Relasi China-AS tengah menurun. Sejumlah isu, terutama ketegangan terkait isu Covid-19, turut membuat relasi kedua negara meruncing.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
BEIJING, MINGGU — China dan Amerika Serikat kembali terlibat perang kata dan membuat relasi kedua negara memburuk. Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Minggu (24/5/2020), mengatakan, hubungan China-AS ada ”di ambang Perang Dingin baru”. Buruknya relasi itu antara lain didorong oleh ketegangan atas isu Covid-19.
Di depan sejumlah wartawan di Beijing yang hadir dalam konferensi pers tahunan di kantor parlemen China, Wang Yi mengatakan, Washington telah terinfeksi oleh ”virus politik” yang membuat AS terus-menerus menyerang China.
”Telah menjadi perhatian kami bahwa beberapa kekuatan politik di AS menyandera hubungan China-AS dan mendorong kedua negara ke tepi Perang Dingin baru,” kata Wang Yi.
Selain isu Covid-19, kedua kekuatan utama ekonomi dunia itu juga berselisih soal Hong Kong, isu hak asasi manusia, perdagangan, isu Taiwan, teknologi, dan keamanan kawasan. Desakan AS agar ada penyelidikan atas asal mula Covid-19 yang berawal di Wuhan dan tuduhan kurangnya transparansi China atas persoalan itu adalah isu terbaru yang membuat relasi keduanya kian merosot.
”Beberapa politisi mengabaikan fakta paling mendasar dan terlalu banyak mengarang kebohongan tentang China dan merencanakan terlalu banyak konspirasi,” tambahnya. Wang berpendapat, daripada AS membuang-buang waktu untuk isu itu, menyebar kebohongan, dan menyerang China, lebih baik kedua negara bekerja sama untuk memerangi Covid-19.
Wang, yang juga menjadi anggota Dewan Negara, justru menyatakan simpati pada AS yang kini tengah didera pandemi Covid-19 dengan jumlah korban jiwa mendekati angka 100.000, tertinggi di dunia.
Apa yang paling perlu dilakukan China dan Amerika Serikat adalah pertama-tama belajar dari satu sama lain dan berbagi pengalaman mereka dalam memerangi epidemi dan membantu setiap negara melawannya. Wang Yi.
Lebih lanjut Wang mengatakan, China dan Amerika Serikat perlu mulai mengoordinasikan kebijakan makro untuk ekonomi masing-masing serta ekonomi dunia. China menurut dia, siap untuk bekerja dengan AS dalam semangat kerja sama dan saling menghormati.
”China selalu menganjurkan itu, sebagai negara berkembang terbesar di dunia dan negara maju terbesar, kami berdua memikul tanggung jawab utama untuk perdamaian dan pembangunan dunia,” katanya.
Pekan lalu, Washington mengkritik Beijing atas penanganan awal virus penyebab Covid-19 di Wuhan, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Bahkan sejumlah senator dari Partai Republik mengusulkan ada undang-undang yang memberi wewenang pada Trump untuk menjatuhkan sanksi pada Beijing jika akhirnya China terbukti bertanggung jawab atas wabah itu.
Tak hanya itu, Negara Bagian Missouri AS bahkan menuntut China atas isu Covid-19. Mereka menilai China tidak cukup bertindak untuk menghentikan penyebaran SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Mereka beranggapan bahwa tindakan China yang kurang optimal telah memicu keruntuhan ekonomi.
Saat itu, juru bicara Pemerintah China, Zhang Yesui, menegaskan, China menolak RUU itu dan mengatakan, tidak selayaknya (satu pihak) menutupi masalah sendiri dengan menyalahkan pihak lain. Menurut dia, sikap itu adalah sikap yang tidak bertanggung jawab dan tidak bermoral.