Komitmen Merawat Hewan Kesayangan Semakin Diuji Saat Pandemi
Di tengah pandemi Covid-19, pemilik hewan peliharaan dihadapkan pada pilihan akan tetap memelihara hewan kesayangan atau membuangnya. Padahal, belum terbukti hewan bisa menularkan virus korona.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·3 menit baca
BANTEN, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat banyak kalangan khawatir terkait penularan yang semakin luas. Salah satunya, para pencinta hewan yang harus memilih akan tetap merawat dan memelihara penuh kasih sayang atau membuangnya karena takut hewan kesayangan akan menularkan penyakit.
Komitmen terhadap hewan kesayangan itu mengemuka dalam Ngobrol Santuy Online bertajuk ”Nasib Hewan Peliharaan di Masa Pendemi Covid-19” bersama praktisi hewan kecil (anjing dan kucing), Drh Anton Susilo, dan pendiri Rainbow Santuary Indonesia, Erika Kusuma Wardani, di Tangerang, Banten, Rabu (20/5/2020).
Anton mengatakan, ”Tidak perlu dikhawatirkan. Hingga saat ini, belum ada hasil penelitian yang mengarah penularan Covid-19 kepada manusia. Kalaupun ada gejala-gejala yang dialami oleh anjing ataupun kucing, penyakit yang diduga menjadi pemicu kematian hewan-hewan itu bukanlah Covid-19.”
Untuk itulah, mengenai nasib hewan kesayangan, Anton memandang, seluruh penyayang hewan hendaknya mempertahankan komitmen untuk benar-benar memelihara hewan kesayangan itu seumur hidup. Dalam masa pandemi ini, hewan kesayangan dapat membantu manusia untuk menghilangkan kejenuhan dan stres.
”Walaupun ada temuan kasus positif Covid-19 pada hewan kesayangan, janganlah sampai membuat kita menelantarkan hewan tersebut,” ucap Anton.
Erika mengatakan, kesedihannya terhadap dampak Covid-19, terutama menyangkut nasib hewan-hewan peliharaan. Banyak anjing dan kucing dibuang oleh pemiliknya yang takut tertular. Banyak pemilik hewan yang dipaksa membuang hewan yang selama ini menjadi kesayangan oleh keluarganya.
Di lain sisi, banyak pula penyelamat (rescuer) hewan yang bekerja secara mandiri kehilangan pekerjaan sehingga tidak bisa lagi merawat hewan-hewan yang diselamatkannya. Shelter yang bergantung pada 100 persen donasi orang tua asuh (OTA) mulai mengeluh kekurangan dana.
”Anjing dan kucing telantar banyak yang kelaparan karena warung-warung tutup. Para street feeder atau orang-orang yang kerap memberi makanan di jalanan tidak bisa leluasa lagi bepergian karena adanya PSBB,” jelas Erika.
Erika pun, yang selama ini masih memelihara hampir 100 anjing, merasakan sulitnya mempertahankan keberadaan hewan-hewannya di Rainbow Sanctuary Indonesia. Namun, komitmen merawat terus dipertahankan dengan berbagai langkah.
Terus terang, kata Erika, yayasannya yang tak lebih menyerupai panti asuhan itu berupaya mencari dana dengan berjualan berbagai produk. Misalnya, masker, buah-buahan, sayur-mayur, makanan anjing, dan masih banyak lagi. Keuntungan yang diperoleh setidaknya dapat menjadi penyambung hidup bagi hewan-hewan itu.
”Kami pun menyediakan dog food ataupun cat food kepada ojek online dan kurir agar bisa membantu untuk memberikan makanan itu kepada anjing atau kucing yang mereka temui di jalanan. Kami pun berupaya memberikan bantuan pakan hewan bagi pemilik hewan yang merasa kesulitan,” ujar Erika.
Tak hanya sampai di situ, Erika juga gigih menggalang dana untuk membantu steril anjing ataupun kucing stray dan berpemilik.