57.000 Warga Ikuti Gelar Griya Virtual Bersama Risma
›
57.000 Warga Ikuti Gelar Griya...
Iklan
57.000 Warga Ikuti Gelar Griya Virtual Bersama Risma
Wabah penyakit Covid-19 memaksa kalangan pejabat utama di Jawa Timur meniadakan atau mengalihkan tradisi gelar griya ke ranah virtual dalam jaringan internet saat perayaan Lebaran 1441 Hijriah, Minggu (24/5/2020).
Oleh
IQBAL BASYARI/ AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wabah penyakit akibat virus korona jenis baru atau coronavirus disease 2019 (Covid-19) memaksa kalangan pejabat utama di Jawa Timur meniadakan atau mengalihkan tradisi gelar griya ke ranah virtual dalam jaringan internet saat perayaan Lebaran 1441 Hijriah, Minggu (24/5/2020).
Pemerintah Kota Surabaya, misalnya, menyelenggarakan gelar griya Idul Fitri 1441 Hijriah secara virtual menggunakan media sosial yang diikuti lebih dari 57.000 orang. Sementara Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggelar Takbiran Idul Fitri 1441 H Online di Grahadi.
Ada lebih dari 57.000 warga yang ikut silaturahmi virtual, banyak pula yang berinteraksi memberikan pertanyaan dan ucapan Lebaran. (Muhammad Fikser)
Gelar griya virtual dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk merawat silaturahmi dengan warga Surabaya yang merayakan Idul Fitri 1441 H. Kegiatan itu digelar pada pukul 09.00 seusai melaksakanan Shalat Id di rumah dinas wali kota bersama keluarga yang dipimpin oleh imam Fuad Bernardi, putra sulung Risma.
Gelar griya virtual yang disiarkan melalui sejumlah akun media sosial resmi Pemkot Surabaya dan akun komunitas di Surabaya tersebut berlangsung sekitar 45 menit. Beberapa akun yang ikut menyiarkan adalah Instagram @surabaya, @sapawargasby, @call112surabaya, @dishubsurabaya, @satpolppsurabaya, dan akun komunitas @aslisuroboyo. Kemudian kanal Facebook dan Youtube Bangga Surabaya.
”Ada lebih dari 57.000 warga yang ikut silaturahmi virtual, banyak pula yang berinteraksi memberikan pertanyaan dan ucapan Lebaran,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya Muhammad Fikser.
Warga yang belum sempat mengikuti gelar griya virtual tersebut masih bisa menyaksikan di akun media sosial resmi Pemkot Surabaya karena rekaman telah diunggah di masing-masing akun. Adanya gelar griya virtual diharapkan bisa tetap memeriahkan tradisi Lebaran yang setiap tahun dijaga oleh warga Surabaya.
Saat menyapa warga melalui media sosial, Risma mengingatkan agar seluruh warga tetap semangat menghadapi pandemi Covid-19. Meskipun kondisi sekarang tidak seperti biasa, ada pelajaran yang bisa dipetik dari pandemi ini agar kehidupan bisa lebih baik.
”Untuk anak-anak muda sekarang menjadi lebih familiar dengan teknologi. Waktu untuk bersama keluarga pun lebih banyak karena diimbau tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan mendesak,” katanya.
Situasi sekarang memang melelahkan, tetapi kita tidak boleh lelah berjuang karena suatu saat kemenangan pasti akan datang. (Tri Rismaharini)
Risma meminta warga Surabaya untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan. Seberat apa pun cobaan, warga tidak boleh menyerah dan selalu menjaga tekad agar bisa mendapatkan kemenangan.
”Situasi sekarang memang melelahkan, tetapi kita tidak boleh lelah berjuang karena suatu saat kemenangan pasti akan datang,” ucap Risma.
Tidak gelar
Berbeda dengan Risma, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak memutuskan tidak mengadakan gelar griya seperti tahun lalu. Pada Sabtu (23/5) atau sehari sebelum Lebaran, mereka mengumumkan tidak mengadakan open house atau gelar griya di Surabaya seperti tahun lalu saat mulai menjabat.
Menurut Khofifah, kemarin tidak diadakan gelar griya di Gedung Negara Grahadi sekaligus rumah dinasnya di Jalan Gubernur Suryo, Kantor Gubernur Jatim di Jalan Pahlawan, atau kediaman pribadi di Jemursari, Surabaya. Perempuan pertama yang menjabat Gubernur Jatim ini mengucapkan selamat Idul Fitri melalui akun media sosial Instagram.
Namun, pada Sabtu malam, Khofifah mengadakan Takbiran Idul Fitri 1441 H Online di Grahadi. Takbiran diadakan setelah rapat evaluasi tentang pembatasan sosial berskala besar atau PSBB Surabaya Raya dan Malang Raya.
Takbiran turut dihadiri kalangan pejabat utama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jatim dan sejumlah bupati/wali kota. Dalam acara yang disiarkan secara langsung melalui saluran Youtube, takbiran turut melibatkan kalangan warga Jatim di luar provinsi dan mancanegara.
Menurut Khofifah, tidak diadakan gelar griya di Gedung Negara Grahadi sekaligus rumah dinasnya di Jalan Gubernur Suryo, Kantor Gubernur Jatim di Jalan Pahlawan, atau kediaman pribadi di Jemursari, Surabaya. Perempuan pertama yang menjabat Gubernur Jatim ini mengucapkan selamat Idul Fitri melalui akun media sosial Instagram.
Selain itu, tradisi yang ditiadakan pada Lebaran ini ialah shalat Idul Fitri berjamaah. Pemprov Jatim pada prinsipnya tidak merekomendasikan diadakannya shalat berjamaah. Namun, kalangan masyarakat masih ada yang tetap melaksanakannya. Tidak ada sanksi bagi kelompok masyarakat yang mengadakan shalat Idul Fitri berjamaah.
Padahal, imbauan untuk tidak shalat berjamah bertujuan menekan potensi penularan Covid-19 dari orang tanpa gejala kepada yang sehat. Hal ini juga berlaku dan sudah ditempuh misalnya peniadaan misa atau kebaktian di gereja atau doa bersama di lingkungan diganti dengan secara virtual. Perubahan ini bermaksud menekan laju wabah Covid-19 yang sampai saat ini tidak mereda.
Pantauan Kompas pada Lebaran di Surabaya, imbauan untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah dipenuhi misalnya di Masjid Nasional Al-Akbar dan Masjid Muhammad Cheng Hoo. Namun, ada yang tetap melaksanakan shalat berjamaah misalnya Masjid Roudhotul Musyawaroh Kemayoran di seberang Gedung DPRD Jatim di Jalan Indrapura.
Perayaan Lebaran di Jatim khususnya di Surabaya juga berbeda dibandingkan sebelumnya. Saat Lebaran ini masih dalam kurun waktu pelaksanaan PSBB Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik (Surabaya Raya). Selain Surabaya Raya, PSBB juga dilaksanakan di Malang Raya (kota dan kabupaten Malang serta Batu). Lebaran yang masih dalam waktu PSBB membuat kalangan warga luar Surabaya tidak bisa leluasa masuk ke ibu kota Jatim tersebut karena ada pemeriksaan ketat di perbatasan.