikan tidak harus mempunyai uang banyak. Semua orang bisa bermimpi dan mewujudkannya,” tutur Badrut.
Oleh karena itu, keinginannya tak sampai di sini. Badrut masih ingin melanjutkan studi ke jenjang doktoral kelak, entah di Malang, Surabaya, atau kota lain. Cita-citanya ini semakin membara karena peran istrinya, Khairul Nisa Zuhdi, yang mulai dia kenal saat di organisasi kampus. Istrinya mendukung pilihan Badrut. Saat pacaran, perempuan inilah yang menyimpankan uang hasil mengojek untuk biaya kuliah. Ketika laptop rusak, ia juga meminjamkan laptopnya kepada Badrut. Istrinya selalu bilang tidak boleh menyerah kalau soal pendidikan.
Badrut Tamam
Lahir: Probolinggo, 28 April 1991
Pendidikan:
- MI Mirqatul Ulum Probolinggo
- MTS Mirqatul Ulum Probolinggo
- MA Mirqatul Ulum Probolinggo
- S-1 Jurusan Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Jember
- S-2 Jurusan Hukum Keluarga IAIN Jember
Pengalaman kerja:
- Karyawan kantor notaris
- Pengemudi di Gojek Indonesia
- Dosen IAIN Jember