Sebagian wilayah Indonesia saat ini memasuki periode peralihan musim, Hal itu ditandai dengan hujan deras dan angin puting beliung. Warga di sejumlah daerah diimbau mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian wilayah Indonesia saat ini memasuki periode peralihan musim, dengan salah satu karakteristiknya terjadi hujan deras dalam waktu singkat dan fenomena puting beliung. Munculnya bibit siklon tropis di Samudra Hindia sebelah barat daya Lampung-Bengkulu menambah ekstrem cuaca.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), puting beliung di Tulang Bawang, Lampung, pada Rabu (20/5/2020) menewaskan dua orang, lima orang luka berat, dan satu orang luka ringan. Bencana ini juga menyebabkan 66 rumah rusak berat dan 179 rumah rusak ringan.
”Kejadian di Lampung ini dipicu oleh pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi menimbulkan terjadinya puting beliung. Pertumbuhan awan konvektif ini disebabkan daerah pertemuan angin, kondisi labilitas udara lokal, dan adanya pusat tekanan rendah di Samudra Hindia sebelah selatan Lampung,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Fachru Radjab, di Jakarta, Kamis (21/5/2020).
Fachri menambahkan, dinamika cuaca ekstrem ini disebabkan sebagian wilayah Indonesia berada dalam periode peralihan musim.
Kejadian di Lampung ini dipicu oleh pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi menimbulkan terjadinya puting beliung.
Pelaksana Tugas Deputi Meteorologi BMKG Herizal mengatakan, BMKG melalui Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta telah memantau pertumbuhan bibit siklon tropis dengan kode ”98S” yang berada di Samudra Hindia sebelah barat daya Lampung-Bengkulu.
Berdasarkan analisis tanggal 21 Mei 2020 pukul 07.00, bibit siklon itu berada di 6,8 derajat Lintang Selatan dan 93 derajat Bujur Timur atau 1.072 kilometer barat daya Bengkulu. Saat ini bibit ”98S” memiliki tekanan udara minimum di pusatnya sebesar 1.000 hPa dengan kecepatan angin maksimum berkisar 25-30 knot.
Bibit siklon tropis ”98S” berpotensi menjadi siklon tropis dalam enam hingga 12 ke depan dengan pergerakan ke arah tenggara-selatan menjauhi wilayah Indonesia. Menurut Herizal, keberadaan bibit siklon tropis ”98S” ini mengakibatkan pertumbuhan awan hujan di sekitarnya, antara lain, di wilayah Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.
”Masyarakat diimbau agar waspada karena diprakirakan daerah-daerah tersebut berpotensi terkena dampak berupa hujan lebat dan angin kencang di sebagian wilayahnya,” tuturnya.
Bibit siklom ini juga berpotensi gelombang laut dengan ketinggian 4,5-6 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia barat Mentawai, Samudra Hindia barat Bengkulu, Samudra Hindia barat Lampung, dan Samudra Hindia selatan, Banten.
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto menambahkan, selain dipengaruhi bibit siklon, dinamika cuaca di Indonesia kali ini juga disebabkan aktifnya gelombang atmosfer ekuator rossby di wilayah Indonesia bagian barat.
Masyarakat diimbau agar waspada karena diprakirakan daerah-daerah tersebut berpotensi terkena dampak berupa hujan lebat dan angin kencang di sebagian wilayahnya.
Kondisi tersebut menyebabkan terjadi pemusatan angin dengan membawa massa udara basah dari Laut Jawa masuk ke wilayah Jabodetabek dan Banten. ”Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi) diprediksi hujan hingga 24 Mei,” ujarnya.
Siswanto menambahkan, seharusnya pada bulan Mei ini wilayah Jabodetabek, Banten, dan pantura Jawa Barat sudah memasuki musim kemarau. Beberapa daerah di kawasan ini sudah mengalami hari tanpa hujan selama 10-20 hari.
”Namun, adanya penjalaran gelombang atmosfer ekuator tropis dan dinamika cuaca skala harian masih berpeluang terjadi hujan. Jadi, ini hanya hujan temporer, dan secara bertahap kita akan memasuki musim kemarau,” ungkapnya.